Pak Amrullah, Buku, dan Menulis
Ngainun Naim
![]() |
Buku karya Pak Muhammad Amrullah |
Koleksi buku di rumahnya cukup spektakuler, di atas 15 ribu
judul. Saya yakin itu jumlah koleksi pribadi terbanyak di Tulungagung. Sampai
sekarang saya belum menemukan orang yang memiliki buku sebanyak beliau di kota
marmer Tulungagung. Ada beberapa sahabat penggila buku, tetapi koleksinya tidak
sampai sebanyak itu.
Buku demi buku beliau kumpulkan terus sejak beliau masih
siswa PGAN Tulungagung pada akhir tahun 70-an. Banyaknya buku yang beliau
miliki diimbangi dengan nafsu membaca yang tinggi. Sejauh yang saya tahu, ke
mana pun beliau pergi, buku selalu menemani. Beberapa kali bertemu dengan saya,
topik yang nyaris selalu dibicarakan juga selalu buku. “Kalau ada pameran buku,
Aku di SMS ya”, pesannya.
Ya, beli buku dan terus membeli telah menjadi bagian tidak
terpisah dari kehidupan beliau. Saya menyaksikan sendiri puluhan puluhan rak buku tersusun rapi memenuhi
rumahnya yang besar, sejak dari ruang tamu sampai dapur. Di usianya yang
sekarang 56 tahun, beliau tetap gigih membaca. Penglihatannya memang tidak lagi
seawas dulu, tetapi semangat membacanya nyaris tidak surut.
Aktivitas membacanya yang tinggi mengantarkan beliau menjadi
seorang penulis. Artikel demi artikel terus diproduksi sejak tahun 1984 sampai
sekarang. Jumlahnya mungkin sudah ribuan. Sebagian ditulis dalam bahasa
Indonesia dan sebagian ditulis dalam bahasa Jawa.
Sebagian dari artikelnya yang temanya berdekatan beliau olah
dan terbitkan menjadi buku. Ya, buku berbahasa Jawa. Judulnya "Bantahan
Tuntas Tumrap Da'waan Bidah". Buku ini sungguh menarik. Ada banyak wawasan
dan pengetahuan di dalamnya.
Sebagai murid, saya berbahagia karena bisa membantu
penerbitan buku karya beliau. Melalui penerbit Akademia Pustaka Tulungagung, buku ini terbit pada minggu pertama
bulan September ini. Dan sampai sekarang ini, buku ini telah terdistribusi ke banyak
pembaca. Beberapa yang saya bantu mengirimnya adalah ke: Grobogan Jawa Tengah,
Kediri, dan Tulungagung.
Pasar buku berbahasa Jawa memang tidak mudah. Tetapi melihat
semangat besar Pak Amrullah yang mau bersusah payah untuk menerbitkan dan membiayai
sendiri penerbitan bukunya, saya sungguh terharu. “Hasil penjualan buku ini
nanti untuk membiayai buku saya selanjutnya”, kata beliau.
Semoga buku ini laris dan dananya bisa dipakai untuk
menerbitkan buku-buku beliau berikutnya. Saya yakin jika diolah akan ada lebih
dari 20 judul buku lagi untuk mendokumentasikan karya-karya beliau. Semoga.
Menarik, Pak Naim. Orang-orang seperti beliau di Tulungagung dan Trenggalek tidak banyak. Teladan sangat dibutuhkan bagi mahasiswa,terutama mahaiswa yang calon guru. Suwun, bisa menikmati tulisan penjenengan pagi ini sebagai kudapan pagi hari.
BalasHapusTerima kasih Pak Widi berkunjung ke blog sederhana ini. Betul sekali, orang seperti beliau sangat jarang. Teladan semacam ini penting untuk disosialisasikan agar memotivasi yang lainnya.
HapusPak Amrulloh, subhanallah....
BalasHapuswow hebat sekali pak amrullah, jadi kepengen kenalan hehehe
BalasHapusBeliau sudah wafat. https://www.spirit-literasi.id/2019/03/guru-literasiku-berpulang.html.
Hapus