Pandemi dan Kedekatan dengan Keluarga
Ngainun
Naim
Semenjak Pemerintah mengeluarkan
kebijakan Work From Home (WFH), saya nyaris tidak pernah keluar rumah. Hanya di
rumah saja.
Aktivitas sehari-hari sesungguhnya tetap, mulai mengajar, membaca, menulis, dan
juga koordinasi kerja. Bedanya adalah tempat. Saya melaksanakannya di rumah.
Saya kira sejak pertengahan Maret
sampai Juni 2020 kemarin kondisinya nyaris sama di seluruh Indonesia. Hidup betul-betul
dalam keterbatasan. Semua demi satu hal, yaitu kesehatan.
Sebelum Pandemi Covid-19, saya
lumayan sibuk. Berangkat dari rumah ke kantor rata-rata jam 06.00 WIB bersamaan
dengan mengantar anak sulung sekolah. Aktivitas kantor dan mengajar kadang
berlangsung sampai malam. Pada hari tertentu, saya baru selesai mengajar jam
21.00 WIB. Jarak yang cukup lumayan dari kantor ke rumah membuat saya sampai di
rumah sekitar pukul 22.00 WIB. Saat saya datang, biasanya istri dan anak-anak sudah tidur.
Tidak lagi ada kesempatan untuk bersama-sama.
Mereka sudah lelap tidur, sementara saya juga sudah sangat Lelah.
Posisi saya sebagai Ketua Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Tulungagung membuat
mobilitas saya juga semakin padat. Seingat saya, paling tidak sebulan sekali
saya harus melakukan pertemuan koordinasi dengan Kementerian Agama RI. Kadang
di Jakarta, Bandung, Bogor, dan beberapa tempat lain yang ditentukan. Sebuah
acara mengharuskan saya meninggalkan rumah minimal 3 hari: 1 hari berangkat, 1
hari di lokasi, dan 1 hari pulang.
Salah satu program yang ditangani
LP2M adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN). Jumlah mahasiswa yang sangat banyak
mengharuskan kami berpikir tentang pelaksanaan KKN. Setelah mempertimbangkan
berbagai aspek akhirnya kami putuskan KKN dilaksanakan setiap semester.
Semester ganjil dilaksanakan pada bulan Januari—Februari. Semester genap
dilaksanakan pada bulan Juli—Agustus. Rentang waktu pelaksanaannya adalah 45
hari. Selama pelaksanaan KKN, kami terus memantau dan mengunjungi lokasi demi
lokasi. Tujuannya adalah memastikan bahwa KKN terlaksana dengan baik.
Selain KKN secara regular, LP2M
juga memiliki beberapa KKN khusus. Salah satunya adalah KKN Internasional di
Thailand. KKN jenis ini cukup menguras biaya dan tenaga. Tetapi sebagai program
saya berusaha menjalani dan menikmatinya. KKN jenis ini dilaksanakan dua angkatan.
Satu angkatan dilaksanakan pada bulan November—Maret. Peserta biasanya 5
mahasiswa. Kami harus ke Thailand saat mengantar mahasiswa, saat monev, dan
saat penjemputan. Ritme yang sama akan dilaksanakan pada bulan Juni—September.
Itu berarti saya dan teman-teman harus meninggalkan rumah sekitar seminggu
pulang pergi Indonesia—Thailand.
KKN lainnya adalah KKN
Kebangsaan. KKN ini dilaksanakan oleh Kemenristek. Beruntung IAIN Tulungagung
menjadi bagian dari KKN Kebangsaan yang biasanya dilaksanakan pada bulan
Juli—Agustus. Tempat pelaksanaannya bergilir sesuai kesepakatan nasional. Tahun
2017 dilaksanakan di Gorontalo, tahun 2018 dilaksanakan di Lampung, tahun 2019
di Maluku Utara, dan tahun 2020 ini direncanakan di Jambi. Rencana koordinasi
sebenarnya sudah dilakukan tetapi pandemi membubarkan semuanya.
Selain kegiatan-kegiatan
tersebut, saya tidak jarang mendapatkan undangan untuk mengisi acara. Biasanya
terkait dengan tema literasi atau penelitian. Dua tema ini terkait dengan minat
saya. Undangan demi undangan membuat saya sering keluar daerah. Implikasinya,
waktu bersama keluarga sangat banyak berkurang.
Saya sungguh bersyukur dengan
hikmah yang saya peroleh dengan adanya wabah ini, yaitu intensifnya waktu bersama
keluarga. Corona memang telah meluluhlantakkan banyak hal dalam kehidupan.
Banyak perusahaan harus gulung tikar, pekerja kehilangan tempat mencari nafkah,
dan banyak hal lainnya. Meskipun penghasilan menurun, saya masih sangat
bersyukur karena memiliki penghasilan tetap. Sungguh ini merupakan anugerah
Allah yang tidak terkira.
Kebersamaan dengan keluarga dalam
durasi waktu yang panjang sungguh membahagiakan. Saya memiliki banyak waktu yang
cukup untuk memberikan pendidikan secara langsung kepada anak-anak. Sebelum
pandemi, waktu saya cukup terbatas. Saat pandemi, saya memanfaatkan betul
kesempatan yang ada.
Salah satu yang saya bangun
adalah shalat berjamaah. Jamaah bersama keluarga dulunya hanya bisa dilakukan
saat saya di rumah. Itu pun tidak setiap hari. Ketika pandemi yang mengharuskan
WFH, kami bisa melaksanakan shalat jamaah nyaris lima waktu. Karena aktivitas
hanya di rumah, tentu shalat berjamaah menjadi hal yang tidak terlalu sulit.
Agenda berikutnya adalah menyimak
anak sulung mengaji. Setelah shalat magrib, anak sulung membaca Al-Qur’an. Saya
menyimaknya. Memang tidak terlalu banyak yang dibaca. Saya hanya berusaha
menekankan keistiqamahan. Lewat jalan semacam itu, saya berharap tumbuh
kebiasaan baik pada anak-anak saya untuk menjadikan membaca Al-Qur’an Sebagian
amaliah rutin setiap harinya.
Saya tiba-tiba teringat buku yang
ditulis K.H. Dindin Solahudin yang berjudul Kado Cinta untuk Ayah Bunda,
Karena Anak adalah Anugerah (Bandung: Mizania, 2008). Saya cari buku itu
dan menemukan kutipan yang sungguh menggetarkan di halaman 91.
Rumah yang di dalamnya
sering dibacakan ayat-ayat suci Al-Quran pasti penuh dengan rahmat dan berkah
Allah, karena kalam-Nya senantiasa menjadi nuansa rumah tersebut. Sebagaimana
pahala membaca Al-Quran dihitung huruf per huruf, berkahnya pun akan melimpah
ruah dalam hitungan huruf bahkan melampaui. Di sini, kasih Allah dan berkah-Nya
merupakan amunisi tersendiri bagi orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Mengaji Al-Qur’an merupakan
ikhtiar saya mengenalkan dan menanamkan cinta kepada kitab suci. Sungguh,
kesempatan rutin ini, menurut saya, sebuah titik balik. Rasanya bahagia sekali
mendampingi anak-anak mengaji setiap hari. Semoga anak-anak saya menjadi
generasi yang mencintai Al-Qur’an.
Aktivitas lainnya yang juga membahagiakan
adalah menemani si bungsu dengan membacakan cerita. Tidak lama. Paling hanya
10-15 menit. Kadang saya membacakan 2-3 buku cerita saat ia bangun tidur.
Kadang siang hari. Kadang juga malam hari. Tergantung waktu dan kesempatan yang
ada. Prinsipnya, saya ingin mengenalkan tradisi literasi kepada anak-anak saya
sedini mungkin. Tugas saya sebagai orang tua adalah memberikan pendidikan
sesuai kemampuan. Semoga mereka menjadi generasi yang tangguh, taat menjalankan
ajaran agama, dan sukses dalam kehidupannya.
Sungguh luar biasa pak... semoga berkah aaamiiin
BalasHapusAmin. Terima kasih ya Mas
HapusMantap. Somoga tambah berkah dan menjadi anak yang sholeh untuk meneruskan estafet perjuangan orang tuanya. Aamiin...
BalasHapusAmin. Terima kasih ya Mas
HapusAamiin...
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusRasanya bahagia sekali mendampingi anak-anak mengaji setiap hari.(Nikmat terasa) Kegiatan orng tua mendampingi ank mengaji menjadi sesuatu yg langka bg ortu yg super sibuk.
BalasHapusBetul Bu
HapusWabah membawa berkah. Semoga ananda menjadi pribadi yang bermanfaat dan membanggakan kedua orang tua.
BalasHapusAmin. Terima kasih doanya Bu
HapusTerima kasih, semoga kita bisa membaca al qur'an setiap hari
BalasHapusAmin Ya Allah
Hapus