Pandemi dan Kedekatan dengan Keluarga

Juli 29, 2020

Ngainun Naim


Semenjak Pemerintah mengeluarkan kebijakan Work From Home (WFH), saya nyaris tidak pernah keluar rumah. Hanya di rumah saja. Aktivitas sehari-hari sesungguhnya tetap, mulai mengajar, membaca, menulis, dan juga koordinasi kerja. Bedanya adalah tempat. Saya melaksanakannya di rumah.
Saya kira sejak pertengahan Maret sampai Juni 2020 kemarin kondisinya nyaris sama di seluruh Indonesia. Hidup betul-betul dalam keterbatasan. Semua demi satu hal, yaitu kesehatan.
Sebelum Pandemi Covid-19, saya lumayan sibuk. Berangkat dari rumah ke kantor rata-rata jam 06.00 WIB bersamaan dengan mengantar anak sulung sekolah. Aktivitas kantor dan mengajar kadang berlangsung sampai malam. Pada hari tertentu, saya baru selesai mengajar jam 21.00 WIB. Jarak yang cukup lumayan dari kantor ke rumah membuat saya sampai di rumah sekitar pukul 22.00 WIB. Saat saya datang, biasanya istri dan anak-anak sudah tidur. Tidak lagi ada kesempatan untuk bersama-sama. Mereka sudah lelap tidur, sementara saya juga sudah sangat Lelah.
Posisi saya sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Tulungagung membuat mobilitas saya juga semakin padat. Seingat saya, paling tidak sebulan sekali saya harus melakukan pertemuan koordinasi dengan Kementerian Agama RI. Kadang di Jakarta, Bandung, Bogor, dan beberapa tempat lain yang ditentukan. Sebuah acara mengharuskan saya meninggalkan rumah minimal 3 hari: 1 hari berangkat, 1 hari di lokasi, dan 1 hari pulang.
Salah satu program yang ditangani LP2M adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN). Jumlah mahasiswa yang sangat banyak mengharuskan kami berpikir tentang pelaksanaan KKN. Setelah mempertimbangkan berbagai aspek akhirnya kami putuskan KKN dilaksanakan setiap semester. Semester ganjil dilaksanakan pada bulan Januari—Februari. Semester genap dilaksanakan pada bulan Juli—Agustus. Rentang waktu pelaksanaannya adalah 45 hari. Selama pelaksanaan KKN, kami terus memantau dan mengunjungi lokasi demi lokasi. Tujuannya adalah memastikan bahwa KKN terlaksana dengan baik.
Selain KKN secara regular, LP2M juga memiliki beberapa KKN khusus. Salah satunya adalah KKN Internasional di Thailand. KKN jenis ini cukup menguras biaya dan tenaga. Tetapi sebagai program saya berusaha menjalani dan menikmatinya. KKN jenis ini dilaksanakan dua angkatan. Satu angkatan dilaksanakan pada bulan November—Maret. Peserta biasanya 5 mahasiswa. Kami harus ke Thailand saat mengantar mahasiswa, saat monev, dan saat penjemputan. Ritme yang sama akan dilaksanakan pada bulan Juni—September. Itu berarti saya dan teman-teman harus meninggalkan rumah sekitar seminggu pulang pergi Indonesia—Thailand.
KKN lainnya adalah KKN Kebangsaan. KKN ini dilaksanakan oleh Kemenristek. Beruntung IAIN Tulungagung menjadi bagian dari KKN Kebangsaan yang biasanya dilaksanakan pada bulan Juli—Agustus. Tempat pelaksanaannya bergilir sesuai kesepakatan nasional. Tahun 2017 dilaksanakan di Gorontalo, tahun 2018 dilaksanakan di Lampung, tahun 2019 di Maluku Utara, dan tahun 2020 ini direncanakan di Jambi. Rencana koordinasi sebenarnya sudah dilakukan tetapi pandemi membubarkan semuanya.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, saya tidak jarang mendapatkan undangan untuk mengisi acara. Biasanya terkait dengan tema literasi atau penelitian. Dua tema ini terkait dengan minat saya. Undangan demi undangan membuat saya sering keluar daerah. Implikasinya, waktu bersama keluarga sangat banyak berkurang.
Saya sungguh bersyukur dengan hikmah yang saya peroleh dengan adanya wabah ini, yaitu intensifnya waktu bersama keluarga. Corona memang telah meluluhlantakkan banyak hal dalam kehidupan. Banyak perusahaan harus gulung tikar, pekerja kehilangan tempat mencari nafkah, dan banyak hal lainnya. Meskipun penghasilan menurun, saya masih sangat bersyukur karena memiliki penghasilan tetap. Sungguh ini merupakan anugerah Allah yang tidak terkira.  
Kebersamaan dengan keluarga dalam durasi waktu yang panjang sungguh membahagiakan. Saya memiliki banyak waktu yang cukup untuk memberikan pendidikan secara langsung kepada anak-anak. Sebelum pandemi, waktu saya cukup terbatas. Saat pandemi, saya memanfaatkan betul kesempatan yang ada.
Salah satu yang saya bangun adalah shalat berjamaah. Jamaah bersama keluarga dulunya hanya bisa dilakukan saat saya di rumah. Itu pun tidak setiap hari. Ketika pandemi yang mengharuskan WFH, kami bisa melaksanakan shalat jamaah nyaris lima waktu. Karena aktivitas hanya di rumah, tentu shalat berjamaah menjadi hal yang tidak terlalu sulit.
Agenda berikutnya adalah menyimak anak sulung mengaji. Setelah shalat magrib, anak sulung membaca Al-Qur’an. Saya menyimaknya. Memang tidak terlalu banyak yang dibaca. Saya hanya berusaha menekankan keistiqamahan. Lewat jalan semacam itu, saya berharap tumbuh kebiasaan baik pada anak-anak saya untuk menjadikan membaca Al-Qur’an Sebagian amaliah rutin setiap harinya.
Saya tiba-tiba teringat buku yang ditulis K.H. Dindin Solahudin yang berjudul Kado Cinta untuk Ayah Bunda, Karena Anak adalah Anugerah (Bandung: Mizania, 2008). Saya cari buku itu dan menemukan kutipan yang sungguh menggetarkan di halaman 91.
Rumah yang di dalamnya sering dibacakan ayat-ayat suci Al-Quran pasti penuh dengan rahmat dan berkah Allah, karena kalam-Nya senantiasa menjadi nuansa rumah tersebut. Sebagaimana pahala membaca Al-Quran dihitung huruf per huruf, berkahnya pun akan melimpah ruah dalam hitungan huruf bahkan melampaui. Di sini, kasih Allah dan berkah-Nya merupakan amunisi tersendiri bagi orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

Mengaji Al-Qur’an merupakan ikhtiar saya mengenalkan dan menanamkan cinta kepada kitab suci. Sungguh, kesempatan rutin ini, menurut saya, sebuah titik balik. Rasanya bahagia sekali mendampingi anak-anak mengaji setiap hari. Semoga anak-anak saya menjadi generasi yang mencintai Al-Qur’an.
Aktivitas lainnya yang juga membahagiakan adalah menemani si bungsu dengan membacakan cerita. Tidak lama. Paling hanya 10-15 menit. Kadang saya membacakan 2-3 buku cerita saat ia bangun tidur. Kadang siang hari. Kadang juga malam hari. Tergantung waktu dan kesempatan yang ada. Prinsipnya, saya ingin mengenalkan tradisi literasi kepada anak-anak saya sedini mungkin. Tugas saya sebagai orang tua adalah memberikan pendidikan sesuai kemampuan. Semoga mereka menjadi generasi yang tangguh, taat menjalankan ajaran agama, dan sukses dalam kehidupannya.

Trenggalek, 29 Juli 2020

12 komentar:

  1. Sungguh luar biasa pak... semoga berkah aaamiiin

    BalasHapus
  2. Mantap. Somoga tambah berkah dan menjadi anak yang sholeh untuk meneruskan estafet perjuangan orang tuanya. Aamiin...

    BalasHapus
  3. Rasanya bahagia sekali mendampingi anak-anak mengaji setiap hari.(Nikmat terasa) Kegiatan orng tua mendampingi ank mengaji menjadi sesuatu yg langka bg ortu yg super sibuk.

    BalasHapus
  4. Wabah membawa berkah. Semoga ananda menjadi pribadi yang bermanfaat dan membanggakan kedua orang tua.

    BalasHapus
  5. Terima kasih, semoga kita bisa membaca al qur'an setiap hari

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.