Tradisi Menulis, Koreksi, dan Peningkatan Kompetensi
Ngainun Naim
Saya masih lelah ketika usai magrib menawarkan kepada grup SPK Tulungagung untuk berbincang via Zoom. Ternyata sambutannya lumayan. Saya pun mengundang seluruh anggota SPK Tulungagung dan Ma’arif Menulis—dua grup WA yang saya kebetulan menjadi anggotanya—untuk hadir dan berdiskusi.
Diskusinya santai banget. Tidak pakai resmi. Sekadar ngobrol ngalor ngidul tentang dunia literasi. Ditemani ketela goring dan air putih, saya menemani perbincangan kawan-kawan.
Saya relatif banyak mendengar saja. Apa saja yang menjadi usulan dan harapan kawan-kawan saya tampung dan saya catat. Tentu harapannya aka nada perbaikan sistem sehingga menulis menjadi lebih bersemangat.
Woko Utoro, anggota SPK Tulungagung yang mendapatkan kesempatan pertama berbicara menyampaikan beberapa hal. Pertama, ia merasakan bahwa aktivitas di grup selama ini menjadi monoton. Menulis, mengunggah, lalu berbagi. Ia berharap ada variasi yang membuatnya semangat menulis dan kualitasnya meningkat. Salah satu caranya adalah memberikan komentar atau kritik yang membangun. Kedua, untuk meningkatkan spirit literasi perlu ada reward. Mekanismenya bisa diperbincangkan lebih jauh.
Syamsu Wijayanto yang mendapatkan giliran berikutnya menyampaikan bahwa ia berterima kasih karena berada di SPK Tulungagung. Grup ini berfungsi sebagai tempat mengembangkan diri dan saling memotivasi. Namun, sebagaimana Woko Untoro, Syamsu ingin agar ada semacam pertemuan rutin untuk belajar bersama tentang menulis agar kualitas tulisan semakin baik.
Ibu Eti Rohmawati dari Grup Ma’arif menulis menyampaikan bahwa semangat menulis itu tidak tetap. Beliau mengibaratkan seperti pengantin baru. Awal-awal penuh semangat, di perjalanan ada masalah. Saat semacam ini semangat menulis. Beliau menyadari bahwa itulah belajar. Jika tidak ingin ada masalah ya bukan belajar. Menurut beliau, butuh saingan agar semakin semangat untuk terus menulis.
Beberapa anggota yang lain juga menyampaikan hal yang hampir senada. Ibu Muslikah, misalnya, menyampaikan bahwa sekarang ini kawan-kawan anggota grup jarang berkunjung ke blog teman dan memberikan komentar. Padahal kunjungan dan komentar itu sangat perlu untuk menjaga semangat. Beliau juga mengusulkan agar grup SPK bisa apa tidak mencetak buku dalam jumlah terbatas dengan harga terjangkau.
Siti Rodiah, anggota SPK Tulungagung juga berharap tulisannya ada kritik untuk perbaikan. Pertemuan mingguan juga sangat penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan anggota.
Sementara Machruf Eko, anggota SPK Tulungagung lainnya menyatakan bahwa blog yang dimilikinya sudah cukup lama. Lewat SPK ini ia berharap bisa memiliki buku mandiri.
Begitulah perbincangan via Zoom semalam. Substansinya adalah bagaimana menulis bisa menjadi tradisi. Koreksi dan pelatihan menulis juga penting untuk meningkatkan kompetensi anggota. Semua itu bisa terwujud dengan adanya komitmen bersama.
Trenggalek, 13-10-2020
Padahal masih mau saya tulis Prof. Naim. Ini sudah lengkap
BalasHapusTulis saja Bu. Perspektifnya pasti berbeda.
HapusTerima kasih Bapak. Catatan yang sangat mewakili. Mohon maaf, semalam saya telat gabung zoom meeting. Semoga SPK Tulungagung dan Ma'arif Menulis bisa menjadi sarana perawatan komitmen menulis dan menemani penulis-penulis dalam giat berprogress.
BalasHapusTetap semangat
HapusKeren sekali tulisan nya.. sebuah ide kreatif disertai kemampuan mendeskripsikan bahasa lisan...
BalasHapusSungguh luar biasa
Anggap ini sebagai musuh sehingga menjadi semangat menulis he he
HapusYuk kita bUdayakan menulis dan membaca setiap hari demi tegaknya literasi di negeri ini.
BalasHapusSiap Omjay.
HapusMembaca tulisan prof. Naim dan sahabat SPK Tulungagung tentang ngobrol ngalor ngidul tentang menulis kemarin malam rasanya rasa penasaranku terbayar lunas. Dan semoga pertemuan berikutnya bisa gabung dalam diskusi menulis bersama ahlinya ahli literasi...
BalasHapusSayang tidak bisa ikut. Ada kegiatan yang tidak bisa ditinggal. Semoga acara tersebut mampu membangkitkan semangat menulis lagi
BalasHapusMari bersemangat untuk terus menulis
HapusTerimakasih kawan, mohon maaf out lebih awal, semangat kerja keras memberikan banyak inspirasi dan motivasi untuk membuat karya. Joss gandos sedanten endingnya.
BalasHapusMatur suwun
HapusSepakat pak. Komitmen menjadi kunci dalam menulis. Thanks, pak.
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusBetul betul betul
BalasHapusKayak Upin Ipin he he he
HapusMantap pak prof. Komitmen
BalasHapusMatur suwun
HapusBagus nih, ada wadah bersama para penulis meski hanya daring
BalasHapusMatur nuwun ustadz memang dalam proses menulis perlu adanya diskusi seperti yang tercakup dalam tulisan panjenenggan. Hal ini bertujuan meningkatkan mutu tulisan kita. Terima kasih
BalasHapussaya ingin membentuk group penulis di Magetan, swmiga bisa seperti Tulungagung
BalasHapusTerima.kasih ilmunya. Insyaallah punya komitmen
BalasHapusSami-sami Bu Kanjeng
Hapus