Menulis Hal-hal Kecil dalam Kehidupan

Mei 10, 2021

 


Oleh Ngainun Naim

 


Dunia menulis itu unik. Selalu saja ada hal-hal menarik yang bisa diungkapkan dalam tulisan, mulai dari hal-hal besar dan spektakuler hingga hal-hal kecil dan terlihat remeh. Semuanya penting, tergantung konteks dan siapa yang membaca.

 

Tidak perlu menganggap remeh tulisan sederhana. Setiap tulisan memiliki takdir pembacanya. Jika bagi sebagian orang tidak ada gunanya, bagi yang lain justru bisa merubah kehidupan.

 

Saya tetiba teringat kisah hidup motivator yang pernah menjadi BMI di Hongkong. Namanya Eni Kusuma. Silahkan googling. Anda akan menemukan banyak informasi tentang beliau.

 

Eni asli Banyuwangi. Ia hidup sederhana bersama orang tuanya. Di dekat rumahnya ada tempat sampah. Di tempat itu ia biasa bermain. Acapkali Eni menemukan tulisan dari koran, buku, atau tulisan lainnya. Ia sering mengambil dan menelaah tulisan-tulisan tersebut.

 

Suatu hari ia menemukan tulisan dari selembar kertas mewah Harvest. Tulisan itu berbunyi, “Setiap orang berhak sukses”. Kalimat itu mungkin bagi saya dan Anda sekalian terlihat sederhana. Mungkin juga sudah terlalu sering dibaca sehingga kehilangan makna.

 

Tidak demikian halnya dengan Eni Kusuma. Ia justru menemukan energi hidup yang luar biasa. Ia ambil kalimat itu. Ia tempel di kamarnya. Kalimat itu yang kemudian memberinya kekuatan untuk menjalani kehidupan yang sarat dengan rintangan dan tantangan. Ia bangkit dan sukses menjadi seorang motivator.


Pengalaman Eni Kusuma memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang kekuatan tulisan. Setiap tulisan, sepanjang ditulis dengan kesadaran dan keikhlasan, akan memberikan efek positif. Minimal efek pada penulisnya. Buat kawan-kawan yang ingin menekuni dunia menulis, tidak perlu malu atau takut untuk menulis hal-hal sederhana. Tulis saja.


Anda bisa menulis pengalaman hidup sehari-hari. Bisa juga menulis renungan dari apa saja yang Anda amati. Jika ada yang memberikan kritik, jadikan sebagai pelecut untuk perbaikan tulisan berikutnya. Jangan marah atau putus asa. Jadi penulis itu seharusnya bermental baja (Ini sesungguhnya nasihat buat saya sendiri).


Suatu ketika saya terlibat dalam diskusi dengan beberapa kawan. Diskusi tersebut berkaitan dengan fenomena mubaligh yang sedang naik daun, yaitu KH Anwar Zahid. Dakwahnya renyah dan sangat enak didengarkan. Saya sendiri cukup menikmati ceramah beliau. Jadwal ceramahnya sangat padat. Sehari bisa mengisi di beberapa tempat.


Beliau memang luar biasa, tetapi akan beda konteksnya jika beliau mengisi seminar di kampus. Mungkin akan ada yang menilai bahwa orasi beliau kurang sistematis dan tidak mengikuti metodologi yang mapan. Pembicaraannya tidak runtut. Kesimpulan perbincangan kami, KH Anwar Zahid itu hebat dalam ceramah saat menemukan jamaah yang sesuai.


Siapa yang tidak mengenal pakar tafsir Indonesia Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Karyanya tidak diragukan lagi. Puluhan bukunya membanjiri pasar buku Indonesia. Tafsir beliau yang monumental, Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Lubab dijadikan sebagai bahan bacaan dan penelitian. Tidak terhitung lagi jumlah penelitian yang mengkaji karya beliau.


Ceramah beliau juga enak dan sistematis. Saya sangat menikmati setiap untaian kalimat beliau. Sungguh beliau adalah orang ‘alim dalam makna yang sesungguhnya. Bagi kalangan kampus, beliau adalah ilmuwan yang sangat dihormati.


Namun demikian beda konteksnya seandainya beliau mengisi pengajian di kampung. Masyarakat mungkin cepat mengantuk karena ceramah beliau yang serius dan mengalir sistematis. Nyaris tidak ada humor. Padahal masyarakat kampung sangat menyukai dengan ceramah yang sarat humor.

Anda bisa menulis pengalaman hidup sehari-hari. Bisa juga menulis renungan dari apa saja yang Anda amati. Jika ada yang memberikan kritik, jadikan sebagai pelecut untuk perbaikan tulisan berikutnya. Jangan marah atau putus asa. Jadi penulis itu seharusnya bermental baja.

Dua contoh di atas menjadi penjelas bahwa semua orang itu hebat dalam konteksnya masing-masing. Sangat jarang orang bisa hebat di banyak tempat. Hebat di kampus dan hebat di kampung. Jika ada yang semacam itu, jumlahnya sangat terbatas.


Hal yang sama juga terkait dengan dunia menulis. Tulisan ilmiah yang mensyaratkan kerangka teori, kebaruan, dan metodologi yang ketat hanya cocok untuk jurnal ilmiah yang dikonsumsi oleh masyarakat akademik. Tulisan semacam ini bagi saya sangat berat. Saya sendiri masih terus belajar agar bisa menulis artikel ilmiah secara baik. Namun tulisan semacam ini membuat pusing kepala masyarakat awam.


Bagi masyarakat awam, tulisan sederhana yang mengalir renyah jauh lebih cocok. Mereka bisa membaca, menikmati, dan menerapkan tulisan sederhana dalam praktik kehidupan sehari-hari. Buat mereka, tulisan ilmiah terlalu melangit.


Kesimpulannya, setiap tulisan itu memiliki kelebihan masing-masing. Tidak perlu merendahkan satu sama lain. Masing-masing memiliki takdir dan pembacanya. Jadi marilah menulis, termasuk menulis hal-hal kecil dalam kehidupan kita sehari-hari.

16 komentar:

  1. Wah, sedikit lebih panjang dari tulisan-tulisan Prof yang lain. Tapi tetap renyah dibaca. Beberapa bahkan seperti tamparan halus bagi saya untuk tetap menulis, untuk tetap belajar. Agar bisa memetik hikmah dan menebar manfaat. Mengalir menuju takdir pembaca.

    Terima kasih, Prof.

    BalasHapus
  2. Benar sekali. Yang paling hebat lagi menulis tempat kita menuangkan segala suka duka kehidupan kita..dan sebagai penenang jiwa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih berkenan mengunjungi catatan sederhana ini

      Hapus
  3. Enak dibaca, sangat renyah dan mudah difahami. Saya teringat tulisan, tidak semua penulis mampu menjadi pembicara, sebaliknya, tidak semua pembicara mampu menjadi penulis. Yang bisa keduanya, tergolong langka.

    BalasHapus
  4. Setuju, Pak Naim. Nukis ajah, biarkan dia menemukan takdirnya. Bersasarkan pengalaman, tulisan yang sederhana dan menurut saya tidak istimewa malah menang ikut lomba, pdhal ndak berharap dan hanya coba-coba, dan sebaliknya. . . jadi, buat saya sekarang yang penting nilis nukis dan nulis. Sukses selalu untuk Pak Naim. Barokalloh

    BalasHapus
  5. Tiap-tiap peristiwa pastilah mengandung makna. Bila bukan untuk mereka yang di sini, mungkin bagi mereka yang di sana.
    Salam literasi...

    BalasHapus
  6. Setiap tulisan itu memiliki kelebihan masing-masing, itulah keadilan yang Mahakuasa

    BalasHapus
  7. Yang saya kagum, temannya tentang tulisan, tapi kok masih saja menarik. Terima kasih mas Doktor

    BalasHapus
  8. Terima kasih mas Doktor, ini sebuah penguatan bagi kami untuk semakin berkarya dengan tinta. Menulis

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.