Menulis Hal-hal Kecil dalam Kehidupan
Oleh Ngainun Naim
Dunia
menulis itu unik. Selalu saja ada hal-hal menarik yang bisa diungkapkan dalam
tulisan, mulai dari hal-hal besar dan spektakuler hingga hal-hal kecil dan
terlihat remeh. Semuanya penting, tergantung konteks dan siapa yang membaca.
Tidak
perlu menganggap remeh tulisan sederhana. Setiap tulisan memiliki takdir
pembacanya. Jika bagi sebagian orang
tidak ada gunanya, bagi yang lain justru bisa merubah kehidupan.
Saya
tetiba teringat kisah hidup motivator yang pernah menjadi BMI di Hongkong.
Namanya Eni Kusuma. Silahkan googling. Anda akan menemukan banyak informasi
tentang beliau.
Eni
asli Banyuwangi. Ia hidup sederhana bersama orang tuanya. Di dekat rumahnya ada tempat
sampah. Di tempat itu
ia biasa bermain. Acapkali Eni menemukan tulisan dari koran, buku,
atau tulisan lainnya. Ia sering mengambil dan menelaah tulisan-tulisan
tersebut.
Suatu
hari ia menemukan tulisan dari selembar kertas mewah Harvest. Tulisan itu
berbunyi, “Setiap orang berhak sukses”. Kalimat itu mungkin bagi saya dan Anda
sekalian terlihat sederhana. Mungkin juga sudah terlalu sering dibaca sehingga
kehilangan makna.
Tidak
demikian halnya dengan Eni Kusuma. Ia justru menemukan energi hidup yang luar
biasa. Ia ambil kalimat itu. Ia tempel di kamarnya. Kalimat itu yang kemudian
memberinya kekuatan untuk menjalani kehidupan yang sarat dengan rintangan dan
tantangan. Ia bangkit dan sukses menjadi seorang motivator.
Pengalaman
Eni Kusuma memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang kekuatan tulisan.
Setiap tulisan, sepanjang ditulis dengan kesadaran dan keikhlasan, akan
memberikan efek positif. Minimal efek pada penulisnya. Buat kawan-kawan yang
ingin menekuni dunia menulis, tidak perlu malu atau takut untuk menulis hal-hal
sederhana. Tulis saja.
Anda bisa
menulis pengalaman hidup sehari-hari. Bisa juga menulis renungan dari apa saja
yang Anda amati. Jika
ada yang memberikan kritik, jadikan sebagai pelecut untuk perbaikan tulisan
berikutnya. Jangan marah
atau putus asa. Jadi penulis itu seharusnya bermental baja (Ini sesungguhnya
nasihat buat saya sendiri).
Suatu
ketika saya terlibat dalam diskusi dengan beberapa kawan. Diskusi tersebut
berkaitan dengan fenomena mubaligh yang sedang naik daun, yaitu KH Anwar Zahid.
Dakwahnya renyah dan sangat enak didengarkan. Saya sendiri cukup menikmati ceramah
beliau. Jadwal ceramahnya
sangat padat. Sehari bisa mengisi di beberapa tempat.
Beliau
memang luar biasa, tetapi akan beda konteksnya jika beliau mengisi seminar di
kampus. Mungkin akan ada yang menilai bahwa orasi beliau kurang sistematis
dan tidak mengikuti metodologi yang mapan. Pembicaraannya tidak runtut.
Kesimpulan perbincangan kami, KH Anwar Zahid itu hebat dalam ceramah saat
menemukan jamaah yang sesuai.
Siapa
yang tidak mengenal pakar tafsir Indonesia Prof. Dr. M. Quraish Shihab.
Karyanya tidak diragukan lagi. Puluhan bukunya membanjiri pasar buku Indonesia.
Tafsir beliau yang monumental, Tafsir Al-Misbah dan Tafsir
Al-Lubab dijadikan sebagai bahan bacaan dan penelitian. Tidak
terhitung lagi jumlah penelitian yang mengkaji karya beliau.
Ceramah
beliau juga enak dan sistematis. Saya sangat menikmati setiap untaian kalimat
beliau. Sungguh beliau adalah orang ‘alim dalam makna yang sesungguhnya. Bagi
kalangan kampus, beliau adalah ilmuwan yang sangat dihormati.
Namun
demikian beda konteksnya seandainya beliau
mengisi pengajian di kampung. Masyarakat mungkin cepat mengantuk karena ceramah
beliau yang serius dan mengalir sistematis. Nyaris tidak ada humor. Padahal
masyarakat kampung sangat menyukai dengan ceramah yang sarat humor.
Anda bisa menulis pengalaman hidup sehari-hari. Bisa juga menulis renungan dari apa saja yang Anda amati. Jika ada yang memberikan kritik, jadikan sebagai pelecut untuk perbaikan tulisan berikutnya. Jangan marah atau putus asa. Jadi penulis itu seharusnya bermental baja.
Dua
contoh di atas menjadi penjelas bahwa semua orang itu hebat dalam konteksnya
masing-masing. Sangat jarang orang bisa hebat di banyak tempat. Hebat di kampus
dan hebat di kampung. Jika ada yang semacam itu, jumlahnya sangat terbatas.
Hal
yang sama juga terkait dengan dunia menulis. Tulisan ilmiah yang mensyaratkan
kerangka teori, kebaruan, dan metodologi yang ketat hanya cocok untuk jurnal
ilmiah yang dikonsumsi oleh masyarakat akademik. Tulisan semacam ini bagi saya
sangat berat. Saya sendiri masih terus belajar agar bisa menulis artikel ilmiah
secara baik. Namun tulisan semacam ini membuat pusing kepala masyarakat awam.
Bagi
masyarakat awam, tulisan sederhana yang mengalir renyah jauh lebih cocok.
Mereka bisa membaca, menikmati, dan menerapkan tulisan sederhana dalam praktik
kehidupan sehari-hari. Buat mereka, tulisan ilmiah terlalu melangit.
Kesimpulannya, setiap tulisan itu memiliki kelebihan masing-masing. Tidak perlu merendahkan satu sama lain. Masing-masing memiliki takdir dan pembacanya. Jadi marilah menulis, termasuk menulis hal-hal kecil dalam kehidupan kita sehari-hari.
Wah, sedikit lebih panjang dari tulisan-tulisan Prof yang lain. Tapi tetap renyah dibaca. Beberapa bahkan seperti tamparan halus bagi saya untuk tetap menulis, untuk tetap belajar. Agar bisa memetik hikmah dan menebar manfaat. Mengalir menuju takdir pembaca.
BalasHapusTerima kasih, Prof.
Terima kasih Mbak Ditta
HapusBenar sekali. Yang paling hebat lagi menulis tempat kita menuangkan segala suka duka kehidupan kita..dan sebagai penenang jiwa
BalasHapusTerima kasih berkenan mengunjungi catatan sederhana ini
HapusEnak dibaca, sangat renyah dan mudah difahami. Saya teringat tulisan, tidak semua penulis mampu menjadi pembicara, sebaliknya, tidak semua pembicara mampu menjadi penulis. Yang bisa keduanya, tergolong langka.
BalasHapusTerima kasih atas komentarnya Pak
HapusSetuju, Pak Naim. Nukis ajah, biarkan dia menemukan takdirnya. Bersasarkan pengalaman, tulisan yang sederhana dan menurut saya tidak istimewa malah menang ikut lomba, pdhal ndak berharap dan hanya coba-coba, dan sebaliknya. . . jadi, buat saya sekarang yang penting nilis nukis dan nulis. Sukses selalu untuk Pak Naim. Barokalloh
BalasHapusTerima kasih atas doanya
HapusTiap-tiap peristiwa pastilah mengandung makna. Bila bukan untuk mereka yang di sini, mungkin bagi mereka yang di sana.
BalasHapusSalam literasi...
Terima kasih Pak Nanang
HapusSetiap tulisan itu memiliki kelebihan masing-masing, itulah keadilan yang Mahakuasa
BalasHapusTerima kasih Pak Pri
HapusYang saya kagum, temannya tentang tulisan, tapi kok masih saja menarik. Terima kasih mas Doktor
BalasHapusBiasa saja Pak KS
HapusTerima kasih mas Doktor, ini sebuah penguatan bagi kami untuk semakin berkarya dengan tinta. Menulis
BalasHapusSama-sama Pak KS
Hapus