Nasrani Ingin Masuk Banser

Desember 20, 2021



Ngainun Naim

 

SAYA tersentak kaget ketika driver taksi online yang saya tumpangi ingin masuk Banser. Pelan saya mulai telisik mengapa ingin masuk Banser. Bukan saya melarang. Itu pilihan setiap orang. Saya sendiri warga NU. Pernah aktif di Ansor tetapi tidak pernah aktif di Banser.

Seperti biasa, saya selalu berusaha mengajak berbincang driver yang saya tumpangi. Bagi saya, perbincangan adalah ilmu. Saya mendapatkan banyak sekali ilmu yang sebagian saya catat untuk memperkaya kehidupan.

Driver yang saya ceritakan ini adalah driver taksi online yang mengantarkan saya dari Madiun ke Ponorogo. Ceritanya saya sedang perjalanan pulang dari Jakarta via kereta api. Saya turun di Stasiun Madiun pagi hari buta karena mobil saya titipkan di IAIN Ponorogo.

Tubuh sangat lelah. Pilihan yang saya ambil adalah mengistirahatkan raga setelah semalam nyaris tidak bisa tidur nyenyak. Saya pun mencari penginapan yang jaraknya hanya selemparan baru dari Stasiun Kereta Api Madiun.

Saya segera wudhu dan menunggu adzan subuh. Tidak sampai satu jam adzan subuh terdengar. Saya pun segera shalat, baru setelah itu merebahkan tubuh.

Sekitar jam 8 pagi saya bangun. Sarapan telah diantar ke kamar. Saya pun menikmati menu sederhana yang disajikan.

Segera saya mandi dan berbenah. Pagi ini saya akan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah Trenggalek setelah mengikuti sebuah acara di Jakarta selama beberapa hari.

Saya pun check out dan bertanya kepada resepsionis tentang taksi online yang bisa mengantarkan saya ke Ponorogo. Petugas hotel berbaik hati memesankan. Saya pun berterima kasih.

Tidak sampai lima menit mobil datang. Saya pun segera masuk mobil. Perjalanan pagi yang cerah mengantarkan saya menyusuri jalanan dari Kota Madiun ke Ponorogo.

Sopir driver ini cukup ramah. Beliau bercerita bahwa aslinya dari Jakarta, sementara istrinya dari Salatiga. Hobinya traveling. Ia telah menjelajah banyak kota di Indonesia. Hobi traveling membuatnya mengenali banyak kota dan di usia tuanya beliau memutuskan untuk menetap di Madiun.

“Bapak sudah pensiun?”, tanya saya.

Beliau tidak menjawab tetapi meminta saya menebak usianya.

“Saya kira usia Bapak sekitar 55 tahun”, jawab saya.

“Iya, betul. Tapi itu usia saya 10 tahun lalu”, katanya.

Kami pun tergelak bersama-sama. Saya pun bertanya apa rahasianya sehingga beliau masih bugar dan beraktivitas sebagai driver di usianya yang sudah 65 tahun. Dengan senang hati beliau pun bercerita.

Kunci pertama yang beliau ceritakan adalah bergaya hidup sehat. Ya, beliau tidak merokok, makan secara teratur, dan mengikuti pola-pola hidup yang baik. Kondisi beliau sekarang ini diyakini sebagai hasil dari gaya hidup sehat yang dilakoninya.

Kunci kedua adalah melakukan aktivitas secara rutin. Driver ini, sejauh cerita yang saya simak, sesungguhnya cukup mapan. Anak-anaknya juga sudah bekerja semua. Namun demikian beliau tetap melakukan aktivitas demi kesehatan jiwa-raga. Menjadi driver membuat beliau selalu aktif. Di lingkungan tempat tinggalnya beliau juga aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

Selain itu beliau juga berprinsip untuk mengeluarkan keringat setiap harinya. Aktivitas wajib beliau setiap pagi adalah mencuci mobil. Selain agar mobil tetap bersih juga agar keluar keringat. Bagi beliau, mencuci mobil adalah olahraga yang bermanfaat.

Ketiga, berdoa. Beliau merupakan seorang penganut Nasrani yang taat. Hidupnya lekat dengan aneka kegiatan spiritual. Bagi beliau, hidup yang beliau jalani sekarang ini merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri.

Saya menyimak paparan pengalaman hidup yang beliau sampaikan. Beberapa yang bermanfaat bisa memperkaya khazanah kehidupan. Kekayaan khazanah kehidupan bisa diperoleh dari mana pun, termasuk dari perbincangan.

Aspek lain yang cukup menarik dari perbincangan dengan beliau adalah pandangan keagamaannya yang cukup moderat. Beliau mengakui bahwa sebagai seorang Nasrani yang taat. Relasi dengan kaum Muslim juga baik. Tanpa saya minta beliau bercerita bahwa Islam yang beliau bayangkan adalah Islam yang moderat. Islam yang menurut beliau mengajarkan tentang kebaikan tanpa membedakan agama dan latar belakang. Substansinya adalah mengajarkan kebaikan dan kemanfaatan.

Secara fasih beliau menjelaskan hadis tentang pentingnya menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Menjadi Banser, sebagaimana awal tulisan ini, adalah bentuk dari menjadi manusia yang bermanfaat. Kemanfaatannya dalam bentuk membantu sesama tanpa banyak berpikir aspek materi.

Perbincangan harus terhenti karena kami sudah sampai di lokasi. Saya berterima kasih karena beliau sudah mengantarkan saya sekaligus memberikan inspirasi hidup yang luar biasa. Sungguh menarik, seorang Nasrani pun ingin masuk Banser karena pertimbangan kemanfaatan hidup buat sesama.

 

Trenggalek, 20-12-2021

35 komentar:

  1. Pengalaman yang menarik Prof. Ternyata kita bisa belajar dari siapa pun, karena lihat apa yang dikatakan jangan melihat siapa yang berkata

    BalasHapus
  2. Pandangan bijak dalam beragama menjadikan sun tambah agama itu sendiri... Catatan yg sangat renyah 😃

    BalasHapus
  3. Masih ingin ya dak apa apa , kalau sudah jadi Banser waah jadi wacana

    BalasHapus
  4. Luar biasa.
    Apapun agamanya kalau taat ajaran, peluang hidup damai lebih dimungkinkan.

    Saat galau-segalaunya, Nabi kita juga pernah mereguk inspirasi dari paman istrinya yang Nasrani taat.

    BalasHapus
  5. Dail : Banser itu lintas agama ya Prof.? Ajib ya.

    BalasHapus
  6. MasyaAlloh , selalu ada ide dimana pun dengan siapa pun , Mantap pak

    BalasHapus
  7. Masya Allah selalu ada ide untuk menjejakkan aksara

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kuncinya adalah berusaha mengikat dalam tulisan apa yang ada di sekitar kita

      Hapus
  8. Cerita mengalir, penuh hikmah. Terima kasih telah berbagi cerita, Prof.

    BalasHapus
  9. Mantap Prof, apa saja bisa jadi tulisan👍

    BalasHapus
  10. MasyaAllah. Catatan perjalanan yang inspiratif. Terima kasih Bapak Naim.

    BalasHapus
  11. Tulisan bapak luar biasa ringan , enak dibaca namun ada yang kurang pak.....apa coba ."kelanjutan ceritanya." saya menunggu lanjutannya pak

    BalasHapus
  12. Balasan
    1. Terima kasih berkenan mengunjungi dan memberikan komentar

      Hapus
  13. Pengalaman yang sangat inspiratif ya prof

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Terima kasih sudah berkenan mengunjungi catatan sederhana ini.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.