Perempuan Ditulis dan Perempuan Menulis

Mei 27, 2022

Ngainun Naim

 

Ada sebuah buku menarik yang di dalamnya—antara lain—berkisah tentang perempuan. Buku tersebut berjudul Hidup, Cinta, dan Bahagia (Jakarta: Gramedia, 2014) merupakan karya penulis muda berbakat M. Iqbal Dawami. Memang bukan buku baru, tetapi isinya banyak yang relevan dalam konteks kehidupan sekarang ini, khususnya tentang fenomena yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. 


 

Bagian yang saya maksudkan ada di halaman 49-54 dengan subjudul “Empat Ibu Pengajian”. Bagian ini mengisahkan tentang empat orang ibu yang saling pamer kehebatan anaknya masing-masing. Tidak ada yang mau kalah. Semua menunjukkan keunggulan anaknya hingga hal-hal yang sesungguhnya tidak masuk akal dijadikan argumen untuk mengalahkan ibu yang lain.

Bangga terhadap anak merupakan hal manusiawi. Prestasi anak adalah hasil dari didikan orang tuanya. Namun bangga berlebihan—yang dikenal dengan narsis—merupakan bentuk kesombongan. Jika kebanggaan dirinya sudah melampaui batas, itu namanya ekshibisionis. Ini merupakan bentuk penyimpangan kejiwaan. Pujian diberikan sewajarnya saja agar tidak membuat lupa diri. Bangga terhadap diri berlebihan itu dalam Islam disebut ujub.

Tentu bukan bermaksud melakukan generalisasi jika fenomena bangga terhadap diri, anak, dan anggota keluarga yang lain biasanya dilakukan kaum perempuan. Kaum lelaki pun juga banyak yang melakukannya. Tulisan M. Iqbal Dawami menjadi media refleksi yang penting khususnya bagi saya. Ada aspek yang berbeda antara M. Iqbal  Dawami dengan saya, yaitu beliau menulis tentang perempuan, sedangkan saya hanya membacanya. Ya, M. Iqbal Dawami menjadikan perempuan sebagai bahasan dalam tulisannya.

Memang perempuan itu tidak akan ada habisnya untuk ditulis. Selalu saja ada sisi yang menarik. Saya pernah mengajak kawan-kawan untuk menulis tentang sosok ibu. Tidak butuh waktu lama, puluhan tulisan masuk. Ketika kemudian terbit, buku dengan judul Sejuta Cerita tentang Ibu (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2021) memiliki ketebalan 450 halaman. Sungguh sebuah buku yang tidak tipis.


 

Saya sangat yakin sosok perempuan akan terus saja memiliki sisi yang bisa ditulis. Kuncinya adalah kreativitas untuk melihat sisi-sisi unik pada mereka. Bisa jadi hanya hal-hal sederhana saja namun sesungguhnya sisi itu sarat pesona.

Ada lagi sudut pandang yang berbeda yaitu perempuan itu sendiri yang menulis. Jadi bukan perempuan yang ditulis tetapi perempuan yang menulis. Saya memiliki cukup banyak buku yang ditulis oleh orang perempuan dengan topik dan sudut pandang yang beragam. Salah satunya adalah buku karya Ika Yunia Fauzia, Seni Hidup Bermuka Tembok (Surabaya: Pustaka Idea, 2021). Buku ini memiliki ketebalan yang lumayan, yakni 423 halaman. 


 

Bisa dikatakan buku ini merupakan buku motivasi. Hal ini bisa dicermati dari isinya yang mengajak pembacanya untuk berjuang serius dalam menapaki kehidupan. Buku ini, sesuai dengan ketebalannya, memuat 12 bab.

Saya tidak mungkin mereviu isi buku tersebut secara keseluruhan. Saya akan mengambil satu bagian yang menurut saya cukup penting di halaman 179, “Kesuksesan Tidak Gratis Turun dari Langit”. Penulis buku ini merangkum ilmu dari banyak kesempatan. Rangkuman pertama berkaitan dengan para akademisi sukses. Penulis menjelaskan bahwa para akademisi yang sukses adalah mereka yang sabar, taft, ulet, gigih, dan mengesampingkan harga dirinya jika berurusan dengan proses pencarian ilmu. Mereka sangat keras terhadap diri sendiri dalam proses pencarian ilmu melebihi orang-orang pada umumnya.

Rangkuman kedua berkaitan dengan pemimpin yang sukses dalam maknanya yang substantif. Hampir semuanya adalah pejuang yang menorehkan pengaruh besar di masyarakat. Tidak ada yang datang tiba-tiba. Pemimpin karbitan biasanya mudah terjatuh dalam perilaku korup.

Ada kutipan menarik dari buku tersebut sebagai bahan refleksi dan menutup catatan sederhana ini. Jika kesuksesan hanya diukur dengan sesuatu yang instan, maka yang ada hanyalah kesuksesan yang zonk semata. Sukses itu butuh waktu, butuh proses, butuh kesabaran dan butuh pembiasaan untuk bisa menekan nafsu dan keinginan.

 

Trenggalek, 26-5-2022

21 komentar:

  1. Terima kasih tulisannya, Bapak Naim. Sangat menginspirasi.

    BalasHapus
  2. Refleksinya sangat mengena sekali Prof. Terima kasih sudah mengingatkan.

    BalasHapus
  3. Inspiratif prof. Memang "Tiada kesuksesan tanpa tetesan air mata". Perjuangan...

    BalasHapus
  4. Tulisan yang inspiratif. Terimakasih untuk ilmunya Prof

    BalasHapus
  5. Karena hidup adalah proses, dimana saja kita berada tidak ada proses yang instan yang namanya proses ya pasti bertahab, berjalan dengan ketekunan ke uletan dan kesabaran

    BalasHapus
  6. Masya Allah. Terima kasih, Prof.

    BalasHapus
  7. Pada salah satu akun di Instagram (IG), saya menemukan sebuah quote yang menambah pengetahuan dan keyakinan saya: sungguh perempuan adalah yang manusia istimewa dan mulai. Sehingga Allah abadikan perempuan menjadi nama salah satu surat di Alquran (An-Nisa).

    Pada quote itu dituliskan ada 3 perempuan hebat:
    1. Ibu yang akan membimbing kita masuk ke dalam syurga.
    2. Istri yang menjadi penyempurna sebagian ia iman.
    3. Anak perempuan yang menjadi benteng dari api neraka

    BalasHapus
  8. MasyaAllah tulisan yang penuh makna, sangat bermanfaat

    BalasHapus
  9. Terimakasih
    Ilmu - ilmu yang sangat bermanfaat dan penulisnya sangat menginspirasi

    BalasHapus
  10. Ketika menulis sudah menjadi passion. Hidup, menulis dan bahagia. Salut prof.

    BalasHapus
  11. Sangat menginspirasi dan memotivasi. Jadi ingin membaca langsung buku2 yg disebut. Salam sehat dan sukses selalu Pak Prof.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.