Palembang dan Catatan tentang Tempat-tempat Eksotik

Juli 05, 2022


 

Ngainun Naim

 

Ini perjalanan saya yang kedua kalinya ke Palembang. Perjalanan pertama pada tahun 2009. Saat itu saya menjadi peserta Annual Conference on Islamic Studies (ACIS). Sementara sekarang saya menjadi peserta sebuah kegiatan.

Tanggal 1 Juli 2022 dini hari. Saya terbangun karena pintu kamar diketuk. Saya lihat masih jam 02.30 WIB. Rupanya anak suluk sedang sakit. Saya bangunkan Mamanya untuk menemani. Ternyata si bungsu ikut bangun. Mereka bertiga kemudian boyong ke kamar sementara saya bersiap ke Bandara Juanda Surabaya.

Jam 04.00 WIB saya meluncur ke kampus. Kami berangkat berombongan ke Bandara. Ada beberapa orang yang sama-sama ke Palembang meskipun acara dan tujuannya berbeda.


 

Perjalanan ke Bandara Juanda cukup lancar. Pesawat yang mengantar kami adalah Lion Air JT 856. Kami sampai di bandara pukul 08.15. Ada cukup waktu untuk check in dan santai. Boarding pukul 09.50 WIB.

Perjalanan ke Palembang secara umum lancar. Kebiasaan saya begitu pesawat sudah siap terbang adalah tidur. Entahlah, kejadian semacam ini nyaris terjadi setiap terbang. Tidurnya tidak terlalu lama. Begitu pesawat mulai terbang dan ada informasi kalau sabuk pengaman boleh dilepas, saya biasanya bangun.

Setelah tidur sesaat saya mulai membaca buku karya Ahmad Syafii Maarif yang berjudul Titik-Titik Kisar di Perjalananku (Bandung: Mizan, 2009). Tercatat saya membeli buku ini pada 14-11-2011. Namun baru kali ini sempat membacanya. Semoga seminggu ini bisa tamat membaca.



Baru beberapa lembar membaca, kantuk menyergap. Saya kembali memejamkan mata. Tidak terlalu lama karena pinggul mulai linu. Saya coba gerakkan badan lalu mengambil dan membaca Lionmag edisi Juni-Juli 2022. Tidak terlalu lama juga. Setelah itu saya Kembali terlelap. Saya baru bangun menjelang landing.

Pukul 12.07 pesawat landing di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Setelah menyelesaikan urusan teknis, kami (saya, Mas Eko Ariwidodo, dan Mbak Imas Maesaeoh) segera keluar bandara. Tim penjemput sudah siaga mengantarkan tamu, termasuk ke hotel tujuan, Beston Hotel.

Diantar Alumni

Saya menghubungi Mas Fuadilah Ali Sofyan, Dosen UIN Raden Fatah Palembang yang merupakan alumni UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Beberapa hari sebelumnya saya sudah kontak beliau.

Pukul 14.00 WIB beliau WA jika sudah di lobi hotel. Saya pun segera turun. Setelah bertemu dan berbincang sejenak kami kemudian keluar menelusuri jalanan Kota Palembang yang padat merayap.

Sepeda motor yang dikemudikan Mas Fuadilah meluncur di atas Jembatan Ampera. Setelah beberapa saat sepeda berbelok ke sebuah rumah makan. Namanya Rumah Makan Pindang Meranjat Jakabaring. Kami memilih menu Pindang Gabus yang merupakan menu khas kota ini.

Saya sungguh menikmati kuliner khas ini. Setiap daerah memang memiliki kuliner khas yang tidak ditemukan di tempat lain. Jika pun ada, rasanya berbeda dengan di tempat asalnya.

 

Kampus UIN Raden Fatah

Usai makan Mas Fuadilah mengajak saya ke Kampus II UIN Raden Fatah di Jakabaring. Kampus ini cukup luas. Gedung-gedungnya megah. Terlihat betapa elegan dan berwibawanya.

Kami mengililingi kampus. Mas Fuadilah menjelaskan satu demi satu dengan sabar nama gedung dan peruntukannya. Saya yang duduk di kursi belakang sepeda motor mendengarkan penjelasan beliau. Penjelasannya cukup bermanfaat dan informatif.

Di pintu keluar kami berhenti. Kami mengambil gambar di dekat tulisan UIN Raden Fatah. Paling tidak sebagai dokumen bahwa saya pernah mengunjungi lokasi ini.

 

Masjid Sultan Badarudin

Perjalanan selanjutnya adalah Masjid Sultan Badarudin. Masjid ini sangat besar. Lokasinya di tengah kota dan tidak jauh dari Jembatan Ampera.

Saya mengelilingi bagian demi bagian dari masjid ini. Beberapa bagian masjid saya ambil gambarnya. Kebetulan juga saat itu sedang waktunya shalat asar. Usai shalat saya mengambil gambar jamaah yang satu persatu meninggalkan masjid.

Hari semakin sore. Saya belum istirahat. Kami pun memutuskan kembali ke hotel untuk istirahat sebelum acara yang saya ikuti dimulai.

 

Ngopi di Pinggir Jembatan Ampera

Jarum jam menunjukkan pukul 23.00 ketika acara di Hotel Beston harus berakhir. Saya segera ke kamar untuk menaruh tas lalu kembali keluar menuju lobi hotel. Di sana sudah menunggu Dr. Mahrus Elmawa.

Malam itu kami—saya, Mbak Imas Maesaroh, Mas Ayub Mursalin, Mas Yanwar Pribadi, dan Mas Anwar Dani—keluar menyusuri Jembatan Ampera. Di ujung jembatan kami berhenti. Kami ngopi di Ummaki Coffee.

Kami berbincang tentang banyak hal. Sungguh menyenangkan. Kami baru kembali ke hotel sekitar jam 01.00 WIB.

 

Tulungagung, 3 Juli 2022

 

18 komentar:

  1. Semoga umur panjang bisa jalan2 ke Palembang dan mengunjungi tempat2 eksotik tsb. Keren, Prof.

    BalasHapus
  2. Mantab Prof. Semoga bisa bertemu lagi dan bisa jalan-jalan lagi di Palembang. (Fuad)

    BalasHapus
  3. Perjalanan yg menarik. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻Sayang tidak ke wisata religi Alqur”an Akbar di jln Moh Yamin Kecanatan Gandos Palembang. 👍👍👍 .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Semoga ada kesempatan ke Palembang lagi dan mengunjungi Al-Quran Akbar.

      Hapus
  4. Terimakasih Prof catatannya sangat enak d baca... ringan dan mengalir.. inspiratif selalu.. berasa sprti ikut dalam travelingnya jg... meski masih hanya bisa membayangkan pasti asik sekali..😊

    sungguh luar biasa misal d lain waktu sya jg bs berkesempatan keliling daerah sprti Profesor🤲🏻😊

    BalasHapus
  5. Jejak perjalanan yang menyenangkan Prof. Alhamdulillah.

    BalasHapus
  6. Terima kasih atas catatan ringan dan singkatnya ini, Prof. Saya jadi tahu di UIN Raden Intan ada alumni yang satu almamater dengan saya. Catatan ini menunjukkan pesatnya perkembangan kampus Dakwah dan Peradaban yang dibuktikan dengan penyebaran alumninya di tanah Sumatera. Semoga lain kali ketika balik Sumatera bisa catch up dan meet up dengan mas dosen (Fuad).

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.