Mulailah Menulis Sekarang Juga
Berikut ini resensi buku saya yang dibuat oleh Hayat dan dimuat di Koran Jakarta. Untuk melihat edisi online-nya, bisa dicek di: http://www.koran-jakarta.com/?30191-mulailah+menulis+sekarang+juga.
Judul : The Power of Writing
Penulis : Ngainun Naim
Penerbit : Lentera Kreasindo
Cetakan : I Januari 2015
Tebal : 230 Halaman
ISBN : 978-602-1090-14-5
Kegiatan tulis-menulis merupakan pondasi bagi setiap manusia terdidik. Menulis membuat sebuah sejarah abadi dan mengantarkan manusia dengan sesama berinteraksi. Tulisan yang baik mampu membawa pembaca puas dan bisa menyerap intinya.
Menulis secara serius bisa dalam bentuk makalah, jurnal, dan artikel. Setiap penulis tentu pernah mengalami berbagai hambatan. Maka, dibutuhkan komitmen, kerja keras, semangat dan spirit tangguh untuk terus belajar menulis.
Seperti yang diungkapkan oleh Thomas Alva Edison, ketika ditanya tentang kemampuannya meneliti sekitar 18 jam sehari. Dia mengatakan, yang dilakukan bukan kerja, tapi main-main yang mengasyikkan. Edison bekerja dengan senang hati sehingga waktu yang sedemikian panjang, tidak terasa. Spirit Edison ini layak diteladani dalam menumbuhkan spirit meneliti dan mnulis (halaman 39).
Pekerjaan yang sesuai dengan passion-nya akan menemukan kepuasan jika mampu menyelesaikan. Pembaca dituntut untuk terus menulis. Pada halaman pertama, ada “provokasi” untuk menggairahkan pembaca, “Ayo Menulis.” Ini menyuntik semangat dan motivasi untuk terus belajar menulis, terutama pemula.
Di tengah bab per bab, diselipkan berbagai pengalaman para penulis tersohor. Perlu ada keseimbangan dan kompromi. Contoh orang lemah dengan berbagai keterbatasan, namun mampu menghasilkan karya fenomenal. Mereka dikenal lewat tulisan-tulisan yang best seller.
Seorang TKW asal Banyuwangi mampu menembus batas menghasilkan karya tulis yang produktif, walaupun hanya lulusan SMA. Artikel-artikelnya berkembang pesat dan tersebar luas sehingga diapresiasi khalayak. Artikelnya juga dimuat di situs motivasi dan pengembangan diri (halaman 44).
Dalam beberapa bab selalu ditekankan aspek praktis jika ingin menjadi penulis yang baik. Kuncinya harus terus menulis. Tulis apa saja, niscaya kualitas tulisan akan membaik. Isi tulisan member ruang dan waktu tak terbatas bagi para pembaca untuk mempraktikkan.
Menulis merupakan bentuk perjuangan. Banyak yang berpendapat bahwa menulis membutuhkan waktu yang tenang, khusus, dan sedang tidak sibuk. Jika rumus ini dipakai, banyak orang sangat jarang menghasilkan tulisan. Lima hari dalam sepekan harus ke kantor. Berangkat dari rumah dini hari dan pulang sudah malam. Hari Sabtu dan Minggu untuk keluarga, sehingga nyaris tidak ada waktu khusus untuk menulis (halaman 52).
Buku ini memberi suntikan semangat untuk membuat sejarah dan mengembangkan literasi agar memajukan peradaban. Pesan yang paling mengkristal dari buku, menulislah sekarang juga. Jangan ditunda. Juga harus banyak membaca agar menambah kasanah. Memabaca menyingkap setiap ketidaktahuan dan kebodohan.
Buku juga dilengkapi trik dan tips untuk pembaca agar bisa menulis secara efektif efisien. Memberi aplikasi secara nyata seperti pengalaman-pengalaman dari bab ke bab.
Diresensi Hayat, dosen Universitas Islam Malang
Judul : The Power of Writing
Penulis : Ngainun Naim
Penerbit : Lentera Kreasindo
Cetakan : I Januari 2015
Tebal : 230 Halaman
ISBN : 978-602-1090-14-5
Kegiatan tulis-menulis merupakan pondasi bagi setiap manusia terdidik. Menulis membuat sebuah sejarah abadi dan mengantarkan manusia dengan sesama berinteraksi. Tulisan yang baik mampu membawa pembaca puas dan bisa menyerap intinya.
Menulis secara serius bisa dalam bentuk makalah, jurnal, dan artikel. Setiap penulis tentu pernah mengalami berbagai hambatan. Maka, dibutuhkan komitmen, kerja keras, semangat dan spirit tangguh untuk terus belajar menulis.
Seperti yang diungkapkan oleh Thomas Alva Edison, ketika ditanya tentang kemampuannya meneliti sekitar 18 jam sehari. Dia mengatakan, yang dilakukan bukan kerja, tapi main-main yang mengasyikkan. Edison bekerja dengan senang hati sehingga waktu yang sedemikian panjang, tidak terasa. Spirit Edison ini layak diteladani dalam menumbuhkan spirit meneliti dan mnulis (halaman 39).
Pekerjaan yang sesuai dengan passion-nya akan menemukan kepuasan jika mampu menyelesaikan. Pembaca dituntut untuk terus menulis. Pada halaman pertama, ada “provokasi” untuk menggairahkan pembaca, “Ayo Menulis.” Ini menyuntik semangat dan motivasi untuk terus belajar menulis, terutama pemula.
Di tengah bab per bab, diselipkan berbagai pengalaman para penulis tersohor. Perlu ada keseimbangan dan kompromi. Contoh orang lemah dengan berbagai keterbatasan, namun mampu menghasilkan karya fenomenal. Mereka dikenal lewat tulisan-tulisan yang best seller.
Seorang TKW asal Banyuwangi mampu menembus batas menghasilkan karya tulis yang produktif, walaupun hanya lulusan SMA. Artikel-artikelnya berkembang pesat dan tersebar luas sehingga diapresiasi khalayak. Artikelnya juga dimuat di situs motivasi dan pengembangan diri (halaman 44).
Dalam beberapa bab selalu ditekankan aspek praktis jika ingin menjadi penulis yang baik. Kuncinya harus terus menulis. Tulis apa saja, niscaya kualitas tulisan akan membaik. Isi tulisan member ruang dan waktu tak terbatas bagi para pembaca untuk mempraktikkan.
Menulis merupakan bentuk perjuangan. Banyak yang berpendapat bahwa menulis membutuhkan waktu yang tenang, khusus, dan sedang tidak sibuk. Jika rumus ini dipakai, banyak orang sangat jarang menghasilkan tulisan. Lima hari dalam sepekan harus ke kantor. Berangkat dari rumah dini hari dan pulang sudah malam. Hari Sabtu dan Minggu untuk keluarga, sehingga nyaris tidak ada waktu khusus untuk menulis (halaman 52).
Buku ini memberi suntikan semangat untuk membuat sejarah dan mengembangkan literasi agar memajukan peradaban. Pesan yang paling mengkristal dari buku, menulislah sekarang juga. Jangan ditunda. Juga harus banyak membaca agar menambah kasanah. Memabaca menyingkap setiap ketidaktahuan dan kebodohan.
Buku juga dilengkapi trik dan tips untuk pembaca agar bisa menulis secara efektif efisien. Memberi aplikasi secara nyata seperti pengalaman-pengalaman dari bab ke bab.
Diresensi Hayat, dosen Universitas Islam Malang
Tidak ada komentar: