Kado Sangat Indah di Awal Tahun
Ngainun Naim
TAHUN baru 1 Januari 2022 saya sekeluarga bersepakat di rumah saja.
Tidak perlu merayakannya dengan mengunjungi tempat-tempat wisata. Selain karena
masih pandemi, biasanya tempat-tempat wisata juga penuh sesak oleh pengunjung.
Pada kondisi yang semacam itu biasanya tidak ada nikmatnya. Adanya adalah suasana yang—bagi saya pribadi—justru tidak nikmat. Niatnya cari hiburan tetapi faktanya justru tersiksa oleh situasi.
Saya dan istri bersepakat untuk mengisi hari pertama di tahun 2022 dengan membersihkan rumah. Bagian yang kami bersihkan adalah rak buku yang ada di samping ruang tamu. Kondisinya memang kurang indah. Kami membongkar buku yang ada di dua buah lemari, memindahkan posisinya, dan kemudian menata kembali.
Terlihat sederhana tetapi ternyata cukup memakan waktu dan tenaga. Tanpa terasa jarum jam sudah menunjukkan angka 11.00 WIB. Kami pun beristirahat. Saya segera mandi dan ganti pakaian. Jam 11.30 WIB saya keluar bersama anak-anak untuk membeli makan siang. Istri tidak ikut karena masih capek. Beliau hanya pesan untuk dibungkuskan.
Warung yang saya tuju terletak persis di utara kantor PCNU Trenggalek. Di warung ini saya dan anak-anak memesan makanan. Pukul 11.54 sebuah WA masuk. Isinya hanya satu kata, “Tes”. Setelah itu berselang satu menit sebuah lampiran undangan juga masuk. Bunyinya Undangan Penyerahan SK GB pada Upacara HAB Kemenag. Saya terdiam. Emosi saya melonjak. Saya buka file undangan itu. Ada dua halaman. Halaman pertama berupa keterangan pelaksanaan kegiatan dan halaman kedua berupa daftar 15 orang GB yang diundang. Di urutan nomor dua tertulis Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I.
Seketika air mata saya meleleh. Saya baca lagi surat itu. Anak sulung saya heran melihat saya seperti shock. “Yah, ada apa yah?”, tanyanya beberapa kali. Emosi saya masih belum stabil. Saya telepon istri, tetapi saya tidak mampu menjelaskan secara utuh. Saya kirimi file undangan saja.
Usai makan segera saya pulang. Sesampai di rumah saya peluk wanita yang dengan sabar menemani saya selama lebih dari 18 tahun ini. Wanita yang tidak pernah melarang saya membaca dan menulis saat saya seharusnya menemani beliau dan anak-anak. Wanita yang selalu mendukung setiap kegiatan saya. Capaian saya tidak lepas dari dukungan penuh beliau.
Tanpa tahu dari mana sumbernya, ratusan WA ucapan selamat masuk, baik di grup maupun japri. Saya sampai kewalahan melihat dan membalasnya. Meskipun demikian saya upayakan untuk membalasnya satu demi satu.
Setelah shalat saya meminta istri dan anak-anak untuk bersiap ke rumah Tulungagung. Agenda utamanya adalah sowan Ibuk dan ziarah ke makam Bapak. Saya harus sungkem dan minta doa restu untuk kelancaran keberangkatan saya mengambil SK ke Jakarta. Saya sangat meyakini bahwa capaian saya adalah buah dari kerja, didikan, dan doa beliau berdua.
Hujan turun dengan sangat deras. Jalanan dipenuhi genangan air. Jarak pandang sangat pendek. Namun saya tetap melaju. Pelan tetapi pasti saya menuju rumah orang tua di Desa Sambidoplang Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung.
Begitu saya sampai rumah, Ibuk memeluk saya dengan erat. Air mata kami tumpah. Doa-doa panjang beliau diijabahi Allah. Sungguh ini anugerah Allah yang tiada terkira. Adikku bungsu menulis di story WA tentang bahagianya Ibuk yang lulusan SD bisa memiliki anak yang mendapatkan anugerah sebagai seorang guru besar.
Saya segera menuju makam Bapak. Saya berdoa dengan deraian air mata yang tidak berhenti mengalir. Kesedihan tiara tara karena ketika kerja keras yang saya lakukan mendapatkan hasil, Bapak telah menghadap yang Maha Kuasa. Sepanjang berdoa, buliran air mata terus saja mengalir. Sungguh, saya tidak mampu menahan desakan emosi yang begitu menyesakkan.
Hari mulai gelap. Saya pun segera pulang ke rumah Ibuk. Usai shalat magrib saya mengajak keluarga untuk pamit karena saya harus persiapan untuk segera berangkat ke Jakarta. Bepergian di tahun baru, di akhir pekan, jelas bukan hal yang mudah. Beberapa skenario dan pilihan armada saya pikirkan secara cermat.
Prof. Dr. Moh. Asror Yusuf, M.Ag dari IAIN Kediri yang juga lolos menjadi guru besar menghubungi saya untuk mendiskusikan kemungkinan keberangkatan ke Jakarta. Kami bersepakat untuk berangkat bersama. Pencarian tiket secara online kami lakukan dan sepakati bersama. Kami berjanji untuk bertemu di IAIN Kediri untuk kemudian bersama menuju Bandara Juanda Surabaya.
Tanggal 2 Januari 2022 pagi Prof. Dr. Moh. Asror Yusuf menghubungi saya jika beliau kesulitan mendapatkan klinik untuk tes antigen. Beliau menjelaskan bahwa jika sampai jam 08.00 tetap belum mendapatkan maka beliau mengajak lebih awal. Saya mengiyakan sembari mencari informasi tes antigen di Trenggalek. Alhamdulillah, tes antigen lancar. Kami pun bersepakat bertemu di IAIN Kediri jam 12.00 siang.
Perjalanan secara umum berlangsung lancar. Perjalanan yang berbeda dengan tujuan yang sungguh tidak terduga. Di Jakarta, kami menginap di sebuah hotel di dekat Kantor PBNU. Menurut perhitungan hanya butuh waktu 10 menit dari lokasi ini menuju kantor Kementerian Agama.
Pukul 19.30 ketika pesawat baru landing, Mas Ruchman Basori dari Kementerian Agama mengirimkan WA. “Besok siap2 ya utk menerima sk dari Gus Men secara simbolik dengan pak marzuki”. Saya segera membalas, “Siap Bapak”. Saya sendiri juga belum tahu apa, mengapa, dan bagaimana teknis pelaksanaannya. Intinya siap menjalankan tugas.
Pagi pukul 06.00 WIB kami berangkat dari hotel menuju kantor Kementerian Agama. Begitu sampai kami diarahkan di ruang transit. Sudah ada beberapa orang yang ada di sana. Di situlah kami berkenalan. Ada Prof. Dr. Marzuki, Prof. Dr. Tasman, dan kemudian beberapa orang yang datang.
Sesaat petugas protokol menghubungi Prof. Dr. Marzuki dan saya. Intinya kami berdua akan menjadi perwakilan guru besar yang menerima SK. Prof. Dr. Marzuki sebagai yang tertua dan saya sebagai yang termuda dari 15 orang yang mendapatkan anugerah sebagai penerima SK Guru Besar. Sungguh kejutan yang kesekian kalinya.
Saya bersama 14 kawan lain merupakan guru besar pertama produk Kementerian Agama. Saya tidak akan menceritakan tentang bagaimana dan mengapa, tetapi yang substansi adalah saya sangat bersyukur bisa menjadi guru besar. Tentu perjuangannya juga tidak sederhana. Namun kesempatan menerima SK langsung dari Menteri Agama juga merupakan anugerah hidup yang tidak terkira. Ya, inilah jawaban atas pertanyaan almarhum Bapak tentang kapan saya menjadi guru besar.
Mabruk prof🤗
BalasHapusTerima kasih Bu Doktor
HapusLuar biasa, panutan satu ini memang dari cerita teman, senior dan lainnya memang dari awalnya orang yang kutu buku. Dan masih banyak cerita lainnya. Selamat prof. Naim.
BalasHapusTerima kasih Mas
HapusSubhanallah. Panjenegan estu-estu luarbiasa pak prof naim..
BalasHapusBiasa wae Mas
HapusSubhanallah, barokallah... setelah membaca tulisan bapak saya ikut terharu dan bahagia, sungguh luar biasa, semoga berkah dan amanah
BalasHapusAamiinnnn
HapusHaru biru, Prof Naim adalah teladan. Sangat bersyukur bisa dapat ilmu dari bapak. Terima kasih prof.
BalasHapusSama-sama Mas
Hapussangat luar prof naim... saya ikut bahagia dan terharu setelah membaca tulisan panjenengan prof... semoga saya saya bisa meneladani semangat panjenengan prof..
BalasHapusAamiinnn
HapusMasyaAllah, Alhmdlh, nderek Marem sanget prof,sangat mengharukan, mugi2 barokah berkah teruntuk Prof sekeluarga, Alhamdulillah selamat prof,. Terimakasih sharingnya sangat bermanfaat 🤲🏻
BalasHapusAamiin. Terima kasih Mbak
HapusBapak Naim adalah Profesor termuda, MasyaAllah. Terima kasih selalu memberikan teladan dan inspirasi untuk kami Bapak. Semoga berkah selalu. Amin.
BalasHapusAaminnnn. Terima kasih Mbak
HapusAlhamdulilah slmt Dan barokah prof. Ngainun Naim
BalasHapusTerima kasih Pak Haji
HapusUndangan Penyerahan SK GB pada Upacara HAB Kemenag. ALHAMDULILLAH. Saya Ikut Bahagia Prof, Moga makin manfaat ilmunya
BalasHapusSangat layak Prof Ngainun Naim
BalasHapusTerima kasih Pak
HapusAlhamdulillah, barakallah Prof.
BalasHapusAaminnn. Terima kasih.
HapusMabruk prof Ngainun Naim sehat barokah selalu untuk umat
BalasHapusAamiinnn. Terima kasih
Hapusselamat pak kyai, akhirnya menjadi guru besar, semoga semakin aktif memberikan kepada kami ilmunya. salam blogger persahabatan. Omjay.
BalasHapusTerima kasih Omjay
Hapussemoga bermanfaat Dunia sampai akhirat amin x 3
BalasHapusAamiinnn
HapusIkut bangga dan terharu.. ��
BalasHapusTerima kasih Mas
HapusSelamat pak, semoga barokah
BalasHapusAamiinnn. Suwun Mas
HapusMabruk prof 🙏
BalasHapusAamiinnnn. Terima kasih
Hapusselamat dan sukses prof. barakallah
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusSelamat Senior, Mabruk Alfa Mabruk, Selamat Prof Naim smg berkah dunia akhirat ilmunya # Salam sprint literasi
BalasHapusAamiinnnn. Terima kasih.
HapusBarokallah semoga bermanfaat dunia-akhirat Prof....
BalasHapusAamiinnn. Terima kasih.
HapusAlhamdulilah ... Selamat Bapak.
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusBarokallohu fiikum mas Prof Naim, ikut senang. Selamat
BalasHapusAamiinnn. Terima kasih Pak KS
HapusAlhamdulullah. Semoga keberkahan ilmunya menyebar dan memberi manfaat bagi sesama
BalasHapusAamiinnn. Suwun Pak
HapusMabruk Pak Prof. Sungguh tauladan yang inspiratif. Semoga semakin menambah manfaat
BalasHapusAaminnn. Terima kasih
HapusAlhamdulilah, selamat prof. Naim. Semoga barokah dan berkah. Menjadi motivasi buat kita semua. Terima kasih atas tulisan² yang telah di berikan. Semoga terus bermanfaat. Amin
BalasHapusAmin. Trims ya Mas
HapusSelamat Prof Naim
BalasHapusBarokallah
Terima kasih Bu
HapusSELAMAT DAN SUKSES PROF...
BalasHapusBerkah barokah bersama keluarga tercinta.
Aamiinnn.terima kasih
HapusAlhamdulillah. . Mabruk Lrof. ikut bangga dan bahagia krn pernah terinfuence dg virus literasinya, dan 3 kali menjadi penulis terbaik di gurusiana, dan 2 lolos nulis bareng dg Prof Tengsoe. . . jazakumullohu ahsanal jaza
BalasHapusAlhamdulillah. Matur nuwun ya Mbak.
HapusMabruk alfa mabruk, prof.
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMasya Allah TaBarakallah Prof .Ngainun ....
BalasHapusAmin
HapusKu bersyukur bertrmu bapak..semoga bisa offline ketemu..menginspirasi
BalasHapusAmin
HapusProf. Ngaimun memang hebat. Ibu, dan Bapak Prof., kedua beliau juga priyayi hebat, dan pastinya bahagia. meskipun Ayahanda sudah tiada, saat 'kerja keras' beliau menuai hasil gemilang, punya putra seorang Profesor. Saya jadi teringat, belajar dan karier saya yang tersendat-sendat. mungkin saya memang bukan orang yang kuat. Kasihan ibu saya, beliau tidak bisa sebahagia Ibunda Prof. Ngaimun. Saya ikut bangga, Prof. Saya nais lo menulis ini.
BalasHapusTerima kasih Bu
Hapus