Berguru kepada Master Mengikat Makna
Oleh Ngainun Naim
Salah
satu buku yang cukup berpengaruh dalam proses saya belajar menulis berjudul
"Mengikat Makna". Buku ini
ditulis oleh Hernowo. Lewat buku dengan kemasan unik-menarik tersebut, saya
menemukan strategi baru dalam menulis. Saya tidak ingat persis berapa kali
menamatkan membaca buku bergizi tersebut. Yang jelas sudah berkali-kali. Saya
selalu menemukan hal baru setiap kali membaca lagi.
Setelah 'Mengikat Makna', buku-buku Pak Hernowo saya
buru. Setiap buku beliau saya temukan di toko buku, saya usahakan untuk saya
beli. Bagi saya, buku-buku karya beliau adalah sumber energi dan inspirasi tak
bertepi.
![]() | ||
Di antara buku karya Hernowo |
Walaupun puluhan buku beliau sudah saya baca, saya baru
bisa bersua beliau di tahun 2016. Mubes dan Kopdar Sahabat Pena Nusantara (SPN)
yang dilaksanakan di Wisma Sargede Yogyakarta pada 10 April 2016 menjadi
momentum bertemu dan berguru kepada beliau.
Saya sungguh beruntung mendapatkan kesempatan bertemu dan
mendengarkan ceramah Pak Hernowo. Apa yang selama ini saya baca dari buku-buku
beliau mendapatkan peneguhan melalui uraian yang bernas dan tangkas. Pak
Hernowo tidak hanya berteori, tetapi juga melakukan demonstrasi.
![]() | |
Demonstrasi Free Writing Hernowo |
Makalah dengan judul 'Dua Model Latihan Menulis: Mengikat
Makna dan "Free Writing", menjelaskan secara detail mengenai
bagaimana membaca dan menulis dilakukan secara bebas. Saya ingat persis
bagaimana beliau berkali-kali menekankan tentang pentingnya menulis secara
rutin. Bahkan beliau menyarankan untuk memakai alarm. Kata Master Mengikat
Makna tersebut, "Menulis yang dilakukan mendekati deadline pasti tidak
bagus. Karena itu menulis harus dilakukan secara rutin, konsisten, istiqamah.
Latihan menulis jangan seperti kerupuk yang mudah melempem atau seperti lilin
yang mudah meleleh. Konsistensi dan kesungguhan itu membuat diri kita menjadi
'lebih baik'."
Menulis, bagi Hernowo, berkaitan erat dengan membaca.
Untuk membangun konsep belatih menulis yang menyinergikan membaca-menulis maka
Hernowo membangun konsep 'Mengikat Makna'. Konsep ini telah menjadi paten
sehingga jika disebut 'Mengikat Makna' maka berarti Pak Hernowo.
![]() | |
Mengikat Makna |
Saat membaca catatan saya di atas, melalui Grup WA
Sahabat Pena Nusantara, Pak Hernowo memberikan tanggapan:
Alhamdulillah, hanya dalam
beberapa paragraf, Pak Ngainun berhasil menyampaikan apa yang saya sampaikan
kemarin--lewat tulisan dan presentasi power point. Tanpa mau dan mampu berlatih
membaca dan menulis, kita mustahil punya keterampilan dan dapat meningkatkan
keterampilan membaca dan menulis.
Pak Ngainun Naim juga memberikan
titik tekan penting bagaimana agar latihan membaca dan menulis yang kita lakukan
efektif--ada EFEK-nya, tidak seperti es lilin dan kerupuk. Pertama,
latihan itu harus dapat memberdayakan diri--bukan malah memayahkan dan
memperdaya diri kita. Kedua, latihan itu membebaskan diri kita--tidak
menekan dan tidak membuat diri kita kerepotan atau terkerangkeng. Ketiga,
latihan itu perlu dilakukan secara rutin (kontinu), konsisten, dan penuh
kesungguhan.
Bagaimana agar kita dapat berlatih
membaca dan menulis yang memberikan hasil gilang-gemilang? Komitmen. Ya kita
perlu berkomitmen kepada diri kita sendiri. Apakah benar kita memang ingin
punya kemampuan membaca dan menulis? Apakah kita ingin dapat terus meningkatkan
kemampuan diri kita? Dan apakah kita memang bertanggungjawab terhadap diri kita
untuk menjadikan diri kita senantiasa membaik dari hari ke hari? Hanya diri kitalah yang tahu.
Saya kemudian membuat catatan lanjutan.
Saya menikmati tiga hal pada kehadiran Pak Hernowo di
acara SPN minggu lalu. Pertama, presentasi lisannya yang penuh semangat.
Padahal, kondisi fisik beliau kurang fit. Paparannya jelas, gamblang, dan
intonasi yang relatif tinggi. Saya menemukan banyak sekali informasi dan
pengetahuan dari ceramah beliau.
Kedua, power
point yang beliau siapkan sangat menarik. Saya mengambil gambar setiap halaman
slide yang disajikan. Terlihat sekali bagaimana beliau bekerja keras untuk
menghadirkan data lengkap, gambar menarik, dan slide yang mempesona. Lewat
slide itulah saya tahu foto James Pannebaker yang sangat memengaruhi Pak
Hernowo. Juga gambar, buku, dan informasi lain yang sangat berharga.
![]() |
Mengikat Makna dan Menulis Bebas |
Ketiga, makalah
yang sangat renyah. Membaca makalah yang disajikan tak ubahnya berdialog lisan.
Bahasanya enak, renyah, dan mengalir. Saya menemukan perspektif baru dari
makalah yang beliau sajikan. Menurut beliau, kegiatan mengikat makna akan lebih
efektif jika dikaitkan dengan empat pilar komunikasi: membaca, menulis,
berbicara, dan menyimak. Mengaitkan mengikat makna dengan keempat hal tersebut
menjadikan mengikat makna selalu menarik dijalankan.
Catatan sederhana ini lahir atas inspirasi Pak Hernowo.
Terima kasih banyak saya haturkan untuk beliau. Semoga beliau selalu dalam
keberkahan dan lindungan Allah. Amin.
Menanggapi
catatan saya, Pak Hernowo menulis:
Alhamdulillah,
trims banyak atas apresiasinya Pak Ngainun Naim. Benar, kondisi saya saat
presentasi sesungguhnya sedang "remuk" he he he. Kereta Argo Wilis yg
saya tumpangi AC-nya mati. Anda bisa membayangkan bagaimana keadaan perjalanan
saya waktu itu.
Saya sangat
bergairah menyampaikan presentasi saya karena saya ingin BERTERIMA KASIH yang
tulus kepada Dr. Pennebaker, Ibu Wycoff, Dr. Rico, Pak Buzan, Pak Gelb, Bu DePorter,
dan masih banyak lagi yang lain atas jasanya memberikan "ilmu"-nya
kepada saya. Tak ada "jasa" di dunia yang layak dikenang dan nilainya
melebihi pemberian ilmu.
Untuk Pak
Ngainun (lagi): Saya berhasil menuliskan "makalah" saya secara
mengalir karena saya melibatkan diri saya. Saya menggunakan bahasa yang
cenderung "personal" agar diri saya terwakili oleh diksi yang saya
pilih. Ini tentu bertentangan dengan kecenderungan bahasa makalah ilmiah yang
harus obyektif dan menggunakan bentuk deskripsi orang ketiga. Kalau tak jago
menulis, bahas ini akan menjadi bahasa yang kaku, kering, dan membosankan alias
tidak mengalir.
Demikian
catatan sederhana saya. Semoga ada manfaatnya.
Kampus
IAIN Tulungagung, Jumat, 22 April 2016.
Inspiratif Pak
BalasHapusmantabs pak...
BalasHapusSangat bermanfaat Pak. Naim,,
BalasHapusTerima kasih atas kunjungan komentarnya Mas M. Khaliq Shalha, Ahmad Fahru, dan Eka Sutarmi.
BalasHapusberuntung banget IAIN Tulungagung punya orang seperti ustadz Ngainun Naim, semoga karyanya dan ide cemerlangnya bisa barokahi penggemarnya
BalasHapusAmin. Terima kasih Mas Agus Taufiq.
Hapus