Evaluasi terhadap Keberagamaan Kita
Oleh Ngainun
Naim
![]() |
Buku M. Husnaini |
Saya sangat
bersyukur memiliki banyak teman penulis. Beberapa di antaranya belum pernah
bertemu muka. Dialog dan diskusi berlangsung di jejaring sosial, khususnya
facebook.
Beberapa
penulis pada akhirnya berhasil ”kopdar” (kopi darat). Ada yang kopdar karena
kebetulan dan ada yang karena direncanakan. Bertemu mereka, rasanya sungguh
menggembirakan. Ilmu dan semangat saya dalam menulis seolah mendapatkan
suntikan energi dan asupan gizi.
Setiap
karya para sahabat penulis terbit, ada kebahagiaan yang membuncah. Sesama penulis
harus saling mendukung. Ada banyak cara yang bisa dilakukan. Misalnya dengan
membeli karyanya atau mengulas karya mereka di berbagai jejaring sosial. Namun ada
juga teman penulis yang berbaik hati menghadiahi buku karyanya secara gratis
sebagai wahana untuk mempererta persahabatan. Kepada mereka yang berbaik hati
saya sampaikan terima kasih yang tak terkira.
Beberapa
waktu lalu saya menghadiri Musyawarah Besar komunitas Sahabat Pena Nusantara
(SPN) ke-2 di Wisma Sargede Yogyakarta. Acara Mubes sungguh mengesankan. Saya membuat
catatan cukup panjang yang kemudian saya unggah di blog saya. Ternyata, catatan
sederhana yang saya buat mendapatkan apresiasi dari Ketua Umum SPN, M.
Husnaini, M.Pd.I. Saya mendapatkan kiriman gratis buku terbaru beliau yang
berjudul Allah Pun ”Tertawa” Melihat Kita (Jakarta: Quanta, 2016).
Saya baca
buku bercover dasar putih itu dengan penuh minat. Tentu, saya membacanya
sedikit demi sedikit di sela-sela aktivitas harian yang lumayan padat. Susunan kalimatnya
yang lancar dan bahasanya yang mengalir membuat saya menikmati bagian demi
bagian dari buku besutan penulis asal Lamongan tersebut. Butuh beberapa hari
untuk menuntaskannya.
Menurut
saya, buku M. Husnaini bertemakan tentang keberagamaan kita. Di dalamnya ada
bahasan tentang teologi, fikih, sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Tetapi semua
aspek yang dibahas tidak sekadar menggunakan metode deskriptif-normatif. Meskipun
tidak diuraikan dan disebutkan secara eksplisit, Husnaini sesungguhnya
menggunakan beberapa pendekatan di tulisan-tulisannya.
Pendekatan
historis cukup dominan digunakan. Di bagian awal, Husnaini bercerita tentang bagaimana
pemimpin itu seyogyanya adil dan hidup sederhana. Secara impresif Husnaini
mengajak kita semua untuk belajar kepada Said Ibn Amir al-Jumahi, Gubernur Homs
Syuriah, yang hidupnya sangat sederhana. Said memiliki tiga karakteristik yang
hampir pasti tidak dimiliki oleh seorang gubernur di era sekarang. Pertama,
Said tidak akan keluar rumah kecuali hari sudah siang. Bukan karena ia malas,
melainkan karena pagi hari ia harus menyiapkan adonan untuk roti sampai masak. Sebagai
gubernur yang sederhana, ia melakukannya sendirian. Ia tidak memiliki pembantu.
Kedua,
Said hanya mau menerima tamu pada siang hari. Bukannya ia sombong sehingga
tidak mau menerima tamu di malam hari. Bagi Said, malam hari adalah waktu yang
khusus ia gunakan untuk beribadah kepada Allah.
Ketiga,
Said memiliki satu yang khusus dalam setiap bulannya untuk tidak keluar rumah. Bukan
karena malam atau karena istirahat melainkan karena ia menggunakan satu hari
itu untuk mencuci pakaiannya yang jumlahnya terbatas.
Pendekatan
lain yang digunakan adalah pendekatan filosofis. Saya akan mengutip bagaimana
pendekatan ini digunakan secara menarik. Pada halaman 43 bukunya ia menulis:
Penggila hormat ingin selalu lekas terkenal. Tidak peduli meski harus
dengan cara-cara instan. Karena itu, mereka umumnya membaca sedikit berbicara
banyak, mengkaji sedikit berkomentar banyak, menulis sedikit mencela banyak,
mengamati sedikit mengkritik banyak, memahami sedikit menyalahkan banyak,
menginsyafi sedikit mengeluh banyak, berkeringat sedikit berharap banyak,
belajar sedikit menuntut banyak, beribadah sedikit meminta banyak.
Tentu
ada juga beberapa pendekatan lain yang digunakan. Secara substansial buku ini
bermuara pada, ”...upaya mencerahkan semangat keimanan yang barangkali sempat
meranggas dalam dada. Penulis berusaha memilih bahasa sederhana supaya mudah
dicerna” (h. xix).
Buku ini
sungguh menarik. Ada begitu banyak aspek yang bisa Anda peroleh jika membaca
buku ini. Syaratnya adalah Anda mau membuka hati dan kesadaran Anda.
Sengaja
saya tidak menggunakan pendekatan kritis buku ini. Jika mencari kelemahan,
tentu setiap buku memiliki kelemahan. Tetapi menulis dan menerbitkan buku itu
sendiri sudah sebuah perjuangan yang tidak mudah. Jadi penting untuk
diapresiasi. Selamat membaca.
Tidak ada komentar: