Karena PMII, Membantu Adik-adik, dan Menolong Teman-teman
Ngainun Naim
Alarm hp berbunyi keras. Saya tersentak. Segera bangun.
Saya cek jam. Sudah menunjukkan pukul 04.00 WIB.
Saya diam perlahan. Kesadaran belum sepenuhnya pulih.
Butuh beberapa waktu sampai akhirnya siap bergerak meninggalkan tempat tidur.
Jika langsung bergerak begitu bangun, konon bisa bahaya.
Bisa jatuh karena kesadaran belum pulih sepenuhnya.
Pelan saya bergerak ke kamar mandi. Sebelum tidur
sesungguhnya saya telah menyetel alarm di angka 03.30 WIB. Mungkin alarm
berbunyi tapi saya tidak terbangun. Mungkin juga sudah berbunyi tapi saya
matikan lagi. Ada banyak kemungkinan.
Saya segera mandi. Setelah itu bersiap untuk berangkat.
Jarak dari bangun sampai siap berangkat sekitar 15 menit.
Pagi itu, hari Kamis tanggal 30 April 2025, saya ada
acara ke Jakarta. Sengaja kepergian kali ini dengan naik kereta api karena
janjian dengan dua teman lainnya.
Segera saya pacu mobil dengan kecepatan lumayan. Suasana
masih sangat sepi. Jadi bisa lebih cepat sampai di tujuan.
Butuh waktu 40 menit sampai Tulungagung, tempat memarkir
mobil. Setelah memarkir mobil saya berganti sepeda motor menuju stasiun.
Bersyukur masih ada waktu 10 menit sebelum Kereta Api
Penataran berangkat. Bagi saya, ini pengalaman menarik bisa naik kereta lokal
yang akan mengantarkan saya dari Tulungagung menuju Jombang. Sudah cukup lama
saya tidak naik kereta api lokal. Biasanya saya naik kereta api jarak jauh
dengan berbagai tujuan.
Dari Jombang saya akan naik Kereta Api Argo Semeru menuju
Jakarta. Hanya ini satu-satunya moda yang memungkinkan saya sampai Jakarta pada
jam yang sesuai acara. Sebenarnya bukan sesuai acara karena undangannya pukul
18.00, sementara jadwal kereta akan sampai di Stasiun Gambir pukul 19.30. Belum
lagi perjalanan menuju lokasi acara.
Memang ada pesawat terbang tapi saya tidak memilihnya.
Ini perjalanan pribadi demi PMII. Selain itu, dua kawan yang juga akan menuju
acara yang sama--Dr. Taufik Al Amin dan Prof. Dr. Aksin Wijaya--mengajak naik kereta
api.
Jadilah kereta api menjadi pilihan yang akan mengantarkan
kami bertiga menuju Jakarta. Moda transportasi ini sekarang menjadi pilihan
saya karena kenyamanan dan ketepatan waktunya.
Berdasarkan perhitungan, ada jeda waktu yang cukup
lumayan di Jombang. Sebenarnya saya bisa saja membeli tiket untuk turun di
Stasiun Kertosono. Tapi saya sengaja memilih Jombang karena saya bisa berjalan
di sekitar alun-alun untuk mengenang bagaimana puluhan tahun lalu saya pernah
menempuh ilmu di kota ini.
Begitu sampai Stasiun Jombang, saya segera keluar.
Alun-alun Jombang sangat ramai. Rupanya sedang ada acara Car Free Day. Ribuan
orang berlari dan beraktivitas.
Saya berkeliling. Tujuan utamanya untuk mencari sarapan.
Alhamdulillah menemukan warung sederhana dengan menu soto daging.
Usai sarapan saya kembali masuk stasiun. Saya manfaatkan
waktu untuk membaca dan menyelesaikan beberapa pekerjaan.
Kereta Argo Semeru datang tepat waktu. Begitu berhenti
saya segera masuk menuju gerbong dan tempat duduk.
Kereta ini sangat bagus dan nyaman. Dibandingkan beberapa
kereta yang sudah pernah saya naiki, kereta ini jauh lebih baik.
Menu makanan di resto rasanya nikmat. Perjalanan ke
Jakarta kali ini cukup menyenangkan dengan naiknya Dr. Taufik Al Amin dari
Stasiun Nganjuk dan Prof. Dr. Aksin Wijaya dari Stasiun Madiun.
Dalam perjalanan kami ngobrol di beberapa kesempatan. Ini
kesempatan mahal yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Belum tentu kami bisa
bertemu bersama tanpa adanya momentum.
Memetik Hikmah
Kepergian ke Jakarta kali ini, menurut saya, cukup
heroik. Bayangkan, kami harus menempuh perjalanan sedemikian panjang untuk
sebuah acara: Tasyakuran Harlah PMII ke 65 dan Halal Bi Halal PB IKA PMII.
Lokasi acara The Sultan Hotel and Residence Jakarta.
Acaranya sendiri hanya sekitar 4 jam. Sementara
perjalanan menuju lokasi sudah saya mulai jam 04.00 pagi dan sampai di lokasi
jam 20.00 WIB lebih.
Kami datang saat acara sudah dimulai. Ada sangat banyak
peserta yang hadir dalam acara. Sampai di lokasi acara saya merasa mendapatkan
aura semangat yang luar biasa. Bersua dengan sekian banyak orang dari berbagai
daerah. Juga kader dengan rentang usia yang beragam.
Saya menikmati tahap demi tahap acara. Spirit
mempersatukan alumni dari Ketua Umum PB IKA PMII, Drs. Fathan Subchi, M.AP, penting
untuk ditindaklanjuti oleh seluruh alumni. Ditegaskan bahwa alumni PMII
memiliki latar belakang yang bermacam-macam. Keanekaragaman ini perlu dipersatukan
dalam IKA PMII.
Saya juga sambutan yang sangat bagus dari Ketua Majelis
Pembina Organisasi PB IKA PMII, Dr. Andi Jamaro Dulung. Beliau berkisah
bagaimana perjuangan semasa aktif di PMII. Solidaritas, kebersamaan, dan
upaya-upaya untuk eksis dalam tantangan kehidupan mewarnai kisah perjalanan
kehidupan masa itu.
Ada penjelasan menarik Dr. Andi Jamaro dalam kaitannya
dengan mengelola pemerintahan. Beliau meminjam konsep Gus Dur tentang tiga hal.
Pertama, parlemen harus dikuasai. Kedua, birokrat dikuasai. Kader harus
dipersiapkan, khususnya lewat jalur pendidikan. Ketiga, kader yang siap untuk
menjalan tugas-tugas pemerintahan.
Tiga hal ini penting untuk diketahui, dipahami,
dikritisi, dan diturunkan menjadi langkah-langkah strategis. Tentu diperlukan
kesepahaman dan sinergi seluruh komponen NU, termasuk PMII dan IKA PMII.
Spirit yang sama juga disampaikan oleh Drs. Endin A.J.
Sofihara, M.M. Beliau mengingatkan pentingnya bermuhasabah. Rata-rata yang
hadir dalam kegiatan malam itu dulunya hidup dengan segala keterbatasan. Ketika
sekarang sukses maka semestinya memikirkan kader-kadernya yang masih berproses.
IKA PMII merupakan tempat untuk rehat politik. Endin
menekankan pentingnya menjadikan IKA PMII sebagai tempat berceloteh dan
mengajarkan memori yg baik untuk kader.
Sementara itu Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin
Umar menjelaskan tentang dua garapan penting bagi IKA PMII. Pertama, geopolitik
internasional. Ini penting untuk diketahui dan dikuasai karena telah menjadi
bagian dari kehidupan global.
Kedua, tren keilmuan kekinian. Keilmuan berkembang
sedemikian dinamis. Penguasaan terhadap turas itu penting tapi kitab kekinian
juga harus dikuasai supaya tidak jago kandang.
Menteri Agama mengajak agar kader PMII menjadi orang
hebat di kandang orang lain. Hebat di kendang sendiri itu penting namun
kehebatannya belum tentu teruji. Hebat di kandang orang lain berarti sudah
melampaui hebat di kendang sendiri. Oleh karena itu perlu upaya-upaya serius
untuk menuju kea rah tersebut. Beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain, terlibat
dalam peran-peran internasional. Selain itu juga penting untuk menguasai IT.
Zaman sekarang, tanpa menguasai IT pasti tertinggal. Perkembangan IT juga
sangat dinamis.
Aspek lain yang juga ditekankan adalah pentingnya
jaringan. Tanpa jaringan, orang bisa tertinggal dalam dinamika kehidupan.
Jaringan, dalam konteks makna yang luas, adalah media yang memungkinkan bagi
optimalisasi potensi diri dan organisasi.
Secara spesifik Menteri Agama mengajak semua hadirin
untuk melakukan refleksi bersama terkait PMII. Pmii mau ke mana? Kader
PMII—termasuk juga alumni—seharusnya menguasai kitab kuning. Kitab putih juga
tidak dikuasai. Tentu ini merupakan sebuah ironi.
Oleh karena perlu memikirkan sistem pengkaderan yang bisa
membawaa hasil optimal. Memang sekarang ini tidak sedikit kader PMII yang
sukses dalam berbagai bidang kehidupan. Namun kesuksesan itu sebagian besar bukan
karena faaktor PMII tetapi karena aneka faktor lain, terutama factor personalitas.
Satu hal menjadi titik tekan Menteri Agama adalah ekoteologi.
Persoalan lingkungan sekarang ini tengah menjadi perhatian dunia. Kerusakan
lingkungan terjadi di mana-mana. Di antara penyebabnya dituduhkan ke agama.
Ini penting menjadi perhatian semua pihak, termasuk
alumni PMII. Korban karena kerusakan lingkungan, misalnya perubahan cuaca,
sangat besar. Ekoteologi, karenanya, perlu dikampanyekan dan diterjemahkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Sambutan Menteri Agraria dan Tata Ruang, Nusron Wahid,
membuat suasana kegiatan penuh kegembiraan. Banyak hal yang disampaikan dengan
humor. Satu hal yang saya kira substansial adalah bagaimana menjadikan IKA PMII
sebagai tempat untuk membantu adik-adik dan menolong teman-teman.
Tulungagung, 6 Mei 2025
Tidak ada komentar: