Karena PMII, Membantu Adik-adik, dan Menolong Teman-teman

Mei 08, 2025

Sambutan Ketua Umum PB IKA PMII


Ngainun Naim

 

Alarm hp berbunyi keras. Saya tersentak. Segera bangun. Saya cek jam. Sudah menunjukkan pukul 04.00 WIB.

 

Saya diam perlahan. Kesadaran belum sepenuhnya pulih. Butuh beberapa waktu sampai akhirnya siap bergerak meninggalkan tempat tidur.

 

Jika langsung bergerak begitu bangun, konon bisa bahaya. Bisa jatuh karena kesadaran belum pulih sepenuhnya.

 

Pelan saya bergerak ke kamar mandi. Sebelum tidur sesungguhnya saya telah menyetel alarm di angka 03.30 WIB. Mungkin alarm berbunyi tapi saya tidak terbangun. Mungkin juga sudah berbunyi tapi saya matikan lagi. Ada banyak kemungkinan.

 

Saya segera mandi. Setelah itu bersiap untuk berangkat. Jarak dari bangun sampai siap berangkat sekitar 15 menit.

 

Pagi itu, hari Kamis tanggal 30 April 2025, saya ada acara ke Jakarta. Sengaja kepergian kali ini dengan naik kereta api karena janjian dengan dua teman lainnya.

 

Segera saya pacu mobil dengan kecepatan lumayan. Suasana masih sangat sepi. Jadi bisa lebih cepat sampai di tujuan.

 

Butuh waktu 40 menit sampai Tulungagung, tempat memarkir mobil. Setelah memarkir mobil saya berganti sepeda motor menuju stasiun.

 

Bersyukur masih ada waktu 10 menit sebelum Kereta Api Penataran berangkat. Bagi saya, ini pengalaman menarik bisa naik kereta lokal yang akan mengantarkan saya dari Tulungagung menuju Jombang. Sudah cukup lama saya tidak naik kereta api lokal. Biasanya saya naik kereta api jarak jauh dengan berbagai tujuan.

 

Dari Jombang saya akan naik Kereta Api Argo Semeru menuju Jakarta. Hanya ini satu-satunya moda yang memungkinkan saya sampai Jakarta pada jam yang sesuai acara. Sebenarnya bukan sesuai acara karena undangannya pukul 18.00, sementara jadwal kereta akan sampai di Stasiun Gambir pukul 19.30. Belum lagi perjalanan menuju lokasi acara.

 

Memang ada pesawat terbang tapi saya tidak memilihnya. Ini perjalanan pribadi demi PMII. Selain itu, dua kawan yang juga akan menuju acara yang sama--Dr. Taufik Al Amin dan Prof. Dr. Aksin Wijaya--mengajak naik kereta api.

 

Jadilah kereta api menjadi pilihan yang akan mengantarkan kami bertiga menuju Jakarta. Moda transportasi ini sekarang menjadi pilihan saya karena kenyamanan dan ketepatan waktunya.

 

Berdasarkan perhitungan, ada jeda waktu yang cukup lumayan di Jombang. Sebenarnya saya bisa saja membeli tiket untuk turun di Stasiun Kertosono. Tapi saya sengaja memilih Jombang karena saya bisa berjalan di sekitar alun-alun untuk mengenang bagaimana puluhan tahun lalu saya pernah menempuh ilmu di kota ini.

 

Begitu sampai Stasiun Jombang, saya segera keluar. Alun-alun Jombang sangat ramai. Rupanya sedang ada acara Car Free Day. Ribuan orang berlari dan beraktivitas.

 

Saya berkeliling. Tujuan utamanya untuk mencari sarapan. Alhamdulillah menemukan warung sederhana dengan menu soto daging.

 

Usai sarapan saya kembali masuk stasiun. Saya manfaatkan waktu untuk membaca dan menyelesaikan beberapa pekerjaan.

 

Kereta Argo Semeru datang tepat waktu. Begitu berhenti saya segera masuk menuju gerbong dan tempat duduk.

 

Kereta ini sangat bagus dan nyaman. Dibandingkan beberapa kereta yang sudah pernah saya naiki, kereta ini jauh lebih baik.

Menu makanan di resto rasanya nikmat. Perjalanan ke Jakarta kali ini cukup menyenangkan dengan naiknya Dr. Taufik Al Amin dari Stasiun Nganjuk dan Prof. Dr. Aksin Wijaya dari Stasiun Madiun.

 

Dalam perjalanan kami ngobrol di beberapa kesempatan. Ini kesempatan mahal yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Belum tentu kami bisa bertemu bersama tanpa adanya momentum.

 

Bertiga menuju Jakarta

Memetik Hikmah

Kepergian ke Jakarta kali ini, menurut saya, cukup heroik. Bayangkan, kami harus menempuh perjalanan sedemikian panjang untuk sebuah acara: Tasyakuran Harlah PMII ke 65 dan Halal Bi Halal PB IKA PMII. Lokasi acara The Sultan Hotel and Residence Jakarta.

 

Acaranya sendiri hanya sekitar 4 jam. Sementara perjalanan menuju lokasi sudah saya mulai jam 04.00 pagi dan sampai di lokasi jam 20.00 WIB lebih.

 

Kami datang saat acara sudah dimulai. Ada sangat banyak peserta yang hadir dalam acara. Sampai di lokasi acara saya merasa mendapatkan aura semangat yang luar biasa. Bersua dengan sekian banyak orang dari berbagai daerah. Juga kader dengan rentang usia yang beragam.

 

Saya menikmati tahap demi tahap acara. Spirit mempersatukan alumni dari Ketua Umum PB IKA PMII, Drs. Fathan Subchi, M.AP, penting untuk ditindaklanjuti oleh seluruh alumni. Ditegaskan bahwa alumni PMII memiliki latar belakang yang bermacam-macam. Keanekaragaman ini perlu dipersatukan dalam IKA PMII.

 

Saya juga sambutan yang sangat bagus dari Ketua Majelis Pembina Organisasi PB IKA PMII, Dr. Andi Jamaro Dulung. Beliau berkisah bagaimana perjuangan semasa aktif di PMII. Solidaritas, kebersamaan, dan upaya-upaya untuk eksis dalam tantangan kehidupan mewarnai kisah perjalanan kehidupan masa itu.

 

Ada penjelasan menarik Dr. Andi Jamaro dalam kaitannya dengan mengelola pemerintahan. Beliau meminjam konsep Gus Dur tentang tiga hal. Pertama, parlemen harus dikuasai. Kedua, birokrat dikuasai. Kader harus dipersiapkan, khususnya lewat jalur pendidikan. Ketiga, kader yang siap untuk menjalan tugas-tugas pemerintahan.

 

Tiga hal ini penting untuk diketahui, dipahami, dikritisi, dan diturunkan menjadi langkah-langkah strategis. Tentu diperlukan kesepahaman dan sinergi seluruh komponen NU, termasuk PMII dan IKA PMII.

 

Spirit yang sama juga disampaikan oleh Drs. Endin A.J. Sofihara, M.M. Beliau mengingatkan pentingnya bermuhasabah. Rata-rata yang hadir dalam kegiatan malam itu dulunya hidup dengan segala keterbatasan. Ketika sekarang sukses maka semestinya memikirkan kader-kadernya yang masih berproses.

 

IKA PMII merupakan tempat untuk rehat politik. Endin menekankan pentingnya menjadikan IKA PMII sebagai tempat berceloteh dan mengajarkan memori yg baik untuk kader.

 

Diaspora alumni PMII Tulungagung di Jakarta

Sementara itu Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar menjelaskan tentang dua garapan penting bagi IKA PMII. Pertama, geopolitik internasional. Ini penting untuk diketahui dan dikuasai karena telah menjadi bagian dari kehidupan global.

 

Kedua, tren keilmuan kekinian. Keilmuan berkembang sedemikian dinamis. Penguasaan terhadap turas itu penting tapi kitab kekinian juga harus dikuasai supaya tidak jago kandang.

 

Menteri Agama mengajak agar kader PMII menjadi orang hebat di kandang orang lain. Hebat di kendang sendiri itu penting namun kehebatannya belum tentu teruji. Hebat di kandang orang lain berarti sudah melampaui hebat di kendang sendiri. Oleh karena itu perlu upaya-upaya serius untuk menuju kea rah tersebut. Beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain, terlibat dalam peran-peran internasional. Selain itu juga penting untuk menguasai IT. Zaman sekarang, tanpa menguasai IT pasti tertinggal. Perkembangan IT juga sangat dinamis.

 

Aspek lain yang juga ditekankan adalah pentingnya jaringan. Tanpa jaringan, orang bisa tertinggal dalam dinamika kehidupan. Jaringan, dalam konteks makna yang luas, adalah media yang memungkinkan bagi optimalisasi potensi diri dan organisasi.

Secara spesifik Menteri Agama mengajak semua hadirin untuk melakukan refleksi bersama terkait PMII. Pmii mau ke mana? Kader PMII—termasuk juga alumni—seharusnya menguasai kitab kuning. Kitab putih juga tidak dikuasai. Tentu ini merupakan sebuah ironi.

 

Oleh karena perlu memikirkan sistem pengkaderan yang bisa membawaa hasil optimal. Memang sekarang ini tidak sedikit kader PMII yang sukses dalam berbagai bidang kehidupan. Namun kesuksesan itu sebagian besar bukan karena faaktor PMII tetapi karena aneka faktor lain, terutama factor personalitas.

 

Satu hal menjadi titik tekan Menteri Agama adalah ekoteologi. Persoalan lingkungan sekarang ini tengah menjadi perhatian dunia. Kerusakan lingkungan terjadi di mana-mana. Di antara penyebabnya dituduhkan ke agama.

 

Ini penting menjadi perhatian semua pihak, termasuk alumni PMII. Korban karena kerusakan lingkungan, misalnya perubahan cuaca, sangat besar. Ekoteologi, karenanya, perlu dikampanyekan dan diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Sambutan Menteri Agraria dan Tata Ruang, Nusron Wahid, membuat suasana kegiatan penuh kegembiraan. Banyak hal yang disampaikan dengan humor. Satu hal yang saya kira substansial adalah bagaimana menjadikan IKA PMII sebagai tempat untuk membantu adik-adik dan menolong teman-teman.

 

Tulungagung, 6 Mei 2025

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.