Meneguhkan IAIN Tulungagung Sebagai Kampus Dakwah dan Peradaban
Oleh Ngainun Naim
Suasana Halal bi Halal di Aula Utama IAIN Tulungagung |
Acara
Halal bi Halal keluarga besar IAIN Tulungagung dilaksanakan pada hari Selasa 12
Juli 2016. Hadir pada acara tersebut seluruh warga IAIN Tulungagung. Hadirin tampak
memenuhi Aula Utama yang berada persis di samping masjid kampus tersebut.
Sebagai
penceramah adalah Kajur IPS, Sutopo, M.Pd. Pada ceramahnya Sutopo menjelaskan
tentang berbagai aspek ajaran Islam. Beberapa hal yang disampaikan adalah: pertama,
puasa ramadhan yang baru saja usai kita jalankan merupakan momentum untuk
refleksi dan transformasi. Apakah puasa yang telah kita jalankan sudah
memberikan manfaat secara nyata dalam kehidupan kita? Jika sudah, tentu itu
yang diharapkan. Jika belum, itu menjadi agenda penting bagi kita untuk
memperbaikinya.
Penceramah: Sutopo, M.Pd. |
Kedua, Sutopo
menyoroti tentang peningkatan kualitas keberagamaan di IAIN Tulungagung selama
bulan ramadhan. Ada khotmil Qur’an di masing-masing unit. Ada juga kultum di
masjid setiap usai shalat dhuhur. Juga beberapa kegiatan lainnya. Semua
kegiatan yang positif tersebut seyogyanya dipertahankan pada waktu-waktu setelah
ramadhan usai.
Secara
umum, Sutopo berhasil menarik perhatian para hadirin. Sebagai dosen yang bukan
berlatarbelakang agama, Sutopo berhasil menampilkan perspektif yang cukup
mencerahkan. Menurut Rektor IAIN Tulungagung, Dr. Maftukhin, M.Ag., perspektif
integrasi sebagaimana disampaikan oleh Sutopo, M.Pd sangat penting bagi
perkembangan dan kemajuan IAIN Tulungagung.
Pada
sambutan usai ceramah, Rektor menjelaskan beberapa hal penting. Pertama, bersyukur
bahwa IAIN Tulungagung sudah berkembang sedemikian pesat. Jumlah mahasiswa
sudah 8.000 lebih, jumlah dosen lebih dari 300 orang, jumlah jurusan 31 buah,
gedung perkuliahan juga sudah memadai. Tentu ini merupakan sesuatu yang harus
disyukuri. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika IAIN Tulungagung mengalami
perkembangan yang sedemikian pesat. Kemajuan ini harus dijaga, dikelola, dan
terus dikembangkan secara optimal.
Kedua, IAIN
Tulungagung bersyukur memiliki guru besar baru dalam bidang Filsafat Pendidikan
Islam, yaitu Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag. Gelar guru besar yang diraih oleh Dr.
Akhyak ini merupakan hasil perjuangan yang panjang dan melelahkan. Di tengah
sulitnya meraih gelar guru besar, prestasi Dr. Akhyak penting untuk disyukuri.
Apalagi selama 8 tahun terakhir, tidak ada guru besar yang lahir.
Ketiga, menegaskan bahwa IAIN Tulungagung adalah kampus dakwah.
Rektor menegaskan hal ini berkali-kali karena menurut beliau, jangan sampai
perubahan dan perkembangan IAIN melupakan tugasnya yang pokok. Dakwah adalah
tugas pokok yang harus diemban dan dikembangkan oleh IAIN sampai kapan pun.
”Dakwah harus tetap menjadi karakter IAIN”, tegas Rektor.
Keempat, menegaskan
bahwa selain sebagai kampus dakwah, IAIN Tulungagung juga sebagai kampus
peradaban. Peradaban sifatnya dinamis. Ia terus tumbuh dan berkembang.
Dalam kerangka ini, IAIN harus memotori perkembangan kemajuan peradaban.
Berbagai pertanyaan yang ada di masyarakat membutuhkan jawaban secara ilmiah.
Jika semuanya mampu direspon secara aktif-kreatif maka peradaban yang maju akan
terwujud.
Dari kiri ke kanan: Dr. Abd. Aziz (Dekan FTIK), Prof. Dr. Imam Fu'adi (WR 1), Dr. Maftukhin, M.Ag. (Rektor), Prof. Dr. Achmad Patoni (Direktur Pascasarjana), dan Dr. M. Saifuddin Zuhri (WR 2). |
Ada
banyak hal lain yang disampaikan oleh Rektor. Secara mendasar Rektor mengajak
seluruh civitas akademika IAIN Tulungagung untuk bekerja keras agar kemajuan
bisa diperoleh. Jika semuanya bekerja maksimal, dari Tulungagung akan lahir
peradaban yang bermutu. ”Pusat destinasi peradaban Nusantara sangat mungkin
akan muncul di Tulungagung”, papar Rektor penuh optimis.
Tulungagung—Trenggalek,
12 Juli 2016
Tidak ada komentar: