Semakin Serius Semakin Ahli
Oleh Ngainun
Naim
Kesempatan
belajar lagi tentang penelitian merupakan sebuah kesempatan yang sangat
berharga. Mendengarkan ceramah para ahli, berdiskusi, berdebat, dan bertukar
pendapat dengan sekitar 30 orang dosen dan peneliti dari berbagai daerah di
Indonesia telah memberikan pengalaman yang sangat berharga. Kegiatan semacam
ini sangat penting artinya bagi saya secara pribadi untuk penguatan teori dan wawasan
karena saat kembali ke institusi tempat saya mengabdi, kesempatan untuk
mengasah dan menambah wawasan dalam bidang penelitian akan sulit berjalan
maksimal.
Hari Kamis
tanggal 28 Juli 2016 kami para peserta mendapatkan materi tentang Pengumpulan
Data dan Analisis Data Kuantitatif. Ada dua narasumber yang memberikan
materi, yaitu Dr. Farida Hanum pada pagi hari sampai siang, dan Dr. Noryamin
Aini, MA pada siang hari sampai jam 15.30.
Dr.
Farida Hanum berbicara secara luas tentang penelitian kuantitatif, di antaranya
tentang pengumpulan data. Menurut Dr. Farida Hanum yang merupakan peneliti pada
Puslitbang Kementerian Agama tersebut, pengumpulan data pada dasarnya merupakan
suatu kesatuaan (paket), yaitu:
1.
Data apa yang harus dikumpulkan? Pertanyaan ini
berkaitan dengan variabel atau komponen fokus yang dievaluasi.
2.
Dari mana/siapa data diperoleh? Pertanyaan ini berkaitan dengan sumber
data.
3.
Menggunakan alat/bantuan apa data tersebut dikumpulkan? Pertanyaan ini berkaitan
dengan instrumen evaluasi.
4.
Bagaimana cara pengumpulan
data tersebut? Pertanyaan ini berkaitan dengan teknik pengumpulan data; dan
5.
Bagaimana rencana analisis data yang akan dilakukan? Pertanyaan ini berkaitan dengan teknik
analisa data.
Selanjutnya pembicara menjelaskan tentang data yang
valid. Menurut beliau, sebuah data harus memenuhi beberapa syarat agar bisa
dievaluasi, yaitu: Valid (derajat ketepatan), Reliabel (derajat
konsistensi), dan Objektif: interpersonal agreement.
Penjelasan Dr. Farida Hanum berkembang menjadi bahan
diskusi yang cukup intensif di antara para peserta. Kekayaan pengetahuan,
pengalaman, dan wawasan para peserta menjadikan diskusi berjalan sangat
menarik.
Setelah break, Dr. Farida Hanum banyak berbicara
tentang bagaimana mengolah hasil penelitian menjadi artikel di jurnal
terakreditasi. Pembahasan ini menarik karena bagi peneliti dan dosen, artikel
di jurnal terakreditasi sangat penting artinya bagi kelangsungan karir. Artikel-artikel
yang bisa menembus jurnal terakreditasi, apalagi jurnal internasional yang
terindeks scopus, thompson, dan lembaga-lembaga pengindeks internasional
lainnya sangat mempengaruhi terhadap keberlangsungan jenjang kepangkatan dosen
dan peneliti.
![]() |
Foto bersama narasumber |
Setelah istirahat siang, materi dilanjutkan oleh Dr. Noryamin
Aini, MA dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada prinsipnya pemaparan beliau
berangkat dari pengalaman penelitian yang telah beliau lakukan, yaitu tentang
pernikahan beda agama dan radikalisme keagamaan. Pemaparan ini semakin
memperkaya wawasan karena banyak hal yang beliau sampaikan, mulai perspektif
teoretik sampai pengalaman empirik yang telah beliau lakukan.
Ada beberapa hal penting yang saya catat dari apa yang
beliau sampaikan. Pertama, penelitian yang kita lakukan merupakan bukti
bahwa kita ahli dalam bidang tersebut. Seorang peneliti seharusnya tidak
berpikir jangka pendek semata-mata hanya untuk mengejar dana penelitian semata.
Harus dipikirkan orientasi jangka panjang yang memungkinkan penelitian yang
dilakukan bisa memberikan manfaat secara luas. Jika dalam penelitian pertama
dana habis bukan masalah, asal penelitian dilakukan secara serius. Sebab sangat
mungkin penelitian yang dilakukan secara serius tersebut akan menghasilkan
kepercayaan dari pihak lain untuk melakukan penelitian pada masa-masa
selanjutnya.
Kedua, semakin
serius meneliti maka kita akan semakin ahli. Keahlian tidak datang begitu saja.
Dibutuhkan proses, kesabaran, dan ketekunan dalam mengasah keahlian. Dr.
Noryamin memberikan contoh mengenai bagaimana beliau konsisten meneliti topik
nikah beda agama selama sekitar 20 tahun. Hasilnya adalah penelitian demi
penelitian dengan dana dari berbagai sumber yang bisa beliau peroleh. Selain itu
juga beliau diundang untuk mempresentasikan hasil penelitiannya di berbagai
konferensi di banyak negara.
Ketiga, mengasah
paradigma sebagai peneliti. Berkaitan dengan hal ini, Dr. Noryamin membuat
sebuah ilustrasi menarik berkaitan dengan benda jatuh yang mengenai diri
seseorang. Jika benda—katakan buah—jatuh mengenai seorang preman, maka dia akan
marah-marah karena merasa ada orang yang sengaja melakukannya untuk menantang. Bagi
seorang ustadz, benda jatuh yang mengenai dirinya akan disyukuri karena ia
merasa beruntung benda yang jatuh tidak seberapa. Seandainya bendanya lebih
besar, ia akan celaka. Tetapi bagi seorang peneliti, benda yang jatuh itu
menimbulkan kegelisahan akademik yang kemudian ditindaklanjuti dengan pertanyaan,
observasi, pencarian landasan teori, dan melakukan penelitian demi penelitian. Ilustrasi
ini bermakna bahwa seorang peneliti harus mengasah paradigma penelitiannya
secara matang dan dilakukan secara terus-menerus.
Di tengah pemaparan materi, Dr. Noryamin meminta Dr.
Sulaiman dari IAIN Ambon berbagi cerita tentang bagaimana ia bisa sering
mendapatkan dana penelitian. Menurut Dr. Sulaiman, seorang peneliti itu harus
berani nggembel, dalam arti betul-betul turun ke lapangan. Jika ini
dilakukan dengan penuh kesungguhan maka data yang diperoleh akan alami. Selain itu,
proposal juga harus sealami mungkin dan dibuat sebaik mungkin. ”Jika ini dilakukan”, demikian Dr. Sulaiman, ”maka
tidak perlu lobi dalam meloloskan proposal. Saya tidak pernah lobi sama sekali,
tetapi berkali-kali lolos dalam penelitian kompetitif”.
Ada banyak hal lain yang disampaikan oleh kedua
narasumber. Tentu, apa yang beliau berdua sampaikan sangat besar manfaatnya. Apalagi
beliau berdua berkenan untuk membagikan bacaan-bacaan pendukung yang penting
artinya bagi pengembangan pengetahuan tentang penelitian.
Tidak ada komentar: