Literasi dan Interkoneksi

November 25, 2018

Ngainun Naim


Pilihan menekuni dunia literasi sesungguhnya bukan hal mudah. Ada begitu banyak tantangan. Tetapi saya sudah menjatuhkan pilihan secara sadar untuk terus bergerak di dunia ini. Sejauh ini, saya sudah merasakan begitu banyak manfaat bergelut dengan dunia ini. Saya menyebutnya sebagai “barakah”.
Salah satu manfaat yang sampai hari ini terus saja saya rasakan adalah bisa memiliki banyak sahabat sesama pegiat literasi. Pelan tapi pasti, kami berdialog di dunia maya. Beberapa di antaranya kemudian berhasil bertemu secara langsung. Maka, terciptalah sebuah relasi yang begitu menyenangkan.
Penulis bertemu penulis itu sungguh menyenangkan. Kami bisa berbagi pengalaman. Masing-masing memiliki pengalaman yang unik. Lewat berbagi, kami bisa saling menginspirasi. Muaranya adalah bagaimana spirit literasi tetap tertanam dalam diri.
Satu orang sahabat pegiat literasi yang akhirnya bisa bersua adalah Bapak Adrinal Tanjung. Awalnya saya menemukan nama beliau di postingan beberapa orang di facebook, seperti facebook Mas M. Iqbal Dawami. Pada awal Nopember, saya ditandai oleh sahabat saya di facebook, Agung Nugroho Catur Saputro. Rupanya beliau baru berjumpa dengan Bapak Adrinal. Mas Agung Nugroho mengabadikan pertemuan itu dalam catatan yang cukup panjang. Saya membacanya dengan penuh minat.
Tidak disangka, beberapa saat kemudian Bapak Adrinal Tanjung mengirimkan permintaan pertemanan. Tidak butuh waktu panjang, saya pun segera menyetujui permintaan beliau. Nikmat mana lagi yang harus saya abaikan dikirimi permintaan oleh seorang “Birokrat Penulis”. Padahal, di permintaan pertemanan facebook milik saya ada sekitar 1.000 orang yang antri, sementara kuota pertemanan hanya tinggal hitungan jari.
Begitulah, saya pun kemudian menjadi teman facebook Bapak Adrinal Tanjung. Semenjak menjadi teman facebook, saya sering mengunjungi beranda beliau. Beberapa kali like saya berikan terhadap status yang beliau unggah.

Saat saya mengisi acara “Workshop Penulisan Artikel Ilmiah” di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, saya melihat di beranda beliau yang sedang ada kegiatan di Singapura. Entah keberanian dari mana, saya tiba-tiba berinisiatif mengirim inbox kepada beliau.
“Pulang dari Singapura hari apa Pak?”, sapa saya.
Luar biasa. Tidak butuh waktu lama beliau membalas, “Hari Sabtu Pak”.
“Saya sabtu terbang dari Banda Aceh ke Jakarta Pak. Ya mungkin bisa bertemu”.
Sesungguhnya saya tidak banyak berharap karena saya sadar beliau orang sibuk. Lagi pula kami belum pernah bertemu sama sekali. Ternyata tidak seberapa lama beliau langsung menjawab,
“Saya mendarat di Jakarta hari Sabtu sekitar jam 12 siang Pak”.
Saya pun membalas, “Saya mendarat jam 14.15. Transit Kualanamu”.
“Baik Pak. Saya tunggu di Jakarta Pak...”.
Saya sunggung surprise. Saya pun kemudian memberikan nomor WA untuk memudahkan komunikasi selanjutnya.
Rupanya rencana tidak selalu sesuai harapan. Pesawat yang saya tumpangi baru mendarat jam 14.55. Beberapa saat setelah mendarat, WA saya sudah berbunyi. Rupanya beliau di Terminal 3 Bandara Soeta, sedangkan saya di Terminal 1. Beliau menyarankan saya ke Terminal 3 dengan kereta karena barang beliau cukup banyak. Saya pun segera bertanya letak stasiun kereta. Beberapa saat kemudian kereta berjalan. Sesampai di Terminal 3 saya segera menuju Graparie tempat beliau menunggu.
Begitulah, pertemuan yang tidak terduga itu terjadi. Saya sungguh kagum dengan Pak Adrinal Tanjung yang begitu sabar menunggu saya hampr empat jam. Bayangkan, hanya untuk menunggu saya beliau rela duduk di depan Graparie nyaris empat jam.
Sebagai orang yang sama-sama menekuni dunia literasi, rupanya ada “interkoneksi” di antara kami. Meskipun baru pertama kali bertatap muka, pertemuan berlangsung dengan sangat santai dan akrab. Kami saling diskusi dan bertukar pikiran. Ada begitu banyak ilmu yang saya peroleh.
Perbincangan harus jeda karena kami sama-sama belum shalat. Kami shalat bergantian karena salah satu dari kami menunggu barang masing-masing. Usai shalat, kami berpisah. Bapak Adrinal Tanjung masih harus menempuh perjuangan yang cukup panjang ke Bandung.
Sebelum berpisah kami pun foto bersama sebagai kenangan. Saya sangat berterima kasih kepada Pak Adrinal Tanjung atas semuanya, termasuk hadiah bukunya yang sangat memotivasi. Dalam perbincangan, kami berencana untuk menulis buku bersama. Semoga bisa terwujud. Amin.

Jakarta, 25 Nopember 2018.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.