Menulis Modal Nekat
Ngainun
Naim
Jika Anda tetap sulit untuk
menulis, tampaknya Anda perlu menyimak teori yang dikembangkan oleh Prof. Dr.
Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd., yang akrab dipanggil Prof. EWA. Guru Besar
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini membuat teori yang cukup menarik.
Secara sederhana barangkali bisa disebut bahwa menulis itu modalnya hanya satu,
yaitu nekat.
Artikel ini saya kembangkan
dari paparan dan diskusi yang dilaksanakan oleh orangramai.id dengan Prof. EWA
pada hari Selasa, 26 Mei 2020. Acara webinar ini menggunakan aplikasi zoom. Kebetulan
saya mengikuti acara ini, meskipun tidak terlalu lancar karena tampaknya laptop
saya harus up grade. Harus ganti yang
baru karena sudah tua dan kurang mendukung dengan kebutuhan era pandemi ini.
Saya akan paparkan beberapa
hal penting yang berkaitan dengan menulis ini. Paparan demi paparan di artikel
ini adalah tafsir saya saat mendengarkan kegiatan. Sangat mungkin ada perbedaan
antara apa yang dimaksudkan oleh Prof. EWA dengan yang saya tangkap. Tetapi itu
saya kira wajar adanya.
Pertama,
kita
semua ini sesungguhnya penulis. Coba simak pernyataan ini. Anda yang membaca
tulisan ini, Anda sesungguhnya penulis. Anda tidak percaya? Saya sangat percaya
dengan pernyataan ini. Masak Anda tidak percaya. Kenapa saya percaya? Tentu banyak
alasannya. Bisa alasan guyonan, bisa alasan serius. Alasan guyonannya karena
yang menyampaikan ini seorang profesor. Profesor itu tidak akan pernah salah
karena kalau jawaban yang diberikan kurang tepat berarti itu teori baru he he
he.
Penjelasan ilmiahnya,
sebagaimana disampaikan oleh Prof. EWA, karena kita memang setiap saat menulis.
Ya, kita ini menulis setiap saat ketika kita sadar. Melalui panca indra yang
kita miliki, kita melakukan proses menulis. Memang tidak langsung
teraktualisasikan dalam bentuk aktivitas menulis sebagaimana yang biasa kita
lakukan, melainkan menulis yang dilakukan dalam bentuk tulisan yang ada di otak
kita.
Saat Anda mencium aroma dari
dapur di mana ibu menggoreng ikan maka otak Anda sesungguhnya langsung menulis.
Pikiran Anda mengembara tentang ikan apa yang digoreng, bagaimana rasanya
ketika Anda menikmatinya, dan berbagai hal lain terkait dengan gorengan ikan. Proses
ini sesungguhnya adalah proses menulis.
Saat Anda belanja dan
mengamati suasana pasar, Anda sesungguhnya sedang menulis. Anda melihat
kerumunan orang. Mereka belanja berbagai hal sesuai dengan kebutuhan. Otak Anda
sesungguhnya sedang menulis tentang suasana pasar dan hal-hal lain yang Anda
temui. Ya, Anda telah menulis di dalam otak.
Jika mengacu pada teori ini
maka sesungguhnya menulis itu adalah aktivitas semua orang. Semua manusia pasti
menulis. Levelnya menulis di otak.
Kedua,
otak
kita setiap hari menampung banyak hal yang kita lihat, dengar, cium, raba, dan
rasa. Tentu tidak semuanya menjadi penting. Di dalam otak berlangsung proses
pengolahan berbagai hal yang telah kita serap. Apa saja yang kita serap itu
akan mempengaruhi terhadap mindset kita.
Jika setiap hari Anda mengeluh bahwa menulis itu sulit maka menulis memang akan
sulit. Tetapi jika Anda membangun mindset
bahwa menulis itu mudah maka menulis akan menjadi mudah untuk dilakukan.
Bagi Prof. EWA, menulis itu memang
mudah. Mengapa? Karena kita menulis tentang segala sesuatu yang telah kita
ketahui, kita proses di otak, kita tulis di otak, lalu kita keluarkan dalam
bentuk tulisan di komputer. Artinya, apa yang kita tulis sesungguhnya telah menjadi
bagian yang tidak terpisah dari diri kita. Prof. EWA menyebutnya dengan menulis
itu sebagai menulis diri.
Ketiga,
setiap
orang memiliki khazanah pengetahuan di dalam dirinya. Jika setiap orang menulis
tentang hal yang terkait dengan kehidupannya sehari-hari maka menulis itu akan
mudah. Misalnya, Anda ingin menulis tentang perjalanan aktivitas sehari-hari
mulai pagi hingga sore maka Anda tidak akan mengalami kesulitan. Hal ini
disebabkan karena Anda memang memiliki pengetahuan tentang hal itu. Jika Anda
mengalami kesulitan maka sesungguhnya pengetahuan Anda tentang aspek yang Anda
tulis itu memang terbatas.
Keempat,
jika
Anda ingin menulis maka jangan menunggu “mood”. Penulis yang baik itu akan
terus menulis dalam kondisi apa pun dan bagaimana pun. “Mood itu harus kita
ciptakan”, tegas Prof. EWA. Caranya adalah dengan membangun spirit menulis
sebagai kebutuhan.
Prof. EWA membuat tamsil
menarik terkait hal ini. Bagi beliau, menulis seharusnya dijadikan kewajiban
semacam shalat. Ketika kita tidak menulis ada rasa berdosa dan tuntutan untuk
melakukannya. Ketika kondisinya sudah semacam ini maka ada atau tidak ada mood akan tetap menulis.
Apa yang ditulis? Bisa apa
saja. Misalnya Anda sedang malas menulis maka tulis saja kondisi Anda. Hari ini
Anda sedang malas, mengapa malas, dan berbagai hal yang terkait dengan kondisi
ini. Pada titik inilah maka menulis telah menjadi bagian tidak terpisah dari
kehidupan.
Kelima,
membangun
suasana yang menjadikan aktivitas menulis tetap tumbuh dengan subur. Pada kondisi
ini, grup WA menulis sangat penting artinya. Grup WA semacam ini bisa menjadi
pemantik untuk tetap semangat menulis. Bagi yang belum menulis, grup ini
menjadi momentum untuk berlatih dan terus berlatih.
Keenam,
teruslah
menulis. Jangan mudah menyalahkan tulisan seseorang atau tulisan diri sendiri. Semakin
banyak tulisan yang kita hasilkan maka akan semakin bagus tulisan yang kita
hasilkan. Jangan pernah pedulikan bagaimana tanggapan orang. Tugas penulis itu
adalah terus menulis tiada henti.
Apakah berarti tidak perlu
pembaca? Tentu tidak semacam itu. Pembaca itu tetap penting. Adanya apresiasi
dari pembaca juga bisa memicu semangat untuk terus menulis. Tetapi jangan kemudian
adanya apresiasi atau tidak adanya apreasi mempengaruhi terhadap aktivitas
menulis.
Setelah Anda membaca tulisan
ini, apakah yang Anda rasakan? Jika Anda tergerak menulis, itu yang saya
harapkan. Nekat saja. Nulis saja. Tidak usah peduli dengan banyak hal. Jangan
sampai menyerah sebelum mampu menghasilkan tulisan. Itulah kunci utama menulis.
Luar biasa ulasannya. Qulo nderek nimba ilmu....
BalasHapusMantap
HapusSaya tadi ikut juga penjelasan prof ewa
BalasHapusSyukurlah lebih jelas lagi dengan paparan tulisan ini. Syukron
Amin.
HapusWah baru sadar ternyata setiap orang adalah penulis.
BalasHapusBegitulah penjelasan Prof. EWA
HapusAlhamdulillah, setelah baca tulisan ini rasanya seperti langsung kesetrum utk semangat dalam berliterasi. Hehe
BalasHapusLanjutken 😂😂😂
HapusAlhamdulillah...seorang penuois memang sangat dermawan..selalu berbagi kunci sukses..kunci bahagia... Kunci yang mahal sekalipun tetap di bagi bagi. Ini hanya ada di dunia literasi kita. Trimakasih Prof...
BalasHapusSama-sama
HapusBeliau memang pakarnya dalam menukis dan bukunya banyak yg menjadi buku best seller
BalasHapusBetul sekali Omjay
HapusMasya Allah. Karena support dr bapaklah, sy memberanikan diri untuk menulis. Walaupun sebenarnya ada rasa takut krn takut salah n nantix tdk dibaca org lain. Tp krn nekat n percaya diri, akhirnya terwujud. Thanks pak sll memberi inspirasi bg kami u sll menulis
BalasHapusMari terus menulis
HapusSangat inspiratif.
BalasHapusMatur suwun
HapusMemang harus nekat...
BalasHapusBegitulah
HapusSpirit inspirator
BalasHapusMari terus menulis
HapusLuar biasa, terima kasih asupan.motovasi yg hebat
BalasHapusSama-sama Bu
HapusBonek dari TA ya Pak.sudah saya praktikkan
BalasHapus😂😂😂😂 inggih Bu Kanjeng
HapusWow... luar biasa pak dosen
BalasHapusTerima kasih motivasinya
Sangat bermanfaat
Sama-sama Ibu
HapusSugesti yg luar biasa Trm kasih Prof Atas ilmunya semoga bisa istiqamah menulis
BalasHapusAmin
HapusMotivasi yang membangunkan sisi2 terpendam dalam diri untuk mulai nulis. Keren Prof. Thank's pencerahannya
BalasHapusAmin.
Hapushttp://eprints.ulm.ac.id/9145/1/Menulis%20di%20Otak%20dan%20Menuliskan%20Tulisan%20di%20Otak.pdf
BalasHapusTerima kasih Prof.
HapusSiap Pak. Trim
BalasHapusSama-sama Bu
HapusSiap belajar jd nekad Gus
BalasHapusMantap
HapusSaya nekat nulis di brilio.net, ternyata tulisan sederhana saya terbit. Nekat. Saya nulis lagi, masih under review
BalasHapusMantap. Keren.
HapusMotivasi yang baik pak
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusKetika otak mulai mengembara, tanpa sadar jemari tangan mulai bergerak-gerak. Nah.. Seperti sekarang ini, selesai membaca paparan yang ditulis oleh seorang doktor... Hehehe
BalasHapusOtak ini lari-lari kesana-kesini, layaknya burung memperpati yang menari-nari di udara.
Dan tanpa sadar jemari tangannya bergerak-gerak entah apa yang ia ketik di kolom komentar.
Mohon maaf lahir batin pak...
Sama-sama
HapusInspiratif
BalasHapusTerima kasih
HapusInspiratif dan memotivasi. Matur nuwun...
BalasHapusSami-sami
Hapussangat menginspirasi,,,mudah mudahan saya juga bisa menjadi penulis yng bermamfaat,,seperti beliau..aamiin
BalasHapusAmin
HapusMantap ulasannya dan sangat inspiratif.
BalasHapusTerima kasih.
HapusSetuju. Yang susah itu istiqamah dan menjaga motivasi untuk tetap menulis dan menulis. 👍👍
BalasHapusIstiqamah butuh perjuangan
HapusSepakat prof
BalasHapusTerima kasih
HapusSemoga saya bisa juga menulis
BalasHapusPasti bisa. Modalnya nekat. Hilangkan malu dan takut.
HapusTerimakasih pak, energi dan spiritnya luar biasa,,, ��
BalasHapusSama-sama.
HapusEntah kenapa dengan menulis saya menjadi diri sendiri yg sebenarnya. Terima kasih atas masukannya pak.
BalasHapusSama-sama
Hapus