Buku, Membaca, dan Proses Menulis

Agustus 05, 2020

Ngainun Naim

 

Berjilid-jilid kitab karyanya masih berjejer rapi di rak bukuku. Terhitung sudah sekian tahun aku memilikinya. Jangka waktu sepanjang itu, aku belum membacanya sampai tuntas. Baru dua jilid yang betul-betul aku khatamkan. Paling sering aku membukanya pada jilid dan halaman tertentu untuk kepentingan menulis makalah, buku, artikel, atau mencari jawaban atas sebuah pertanyaan.

Memang pernah terbetik keinginan kuat dalam diriku untuk membaca jilid demi jilid sampai tuntas. Pada bulan Ramadhan lalu aku bertekad kuat mengkhatamkan satu jilid. Spirit ini minimal meniru spirit mengaji di pesantren saat ramadhan. Jadi biar ada khataman, walau bukan khataman kitab kuning. Sayang, semangat ini tidak berhasil aku penuhi. Terlalu banyak alasannya he he he.

Spirit mengaji di dunia pesantren sungguh membekas dalam diriku. Aku mondok sebenarnya tidak lama. Aku juga tidak menguasai kitab kuning dengan baik. Tapi aku terus berusaha mengaji. Bukan soal sedikit atau banyak, tapi soal rutinnya.

Bagiku, ribuan halaman yang terangkum dalam 15 jilid tebal tersebut jelas merupakan karya super serius. Membacanya jelas membutuhkan perjuangan bertahun-tahun. Justru yang lebih penting bagiku adalah bagaimana menulisnya. Spirit menulisnya yang sungguh luar biasa.

Buku yang aku maksud adalah Tafsir Al-Mishbah karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. Semoga dimudahkan Allah untuk membacanya. Amin.

Ribuan halaman jika rutin ditekuni pasti khatam. Selama ini aku usahakan untuk membacanya setiap hari rata-rata dua halaman setiap hari. Ya, hanya dua halaman. Kadang juga lebih. Pelan tapi pasti, usai shalat magrib aku membuka kitab itu. Memahami kata demi kata dan penjelasannya. Sungguh suatu karya luar biasa.

Membaca buku-buku atau artikel jurnal yang selama ini aku lakukan membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Selama ini, aku membaca dengan penuh perjuangan. Hal ini disebabkan karena “godaannya” sangat besar. Kesibukan, misalnya, selalu saja datang seolah tanpa jeda. Justru kesibukan itu yang harus ditundukkan. Pekerjaan tetap jalan dan membaca juga bisa dilakukan. Tentu tidak ideal. Kadang membaca baru bisa aku lakukan di malam hari menjelang tidur.

Menulis juga begitu. Aku sesungguhnya memiliki tekad untuk menulis minimal sehari satu judul untuk artikel blog. Tapi namanya manusia, target itu acapkali lewat begitu saja. Menulis artikel semacam ini paling mungkin dilakukan di malam hari menjelang tidur. Saat seluruh anggota keluarga terlelap, jari jemari biasanya begitu lancar menyentuh huruf demi huruf. Itu jika kondisi fisik belum terlalu lelah. Jika sudah sangat lelah, kadang habis shalat isyak juga sudah tidur. Jika sudah begitu, esoknya aku berusaha memenuhi aktivitas menulis yang aku tinggalkan sehari sebelumnya.

Melakukan sebuah aktivitas positif secara konsisten memang butuh perjuangan. Butuh usaha yang sangat keras. Ini soal komitmen menjalankan sebuah aktivitas positif. Manfaat dari membaca dan menulis jelas sekali telah aku rasakan. Juga beberapa kawan mendapatkan manfaat. Secara pribadi aku juga berkomitmen untuk menjadikan menulis sebagai media berbagi. Ya, berbagi ilmu dengan sesama. Semoga hal sederhana yang aku lakukan bisa memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan, buat aku sendiri dan juga buat sesama. Semoga.  

 

Trenggalek, 2 Agustus 2020

Ngainun Naim

37 komentar:

  1. Terima kasih tidak berhenti menginspirasi kami, Bapak Naim.

    BalasHapus
  2. Perjuangan untuk istikomah. Semoga bisa mengikuti jejak Prof. Naim.

    BalasHapus
  3. Teeima kasih atas motivasinya yg tiada henti pak...

    BalasHapus
  4. Mntaap Pak Naim, memng mnginspirasi, memotivasi bg yg mau maju, tekun, ulet memajukn diri sendiri, klrga, sklh n masyrkt...

    BalasHapus
  5. Luar biasa.Inspirasi dan Motivasi Prof. Naim semoga menjadi pahala yang terus mengalir...Aamiin...

    BalasHapus
  6. Setuju prof,. Penting untuk membaca, selain termasuk aktifitas positif,. Juga menjadi bekal dalam bahan menulis untuk memperkaya kosakata,. Sekaligus melatih dalam merangakainya dalam sebuah kalimat,.

    BalasHapus
  7. Thanks pak atas motivasinya agar kami selalu istiqamah dalam menulis.

    BalasHapus
  8. Alhamdulilah...terimksih pak nanim.. Sungguh luarbiada motivasi hr ini..

    BalasHapus
  9. Ya Pak sy juga beli banyak buku tapi ada yg belum sy baca juge idhem.... 😁 bergaul dg penulis hebat lama 2 akan tertulari bakat menulisnya semuanya soal waktu ya Pak waktu dan lagi lagi waktu demi masa dalem maknanya.... terima kasih wa ta waa soubil haq ya Pak Na'im ( bu sri)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Bu. Mari manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk kebajikan

      Hapus
  10. Banyak buku yang masih belum terbaca, sehingga tidak bisa menulis dengan baik. Terima kasih motivasimotivasinya pak.

    BalasHapus
  11. Semangat beli buku tp begitu harus membaca selalu punya alasan...
    Butuh perubahan mindset membaca itu menyenangkan...
    Terima kasih untuk tulisannya pak ...
    Sangat bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya mungkin memang harus dipaksa. Lama-lama akan terbiasa

      Hapus
  12. Perlu mencari cara gmn cara membaca agar mata tak cepat menutup...komitmen ada tp itu dah tau tahu terlelap.

    BalasHapus
  13. Ini yang sedang terjadi..komitmen menulis lagi terdera..terima kasih telah mengingatkan juga memberi contoh

    BalasHapus
  14. Sangat bermanafaat tulisan bapak, saya sendiri masih belum bisa membaca secara rutin.

    BalasHapus
  15. aamiin, sekarang ini menulis di blog sangat mudah karena bisa dilakukan lewat hp, jadi kita bisa menulis setiap hari

    BalasHapus
  16. Mudah mudahan suatu saat aku bisa membeli dan membacanya

    BalasHapus
  17. yang juga saya bayangkan buku ribuan halaman itu menulisnya berapa bulan saja. Kalau saya membaca saja perlu perjuangan, saya berpikir, betapa menulis ribuan halaman itu adalah maha karya yang tersusun karena perjuangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, karena itulah saya sangat menghargai buku. Proses nulisnya sangat berat.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.