Ada Banyak Alasan untuk Tidak Menulis

Oktober 23, 2020

 

Ngainun Naim

 

Dr. Legiman. Semangatnya sungguh luar biasa

Menulis itu tidak selalu mudah. Saya kira ini pendapat yang sifatnya universal. Seorang penulis paling hebat sekalipun juga akan mengalami kesulitan pada suatu momentum tertentu.

Saya kira aspek yang menjadi pembeda antara satu orang dengan orang yang lainnya adalah bagaimana sikap yang diambil saat menghadapi kesulitan. Ada yang menyerah begitu saja saat berhadapan dengan kesulitan. Ada yang berusaha berkali-kali meskipun akhirnya menyerah. Dan ada yang bertahan tanpa kenal menyerah.

Siapa yang akhirnya berhasil menjadi penulis? Tentu yang tidak pernah menyerah. Mereka ini belum tentu memiliki modal pengetahuan yang memadai atau pendidikan yang tinggi. Tidak sedikit juga yang pengetahuannya standar saja, sekolahnya kadang juga tidak sarjana, tetapi semangat menulisnya tidak tertandingi. Modal semangatnya sungguh tidak mudah ditaklukkan.

Semangat. Ya, modal semangat. Modal ini bukan hanya mudah untuk diucapkan tetapi juga harus terus menebarkan energy dalam diri. Semangat itulah yang membuat seseorang terus bisa menulis dalam himpitan tantangan yang tidak ringan.

Semangat itu pula yang akan memupuskan alasan untuk tidak menulis. Sungguh, alasan itu banyak, bahkan sangat banyak. Alasan sibuk, kegiatan menumpuk, tubuh capek, tidak percaya diri, malu, dan sejuta alasan lainnya bisa dibuat sebagai pembenar untuk tidak menulis. Semua alasan itu akan minggir oleh satu kata: semangat.

Saya teringat kakak tingkat S-3 di UIN Yogyakarta. Namanya Legiman. Saat mulai kuliah, usianya sudah hamper 60 tahun. Tetapi semangatnya sungguh tak terperi. Beliau istiqamah membaca, menulis, menghadiri seminar, dan konsisten mengerjakan disertasi. Meskipun tidak cepat, disertasi beliau selesai.

Beberapa tahun lalu saat mengisi acara di IAIN Langsa, saya bertemu beliau. Sungguh sebuah pertemuan yang membahagiakan. Saya mengamati bagaimana Dr. Legiman mengikuti acara. Tetap penuh semangat. Sejak pembukaan sampai penutupan beliau ikuti dengan tekun. Padahal usia beliau sudah hampir tujuh puluh tahun.

Alasan itu sungguh mudah dibuat. Jika dituruti, kita tidak akan menulis. Kuncinya memang harus menjaga semangat menulis. Mari terus merawat semangat dan hilangnya alasan untuk tidak menulis.

 

Trenggalek, 23-10-2020

6 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.