Setahun dalam Catatan

Januari 01, 2021

 

Ngainun Naim


 

Roda waktu berjalan begitu cepat. Rasanya belum terlalu lama kita memasuki tahun baru 2020, kini kita sudah di ujung tahun dan bersiap memasuki tahun baru 2021.  Perjalanan waktu seolah begitu cepatnya.

Persoalannya saya kira bukan cepat atau lambat tetapi pada bagaimana kita menjalani kehidupan ini. Cepat atau lambat itu persoalan persepsi. Menunggu selama satu jam rasanya akan lama sekali, tetapi menonton konser musik kesayangan akan terasa begitu cepat dalam hitungan jam. Barangkali begitulah persepsi kita terhadap perjalanan waktu.

Aspek yang lebih penting bagi kita sekarang ini adalah melakukan muhasabah. Penting untuk melakukan evaluasi diri atas apa yang kita selalu selama setahun ini. Hasil evaluasi dapat kita jadikan sebagai titik pijak dalam perjalanan waktu setahun berikutnya. Aspek yang baik kita pertahankan, yang bisa ditingkatkan tentu harus diupayakan untuk lebih baik, sementara yang kurang baik kita tinggalkan.  

Selama setahun 2020 saya relatif tidak banyak menorehkan prestasi. Saya menjalani kehidupan secara biasa saja. Mungkin itu juga bagian dari karakter saya yang kurang memiliki obsesi besar dalam hidup. Kalaupun memiliki obsesi biasanya dorongan mewujudkannya tidak terlalu kuat.

Jika boleh saya lukiskan, tahun 2020 ini adalah “tahun ketegangan”. Ya, disebut demikian karena semenjak pertangahan Maret 2020 kita semua harus berhati-hati dengan wabah Pandemi Covid 19. Virus ini telah merubah banyak hal dalam kehidupan.

Saya tahu persis bahwa rasa cemas itu tidak baik bagi imun tubuh. Tapi itu kan teori. Praktiknya, sedikit atau banyak saya juga memiliki kecemasan. Cemas terhadap banyak hal. Saya kira ini juga dialami oleh banyak orang.

Tahun 2020 juga merupakan tahun suram bagi saya. Tahun di mana saya kehilangan orang yang sangat saya cintai, yaitu Bapak saya, Kalib Surjadi. Pada awal April 2020 beliau mengalami sakit. Awalnya beliau mengeluh jika kondisi fisik beliau kurang enak. Saya yang dihubungi segera membawa beliau ke dokter. Beberapa kali kami bolak-balik mengantarkan Bapak periksa. Ketika kondisi beliau semakin parah, kami membawanya ke RSUD Dr. Iskak Tulungagung. Rupanya beliau terserang stroke.

Beliau selama 4 hari dirawat. Setelah itu rawat jalan. Situasi pandemic Covid 19 membuat kami anak-anaknya tidak bisa menunggui beliau secara maksimal. Ketika pulang dari RSUD kami berusaha merawat sebaik mungkin. Tapi takdir menentukan Bapak berpulang pada 9 Mei 2020.

Sungguh saya sangat merasa kehilangan. Bapak adalah orang yang sangat penting dalam perjalanan hidup saya. Tanpa beliau, saya tidak mungkin bisa seperti sekarang ini. Meskipun demikian saya menyadari bahwa takdir harus saya terima dengan ikhlas.

Semuanya telah terjadi. Saya harus bangkit. Hidup harus berlanjut dengan semangat berbuat baik. Saya ingin agar hidup saya memberikan manfaat yang besar bagi sesama.

Ya, kehidupan ini terus berjalan. Ia tidak peduli apakah kita senang atau susah. Ia juga tidak peduli apakah kita sukses atau gagal. Kunci utamanya bukan pada roda kehidupan tetapi pada kita sendiri. Kita yang seharusnya memahami bahwa roda kehidupan tidak akan berhenti. Ia akan terus berputar sampai Allah sendiri yang menghentikannya. Pada titk inilah maka paradigm berpikir kita harus ditata secara baik. Paradigma berpikir positif-kreatif-konstruktif menjadi pilihan yang bijak untuk menjalani kehidupan dalam rel kebajikan.

Paradigma yang semacam ini penting untuk memahami bahwa kita sekarang berada di Desember 2020. Kita tengah berada di ujung tahun. Setahun telah berlalu dan di ujung tahun ini saya ingin menanamkan semangat dalam diri saya untuk terus melanjutkan kehidupan dengan baik. Saya sadar bahwa ada begitu banyak hal yang belum saya lakukan. Saya kurang bisa menata waktu secara baik. Ada banyak kondisi di mana saya sendiri tidak mampu mengontrol diri secara baik.

Kesadaran ini akan saya jadikan sebagai pijakan untuk menjalani kehidupan paada tahun 2021 secara lebih baik. Saya berharap bisa menanamkan kesadaran dalam diri untuk selalu mengacu pada orientasi ini. Selalu berusaha dan berikhtiar menata diri. Selalu berusaha menjadi diri yang selalu lebih baik.

 

Ngainun Naim, Dosen IAIN Tulungagung. Aktif dalam kegiatan literasi. Beberapa bukunya yang bertema literasi adalah Proses Kreatif Penulisan Akademik (2017), The Power of Writing (2015), Spirit Literasi: Membaca, Menulis dan Transformasi Diri (2019) dan Literasi dari Brunei Darussalam (2020).

22 komentar:

  1. Tahun penuh ketegangan... betul prof

    BalasHapus
  2. Waktu terasa cepat, juga bermakna kita dapat menikmati, mensyukuri, dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, begitukah?

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas pencerahannya kiat harus konstruktif kreatif dan terus berbenah diri utk terus melangkah utk perbaiki diri dan berbagi kebaikan

    BalasHapus
  4. Selamat tahun baru semoga lebih bermakna

    BalasHapus
  5. Waktu terus berjalan tanpa bisa kita kendalikan. Diri kita yang bisa kita kendalikan, apakah akan mengisi waktu dengan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif atau justru mengisinya dengan banyak aktivitas yang produktif dan bermanfaat. Selamat tahun baru 2021 pak doktor Ngainun. Semoga kita selalu sehat dan meningkat produktivitasnya. Amin.

    BalasHapus
  6. semoga kita lebih baik pada masa mendatang. Allah SWT berikan kita kesehatan, perlindungan dan kesempatan untuk memperbaiki diri

    BalasHapus
  7. mantap luar biasa Gus, semoga sehat tuk tetap berkarya tuk kemajuan bangsa

    BalasHapus
  8. Mantap prof muhasabahnya. Semoga di tahun baru ini penuh manfaat dan berkah ,tetap dalam lindunganNya, serta diberi kesehatan lahir batin. Aamiin...

    BalasHapus
  9. Introspeksi diri nggeh Pak, sebuah catatan untuk semua. terimakasih Pak Naim

    BalasHapus
  10. Introspeksi diri dan menata diri untuk lebih baik. Terimakasih Pak Naim untuk catatan akhir tahun dan awal tahunnya

    BalasHapus
  11. Trimakasih prof, ikut tersengat muhasabahnya.. Moga2 2021 menjadi lembaran yang indah, produktif dan penuh manfaat. Aamiin.

    BalasHapus
  12. Semoga tahun 2021 keadaan segera berubah, agar harapan bisa diraih, impian bisa digapai, cita-cita bisa dicapai.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.