Kisah Para Guru Penulis Buku (2)

Maret 04, 2021

 

Ngainun Naim

 


Membangun tradisi membaca itu sungguh tidak mudah. Saya mengalami sendiri. Saya lahir dari sebuah keluarga sederhana. Sebuah keluarga yang tidak memiliki budaya memiliki buku dan membacanya.

Takdir hidup membuat saya berdekatan dengan buku dan dunia buku. Semuanya serba kebetulan. Disebut demikian karena memang tidak ada desain agar saya menyukai aktivitas membaca. Namun jika dirunut muaranya adalah bahan bacaan dan teladan.

Satu hal yang saya syukuri dalam kehidupan saya adalah Bapak saya seorang PNS di Departemen Agama. Setiap awal bulan setelah menerima gaji beliau selalu membawa pulang sebuah majalah. Nama majalahnya adalah Mimbar Pembangunan Agama (MPA). Di bagian belakang majalah itu ada Lembar Anan-Anak (LAA). Saya mulai menyukai membaca karena di LAA ada rubrik cerita bergambar. Jadi di sinilah yang saya sebut dengan bahan bacaan. Kondisi ini didukung oleh famili yang sebagian melanggan majalah. Adanya bacaan menjadi daya dorong saya untuk menyukai membaca.

Teladan membaca saya peroleh dari guru-guru saya. Ketika MTsN saya memiliki seorang guru kutu buku sekaligus penulis artikel di majalah. Teladan membaca dan menulis beliau kelak menjadi sumber inspirasi untuk saya teladani. Hal yang sama juga saya peroleh dari para guru di jenjang pendidikan selanjutnya. Lewat para gurulah saya akhirnya bergelut dengan dunia buku dan menulis.

 

Trenggalek, 4-3-2021

3 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.