Moderasi Beragama Perspektif Penyuluh Agama Islam

Juni 08, 2021


 

Ngainun Naim

 

Moderasi beragama menjadi istilah yang cukup banyak diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir. Istilah ini muncul—salah satunya—sebagai ikhtiar untuk memberikan perspektif keberagamaan yang tidak ekstrim. Bangsa Indonesia yang multikultural membutuhkan moderasi beragama karena jika keberagamaan ekstrim yang berkembang akan berimplikasi kurang baik terhadap kemajemukan.

Persoalannya, moderasi beragama selama ini masih terkesan elit. Kalangan akademisi dan pemegang kebijakan saja yang tampaknya akrab dengan istilah ini, sementara masyarakat awam tampaknya belum banyak yang mengenalnya. Moderasi beragama tidak akan secara otomatis menjadi bagian dari pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat. Dibutuhkan kerja-kerja sosialisasi dalam berbagai bentuk agar moderasi beragama semakin membumi.

Salah satu instrumen penting dalam membumikan moderasi beragama adalah Penyuluh Agama Islam. Para penyuluh ini terlibat aktif dalam kerja-kerja yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Peran mereka sangat strategis dalam memperkenalkan moderasi beragama.

Saya cukup gembira ketika beberapa waktu lalu dihubungi Pak Mohamad Ansori untuk membantu terbitnya buku antologi tentang moderasi beragama. Buku tersebut merupakan karya para Penyuluh Agama Islam Kabupaten Tulungagung. Naskah setengah matang dikirimkan kepada saya.

Naskah tersebut saya baca dengan cermat. Tulisan para penyuluh sungguh luar biasa. Pak Mohamad Ansori meminta saya membuatkan kata pengantar. Tentu saya sanggupi karena ini merupakan sebuah kehormatan.

Buku tersebut sekarang sudah terbit. Saya ucapkan selamat kepada kawan-kawan Penyuluh Agama Islam Kabupaten Tulungagung yang sudah mengawali tradisi literasi ini. Saya kira menulis dan menerbitkan buku memang harus dijadikan tradisi. Manfaatnya sangat besar bagi penulis, organisasi, dan masyarakat luas.

Pengalaman para penyuluh dalam menjalankan tugas—termasuk membumikan moderasi beragama—juga penting untuk ditulis. Dokumentasi semacam itu selama ini kurang menjadi perhatian. Padahal banyak pengetahuan dan pengalaman yang sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat luas.

Sekali lagi selamat dan sukses selalu.

 

Trenggalek, 8-6-2021

5 komentar:

  1. Terima kasih pak kyai. Semoga moderasi bergama membuat kita semakin sejuk di hati.

    BalasHapus
  2. Betul Prof.
    Memang upaya-upaya penerjemahan konsep MB harus terus digencarkan terutama di kalangan masyarakat umum

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.