Mengenang Prof. Drs. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D.

Agustus 18, 2021


 

Ngainun Naim

 

Kabar duka Kembali menyapa. Kali ini Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D yang wafat pada hari Selasa 17 Agustus 2021 pada pukul 03.00 WIB.

Jujur saya sangat sedih kehilangan salah seorang dosen yang sangat berwibawa, dalam ilmunya, dan sangat menghargai para mahasiswanya. Jauh sebelum saya menjadi mahasiswa S-3 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, saya telah membaca nama Akh. Minhaji. Ya, beliau adalah ilmuwan yang sangat mumpuni. Keilmuannya sudah diakui secara luas sejak beliau masih muda.

Pertemuan secara fisik dengan Pak Minhaji—begitu saya dan kawan-kawan sekelas memanggil beliau—terjadi pada tahun 2004. Saya ingat betul saat itu saya mewakili STAIN Tulungagung dalam acara pertemuan jurnal ilmiah. Lokasinya di Jogja Plaza Hotel. Pak Minhaji kalau tidak salah saat itu menjadi Wakil Rektor 1 IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pada saat acara saya mendengarkan sambutan beliau yang sangat luar biasa. Sebagai orang daerah, dosen muda yang masih minim pengalaman, dan belum banyak mengetahui hal-ikhwal jurnal ilmiah, saya dibuat terngaga oleh paparan Pak Minhaji. Beliau menjelaskan panjang lebar jurnal ilmiah dan tradisi jurnal di luar negeri. Saya hanya melongo mendapatkan serbuan pengetahuan yang sedemikian luar biasa. Pengalaman studi beliau yang panjang di luar negeri menjadi salah satu aspek yang membuat beliau memiliki wawasan yang sedemikian luas. Tentu juga karena beliau juga Editor in Chief Jurnal Al-Jamiah.

Setelah kegiatan itu saya beberapa kali membaca artikel beliau di berbagai jurnal. tulisannya mengalir renyah meskipun itu tulisan ilmiah yang penuh catatan kaki. Ya, satu hal yang hampir selalu ada dalam tulisan Pak Minhaji adalah deretan catatan kaki yang sangat lengkap. Hal itu menunjukkan bahwa beliau memang memiliki tradisi membaca yang sangat kuat.

Tahun 2007 saya mendaftar sebagai calon mahasiswa S-3 UIN Sunan Kalijaga. Saya ingat ada tiga orang penguji lisan, yaitu Prof. Drs. Akh. Minhaji, Prof. Dr. Abdul Salam Arief, dan Dr. Sukamto, M.A. Pak Minhaji menjadi penguji teks bahasa Inggris, Prof. Abdul Salam Arief menguji proposal disertasi, dan Dr. Sukamto, M.A menguji bahasa Arab.

Saya tidak ingat teks apa yang diujikan. Seingat saya beliau menyuruh untuk membaca teks tersebut lalu meminta saya menerjemahkan secara bebas. Grogi, itu kata yang bisa mewakili suasana saat itu. Terjemahan lisan saya pada beberapa bagian dikomentari beliau sebagai kurang tepat. Saya pasrah. Seandainya pun tidak diterima juga tidak apa-apa.

Tibalah hari pengumuman kelulusan. Alhamdulillah saya diterima sebagai mahasiswa S-3 Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tentu sebuah kebahagiaan tersendiri. Mimpi untuk studi di Yogyakarta akhirnya tercapai.

Interaksi berikutnya terjadi di perkuliahan. Pak Minhaji menjadi dosen tim bersama Prof. Dr. M. Amin Abdullah. Matakuliahnya adalah Pemikiran Islam Kontemporer. Saya ingat bagaimana beliau mengajar. Pakaiannya rapi, memakai jas, dan sangat menguasai topik. Satu matakuliah dengan tugas memilih: membuat makalah, menulis bibliografi, atau meresensi buku berbahasa asing.

Beberapa kawan memilih tugas makalah, ada yang menulis bibliografi, ada juga yang menulis resensi buku berbahasa asing. Saya berpikir keras kalau membuat makalah itu biasa, tidak istimewa. Menulis bibliografi terlalu berat untuk waktu yang mepet. Menulis resensi buku berbahasa asing Arab dan Inggris sama saja dengan membuat makalah.

Tetiba terpikir untuk konsultasi ke beliau. Saya bertanya apakah boleh saya meresensi kitab berbahasa Jawa. Menurut saya itu juga kitab berbahasa asing, setidaknya bagi Pak Minhaji yang orang Madura. Luar biasa, beliau menyetujui. Saya pun senang sekali.

Saya kebetulan memiliki kitab berbahasa Jawa karya Kiai Yasin Asymuni. Kitab itulah yang saya resensi dengan penuh kesungguhan. Beberapa kutipan berbahasa Jawa saya nukil dalam resensi. Saya berusaha keras menyajikan resensi buku sebaik mungkin dengan mengikuti template yang beliau bagikan.

Usaha saya rupanya tidak sia-sia. Resensi saya dinilai sebagai terbaik sekelas. Beliau menyatakan dengan guyon bahwa resensi saya bagus sekali dan banyak yang beliau tidak paham karena banyak yang berbahasa Jawa. Kami sekelas tertawa karena saya menukil banyak kutipan berbahasa Jawa dengan sengaja tidak menerjemahkan.

Pada AICIS tahun 2009 di Palembang saya kembali bertemu dengan Pak Minhaji. Kebetulan kami berada di hotel yang sama. Tentu saya manfaatkan kesempatan bertemu beliau untuk bertanya dan berdiskusi keilmuan. Beliau menyambut saya dengan hangat dan bertanya progres disertasi saya. Beliau juga memberikan masukan dan saran untuk selesainya disertasi.

Saat itu beliau menjadi pembahas paralel. Jadi selain pemakalah, ada ahli yang mengomentari paper yang dipresentasikan. Tentu saja ini sangat bagus untuk mematangkan diskusi dan menambah kekayaan keilmuan.

Terakhir kali saya bertemu dengan beliau tahun 2014. Sudah lama sekali. Saat itu beliau menjadi promotor sahabat saya, Kutbuddin Aibak, yang sedang melaksanakan ujian terbuka. Sebagaimana biasa, beliau banyak menyampaikan pertanyaan dan komentar membangun terhadap disertasi yang beliau bimbing.

Saya memiliki beberapa buku karya Pak Minhaji, yaitu Sejarah Sosial dalam Studi Islam (2010), Tradisi Akademik di Perguruan Tinggi (2013), Agama, Islam, dan Ilmu (2016), Masa Depan Pembidangan Ilmu di Perguruan Tinggi (2003), dan Strategies for Social Research.

Kini Pak Minhaji telah berpulang. Semoga amal ibadah beliau diterima, dosa-dosanya diampuni, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Amin.

 

Trenggalek, 17-18 Agustus 2021

4 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.