Keluarga Sebagai Prioritas
Ngainun Naim
Salah seorang yang sangat berjasa dalam perjalanan studi S-3 saya adalah Prof. Dr. Siswanto Masruri, M.A. Beliau merupakan pembimbing disertasi saat saya kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lewat bimbingan Prof. Sis—begitu saya menyebut beliau—yang “ngemong”, saya bisa menyelesaikan studi pada 6 Oktober 2011.
Saya sungguh sangat terkesan dengan Prof. Sis. Kesabarannya luar biasa. Perhatiannya terhadap saya sebagai calon doktor pertama yang beliau bimbing sangat membantu terselesainya studi saya.
Kini, lebih dari sepuluh tahun setelah saya selesai studi, komunikasi dengan beliau masih berjalan, meskipun hanya melalui WA. Pada 21 Maret 2021 lalu beliau mengirimkan surat di WA. Intinya undangan untuk menulis tentang beliau. Bersamaan dalam undangan itu penjelasan panjang lebar buku yang rencananya akan diterbitkan.
Undangan ini tentu saja saya sambut dengan gembira. Sebagai seorang murid, tidak ada yang lebih membahagiakan bagi saya dibandingkan dengan perhatian seorang guru. Saya pun membuat tulisan sederhana tentang beliau. Tulisan yang saya buat selama beberapa hari tersebut saya beri judul “Prof. Dr. Siswanto Masruri, Kecendekiaan, dan Kesantunan”.
Beberapa hari lalu beliau mengirim flyer. Isinya adalah undangan untuk mengikuti launching buku Biografi Siswanto Masruri. Buku tersebut berjudul “Keluarga Nomor Satu, Nomor Satu Keluarga: Menuju Kemanusiaan Bersama”. Sekali lagi ini adalah penghormatan dan perhatian seorang guru yang harus saya jalani sebaik-baiknya.
Sabtu pagi 27 November 2021 saya mencoba bergabung ke Zoom sebagaimana yang tertera di flyer. Tidak ada link yang saya peroleh. Beberapa kali saya mencoba masuk tetapi gagal. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya saya bisa masuk dan bergabung dengan acara luring yang digelar di sebuah hotel di Yogyakarta.
Saya menikmati acara demi acara. Juga sambutan demi sambutan yang disampaikan oleh kolega Prof. Sis. Sungguh acara ini membuat saya merasa beruntung pernah dibimbing oleh Prof. Sis.
Saya mencatat beberapa kesan para kolega beliau. Prof. Dr. Imam Suprayogo yang pernah menjabat sebagai Rektor UIN Maliki Malang menyampaikan beberapa hal penting. Prof. Imam memanggil Prof. Sis dengan panggilan Shekh. Terlihat sederhana tetapi saya menangkap ada hal luar biasa dalam panggilan ini. Tentu ada alasan tertentu dibalik panggilan tersebut. Dalam sosiologi masyarakat Islam, panggilan Shekh hanya diberikan kepada orang dengan kualifikasi tertentu.
Aspek lain yang disampaikan oleh Prof. Imam adalah tentang peran yang selama ini dijalankan oleh Prof. Sis. Menurut Prof. Imam, Prof. Sis merupakan sosok yang luar biasa. Beliau memang tidak pernah menjadi rektor namun dalam beberapa kali pemilihan rektor, beliau menjalankan peranan penting. Peranan semacam ini menjadi penting dalam menjaga iklim kampus agar tetap kondusif.
Sementara Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, Ph.D. menyampaikan bahwa Prof. Sis itu merupakan sosok pekerja keras. Beliau menjalankan tugas dengan totalitas. Jejak kerja keras Prof. Sis disampaikan Prof. Yudian pada bagaimana beliau belajar bahasa Inggris, khususnya dalam aspek academic writing. Memang salah satu kelemahan dosen PTKI adalah bahasa asing dan menulis. Bukan karena tidak mampu tetapi karena belum diasah. Prof. Sis mengasah dua kemampuan ini sejak muda. Prof. Yudian mengajak kita semua untuk mengecek bagaimana kemampuan menulis Prof. Sis sangat bagus dengan spesialisasi beliau menulis tokoh.
Prof. Dr. M. Din Syamsudin yang memberikan testimoni saat sedang perjalanan juga berkisah banyak hal tentang Prof. Sis. Testimoni beliau yang menarik saya—meskipun disampaikan dengan humor –adalah Prof. Sis pergi ke Gontor tidak hanya untuk mencari ilmu karena beliau juga mendapatkan berkah lain, yaitu mendapatkan istri.
Sementara Prof. Dr. M. Amin Abdullah menyebut Prof. Sis sebagai orang yang ahli lobi. Keahlian itu sangat penting. Tidak semua orang harus menjadi rektor. Beliau mengambil peran sebagai penjaga stabilitas. Dalam bahasa Jawa Prof. Amin menyebut Prof. Sis sebagai sosok yang, Ora nggriseni kancane. Ora ambisi dadi nomor siji. Ora grusa-grusu. Satu lagi yang sangat mengesankan, yaitu Prof. Sis berprinsip, be your self.
Prof. Dr. Ema Marhumah berkisah banyak aspek tentang sisi-sisi kemanusiaan Prof. Sis. Beberapa yang disebutkan Prof. Ema adalah Prof. Sis sebagai sosok yang sangat mencintai keluarga, beliau adalah sosok yang mengurai hal-hal buntu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, beliau adalah sosok yang memilih jalan sunyi, dan satu lagi adalah perhatian beliau terhadap orang. Setiap bertemu Prof Ema, Prof. Sis selalu bertanya kabar suami Prof. Ema dan tidak lupa titip salam.
Ada sangat banyak hal lain yang diungkapkan terkait sosok Prof. Sis. Sungguh acara yang digelar secara luring dan daring di hari sabtu tersebut memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga. Saya mendapatkan inspirasi dan pengetahuan baru yang mencerahkan.
Selamat kagem Prof. Dr. Siswanto Masruri dan keluarga. Semoga sehat selalu dan bisa memberikan pencerahan kepada kami para muridnya. Aamiinn.
Tulungagung, 27-11-2021
Sungguh sosok yang luar biasa Prof Sis.
BalasHapusTerima kasih
Hapusaamiin ya robbal alamiin, semoga saya bisa berjumpa dengan beliau.
BalasHapusAamiinnn
HapusOrang baik, kabarnya tidak akan berhenti.
BalasHapusAamiinnn
HapusInspiring kang duktur
BalasHapusMatur suwun
HapusSebuah inspirasi yang sungguh inspiratif Bapak.... Terima kasih
BalasHapusSama-sama
HapusAamiin. Seorang murid yang hebat adalah yang yang selalu mengenang gurunya yang hebat. Terima kasih telah berbagi cerita yang hebat ini, Pak.
BalasHapusSama-sama Bu
HapusSosok yang luar biasa. Semoga kita mendapat berkah ilmunya
BalasHapusAamiinnn
HapusProf. Sis sosok yang luar biasa. Saya mengenalnya sejak 2011. Walaupun sebagai staf di UIN Suka, tapi saya beruntung bisa beberapa kali terlibat dalam acara beliau.
BalasHapusAlhamdulillah
HapusSalah satu hal yang saya pelajari adalah ketakziman Dr. Naim kepada gurunya. Terima kasih atas catatan luar biasanya, Pak Naim.
BalasHapusSama-sama
HapusAamiin ya rabbal'alaamiin. Murid yang hebat terlahir dari guru yang hebat. Semoga selalu sehat dan sukses untuk prof. Sis & pak Dr. Ainun
BalasHapusAamiinnnn
HapusAamiin, luar biasa
BalasHapusTerima kasih
HapusSelamat dan sukses pak Ngainun
BalasHapusAaamiiinnn
Hapus"Keluarga Nomer Satu, Nomer Satu Keluarga"
BalasHapusSangat meng inspirasi, Syiakhi Syiakhina,
Matur suwun
HapusMasya Allah. Tulisan2 Bpk selalu menginspirasi. Trimkash Bpk sudah berkenan berbagi. Semoga Bpk selalu sehat dalam lindungan Allah SWT. Salam literasi dari Way Kanan, Lampung.
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMasya Allah semoga kelas jenengan juga menjadi inspirasi mahasiswa- mahasiswa nya🤲
BalasHapusAamiinnn
HapusSungguh luar biasa.
BalasHapusBeliau sedang menyelesaikan doktoralnya saat mengajar saya saat S1.
Beberapa testimoni tersebut saya menjadi saksi atas kebenarannya.
Saya jadi paham jika ada yang bilang bahwa beliau memilih jalan sunyi.
Hidup bukan hanya urusan menang-menangan. Pada banyak urusan, kita tidak harus menang, bahkan kita harus mengalah.
Karena sesungguhnya mengalah juga bagian dari ikhtiar menuju kemenangan yang substantif. (Hadits diriwayatkan dari njenengan).
Bukankah begitu kang mas Kyaikuh?
Salam dan ta'dzim selalu kagem Kyai Na'im
Subhanallah. Matur suwun Yai Tasim sampun kerso maos seratan kulo meniko. Salam takdzim.
Hapus