Menikmati Dua Pantai Trenggalek

Mei 08, 2022


 

Ngainun Naim

 

Tulisan ini sesungguhnya merupakan tulisan lama. Tulisan ini selesai saya buat pada 30 Oktober 2021. Awalnya saya buat di aplikasi ColorNote. Lama saya lupa dengan catatan ini dan tanpa sengaja membuka-buka aplikasi ColorNote dan menemukan catatan sederhana ini. Tulisan ini merupakan kesan singkat saat kami mengunjungi pantai eksotis di pesisir selatan Trenggalek. 

Saya sehari-hari berprofesi sebagai seorang dosen dan istri sebagai ASN di Pemkab Trenggalek. Kesibukan saya dan istri kadang sangat padat. Ketika sedang sangat padat, kami bertemu di rumah pada malam hari saat sudah lelah. Kebersamaan dengan anak-anak menjadi terbatas.

Pagi hari kami kembali bekerja. Anak masuk sekolah secara online atau offline. Jadi waktu kebersamaan sedemikian terbatas.

Meskipun terbatas kami berusaha memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kami berharap ada nilai edukasi dan nilai-nilai penting lain dalam kebersamaan yang terbatas. Meskipun tentu kami juga menyadari keadaannya berbeda dengan yang memiliki waktu luang berlimpah.

 


 

Kami sering bergurau tentang hal ini. Dulu kami berjuang keras mencari kerja. Apa saja dijalani meskipun gaji tidak pasti. Kini, ketika kerja sudah diperoleh, semestinya kami sangat bersyukur. Ini yang dulu kami impikan dan perjuangkan. Masak dulu kita perjuangkan sekarang kita keluhkan?

Tapi kami manusia. Mengeluh lebih mudah daripada bersyukur. Sungguh tidak mudah tetapi kami harus berusaha. Ya, harus berusaha mensyukurinya sehingga nikmat Allah bisa semakin bertambah.

Di tengah kesibukan, Sabtu sore tanggal 23 Oktober 2021 istri mengabarkan bahwa beliau ada tugas ke Prigi. Kami pun berunding. Keputusan diperoleh. Kami memboyong keluarga kecil kami untuk menginap di Prigi.

Sabtu jam 15.00 kami berangkat secara santai menuju Pondok Prigi. Kebetulan di lokasi ini nyonya ada tugas.

Jalanan menuju Pantai Prigi secara umum sudah baik. Aspal yang kami lewati cukup bagus dan memudahkan mobilitas. Jalanan juga relatif lengang. Mungkin karena masih pandemi yang belum juga berakhir.

Saya sendiri bukan orang yang terbiasa mengendarai mobil secara cepat. Saya cenderung santai. Beberapa orang menyebut saya penakut. Ya terserahlah mau dinilai apa.

 


 

Setelah berhenti beli BBM dan membeli camilan di swalayan, kami sampai di Pondok Prigi. Suasana mulai gelap. Terlihat panitia dari Pemerintah Kabupaten Trenggalek sibuk menata lokasi acara.

Nyonya turun untuk koordinasi. Saya dan dua anak menunggu di mobil. Setelah cukup koordinasinya kami meninggalkan lokasi. Tujuan kami adalah Pantai Mutiara. Bersama kami sebagai penunjuk jalan adalah sebuah mobil teman kantor nyonya.

Hari mulai gelap. Jalanan menuju Pantai Mutiara ternyata belum semua diaspal. Ada dua tanjakan yang mesti dilalui dengan hati-hati karena belum diaspal. Juga tanpa lampu penerangan sama sekali. Maklum gunung.

Begitu sampai di lokasi, sangat lega. Di kawasan Pantai Mutiara selepas magrib itu masih ada beberapa mobil yang parkir di pinggir pantai. Juga terlihat beberapa anak muda yang masih menikmati senja yang begitu indah.

Turun dari mobil sudah ada pihak yang menyambut. Rupanya ada kenalan yang memiliki homestay dan kantin di sini. Sungguh suatu keberuntungan. Secara bergantian kami mengambil air wudhu dan segera menunaikan shalat magrib.

Usai shalat dihidangkan pada kami menu makan malam yang sungguh luar biasa. Namun kami tidak segera makan. Anak bungsu saya merasakan bahagia tak terkira. Ia ingin merasakan nikmatnya pantai.

Setelah capek menunggu si kecil berlarian, saya makan malam bergantian dengan nyonya. Menu makan malam adalah ikan laut dengan sambalnya yang sungguh sangat nikmat. Luar biasa. Lebih nikmat lagi karena minumnya degan.

Setelah cukup kami menuju homestay untuk istirahat. Sementara nyonya bersama tim kembali ke Pondok Prigi untuk melanjutkan acara. Saya merebahkan tubuh yang kelelahan tetapi tidak bisa tidur lelap karena si kecil tidak juga segera tidur. Si kecil baru terlelap ketika sudah lumayan larut dan sesaat kemudian mamanya pulang dari acara.

 


 

Suasana masih pagi buta ketika di depan tempat kami menginap sudah ramai suara. Rupanya ada yang bikin kemah di pinggir pantai. Kata pemilik homestay memang tempat itu sering kali ada yang berkemah. Tidak hanya satu melainkan banyak, khususnya pada waktu-waktu liburan. Suasana dan lokasi memang cukup mendukung untuk berkemah. Selain lahan yang luas, di sekitar pantai juga banyak fasilitas mandi dan sarana pendukung lainnya.

Anak saya yang kecil begitu ceria saat bangun. Dengan semangat ia mandi lalu lari ke pinggir pantai. Ia merasa senang sekali. Saya mendampingi karena pantainya banyak bebatuan. Di bagian selatan memang berpasir tetapi mulai dipenuhi dengan pengunjung. Saya menghindari kerumunan dan ketat menjaga protokol kesehatan. Bagaimana pun juga pandemi belum usai.

Semakin siang suasana semakin ramai. Mobil demi mobil terus berdatangan. Anak saya juga sudah lumayan puas. Kami pun kemudian berkemas, menyelesaikan urusan, lalu pamit.

Pantai Mutiara sungguh indah. Suasananya masih alami. Di selatan Pantai Mutiara, sejauh perbincangan saya dengan pengelola homestay, ada lagi pantai yang masih alami. Namanya Pantai Cilik. Jalan menuju ke sana masih sulit. Sejauh ini sepeda motor yang bisa digunakan untuk menuju lokasi. Mobil tertentu saja yang bisa ke sana karena memang infrastruktur belum memadai.

Perjalanan kami berikutnya menuju Pantai Prigi. Ini merupakan pantai utama tujuan wisata. Saya sudah beberapa kali mengunjunginya. Namun ternyata kini kondisinya sudah berbeda. Pantai Prigi sudah berbenah.

Pantai Prigi sekarang ini cukup indah. Sebelum masuk pantai ada taman yang sangat indah. Kita bisa duduk santai di gazebo yang tersedia sembari menikmati ombak. Di pinggir pantai dibangun tulisan yang mencolok: Prigi360.

Kami menikmati indahnya pantai Prigi di masa pandemi ini. Sungguh sangat indah dan menyenangkan. Jika pandemi usai saya yakin pantai ini akan penuh sesak oleh pengunjung.

Puas menikmati Pantai Prigi kami bersiap pulang. Sesungguhnya masih ada beberapa pantai yang bisa dinikmati, seperti Pantai Cengkrong. Namun kami merasa sudah cukup. Saatnya kembali ke rumah dan mempersiapkan diri beraktivitas di hari kerja.

 

Trenggalek, 7 Mei 2022, 30 Oktober 2021



6 komentar:

  1. Mantap Prof. Wah jadi penasaran pingin berkunjung ke pantai Prigi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga segera mendapatkan kesempatan mengunjungi Pantai Prigi

      Hapus
  2. Detail cerita membuat pembaca serasa nyata ada di sana, jazakallah khairan

    BalasHapus
  3. semakin rindu dengan prigi setelah membacanya. terimakasih prof

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.