Menulis tentang Desa
Ngainun Naim
Salah satu produk Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan oleh UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung adalah menulis tentang desa. Produk semacam ini penting karena banyak desa belum memiliki dokumen tertulis tentang desanya dalam berbagai aspek. Dokumen yang ada sebagian kurang menarik dan tidak menampilkan kondisi kekinian.
Tentu bukan hal mudah menulis tentang desa, khususnya bagi mahasiswa. Tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Dibutuhkan keterampilan untuk menggali data. Jadi mahasiswa yang menggali data hal-ikhwal desa secara langsung sesungguhnya juga berlatih melakukan penelitian.
Meneliti memang membutuhkan latihan. Semakin sering meneliti, semakin terampil. Kesempatan melaksanakan penelitian inilah yang jarang diperoleh. Pada konteks inilah signifikansi menulis tentang desa.
Desa Jajar
Desa Jajar Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek menjadi lokasi KKN yang salah satu programnya adalah menulis tentang desa. Sejak awal Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) sudah memberikan bekal tentang apa, mengapa, dan bagaimana melakukan penelitian dan penulisan tentang desa. Tentu saja dalam perjalanannya ada dinamika yang unik.
Ringkasnya, penelitian selesai dilakukan. Penulisan juga sudah selesai. Naskah kemudian masuk redaksi SATU Press UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Juli 2022 buku hasil riset karya mahasiswa yang melakukan KKN MDBK (Membangun Desa Berkelanjutan) ini terbit. Kerja keras mahasiswa ini penting sekali untuk diapresiasi karena memang tidak mudah mengerjakannya. Selain itu buku ini adalah dokumen tertulis pertama yang dimiliki Desa Jajar.
KKN MDBK merupakan KKN yang dirancang khusus sebagai aktualisasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Pelaksanaannya setara dengan satu semester. Dalam catatan Wakil Bupati Trenggalek Syah Muhammad Natanegara di Prolog buku ini, KKN MDBK dinilai sangat sukses dan melampaui ekspektasi. Program demi program terlaksana dengan baik, termasuk buku ini.
Empat Bagian
Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama bertajuk "Pendahuluan". Pada bagian ini diulas sekilas tentang perspektif historis-sosiologis-geografis Trenggalek, Gandusari, dan Jajar. Perspektif semacam ini penting untuk mengantarkan pada pengetahuan dan pemahaman tentang Desa Jajar secara lebih komprehensif. Bagian ini juga menjelaskan tentang pentingnya buku ini ditulis.
Bagian kedua bertajuk "Desa Berhulu Budaya". Di bagian ini dijelaskan tentang tujuh hal yang berkaitan dengan budaya. Pertama, tiban. Tradisi ini masih terus dirawat secara baik sampai sekarang.
Kedua, megengan show. Ini unik karena dilakukan menjelang bulan puasa. Tempatnya tidak di rumah-rumah penduduk tetapi di lapangan terbuka. Selain ritual, ada juga show seni dan budaya masyarakat.
Ketiga, salalahuk, yaitu shalawat yang dilantunkan dengan langgam kuno yang khas yang diiringi suara jedor. Shalawat ini merupakan akulturasi Islam dan Jawa.
Keempat, jamasan, namun bukan untuk benda bersenjata tetapi men-jamas diri sendiri. Tempatnya di Jeding Wanatirta. Buku ini mengulas secara baik tentang tradisi unik ini.
Kelima, pande besi. Profesi ini sudah langka tetapi di Desa Jajar masih ada. Buku ini mengulas tentang siapa, mengapa, dan bagaimana bisa bertahan sampai sekarang.
Keenam, seni pahat kayu yang dikembangkan Mbah Kiman. Selain seniman, ia juga seorang Empu. Senjata buatannya dibuat melalui proses spiritual yang panjang. Ini menarik di tengah arus modernisme yang serba cepat dan praktis.
Ketujuh, Kang Wito sang pelukis multitalenta. Kemampuan melukisnya diperoleh secara otodidak. Karyanya dikenal luas oleh masyarakat.
Bab tiga buku ini berisi profil UMKM. Pertama yang diulas adalah kuliner Cukdeh. Ini merupakan singkatan dari Pincuk Lodeh. Substansinya sebenarnya sompil, namun olahan dan medianya berbeda. Cukdeh disajikan di daun jati. Ini yang menambah khas.
Kedua, kerajinan reyeng digunakan untuk menyimpan ikan pindang dengan kapasitas 4-6 ekor. Pengrajin tinggal membuat saja karena pengepul justru datang untuk mengambil. Kerajinan ini sekarang menjadi penopang ekonomi sebagian warga Desa Jajar.
Ketiga, tenun. Tokoh utamanya Mbah Lamijan. Ia merupakan satu-satunya penenun. Konsistensinya menekuni tenun membuah Mbah Lamijan dikenal secara luas sekaligus mengangkat nama Desa Jajar.
Keempat, batu akik. Perajinnya bernama Abbas. Batu akik berbahan batu lumut memiliki pangsa pasar luas. Tidak hanya nasional tetapi juga internasional.
Kelima, tas anyam atau simpai. Perajinnya bernama Sumardji. Sebagaimana batu akik, simpai juga dipasarkan secara nasional dan internasional.
Keenam, sale dan kripik pisang. Perajinnya adalah Pak Adi. Risqi Sale Pisang merupakan label untuk produknya. Pemasarannya tidak hanya di Desa Jajar tetapi sudah menembus pasar nasional.
Bagian Empat buku ini bertajuk Jajar Tempoe Doeloe. Bagian bisa disebut sebagai babat desa. Tim penulis menggali data secara serius dan menyusun narasi secara apik. Ada banyak informasi penting yang disajikan di bagian ini.
Bagian akhir buku adalah epilog yang ditulis oleh Kepala Desa Jajar Imam M. Edy. Ia menyampaikan apresiasi atas KKN dan penulisan buku ini. Ia menyebut ini sebagai "angin segar". Kepala Desa muda dan energik ini menulis:
Buku ini ditulis melalui proses penelitian yang panjang dan tidak main-main. Saya tahu betul bagaimana teman-teman mahasiswa ini berjuang kesana-kemari untuk menggali data sebanyak-banyaknya. Kadang mereka tampak lelah sekali dan seakan menyerah. Namun alhamdulillah, saban kali ketemu dengan saya, raut lelah dan pesimis itu seolah lenyap begitu saja. Saya tidak tahu kenapa, mungkin itu hanya untuk menutupi agar di depan saya mereka selalu ceria. Yang pasti mereka berhasil melaksanakan berbagai program inovatif yang membekas bagi warga Desa Jajar, dan buku ini salah satu contohnya.
Tentu ini bukan karya sempurna. Kekurangan bisa ditemukan di sana-sini. Namun sebagai karya mahasiswa KKN, saya cukup bangga dan berbahagia. Mahasiswa telah melakukan kerja yang luar biasa.
Tulungagung, 6-10-2022
Sangat menarik dan menginspirasi
BalasHapusAndai saya masih mahasiswa dan atau sekarang bisa menulis kisah Desa sendiri ? Sayang nya urusan sudah repot domestik he
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya
HapusMantabbb semangat mendokumentasikan desa dlm sebuah tulisan Prof
BalasHapusTerima kasih
HapusSebuah buku yg bernas , mampu mengulik keberadaan suatu desa secara komprehensif. Salut dan keren
BalasHapusTerima kasih Pak
HapusMenjadi inspirasi bagi kami, menuliskan tentang desa dan kearifan lokal nya
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMenumbuhkan minat menulis, dan akan semakin banyak desa yang dikenal nantinya.
BalasHapusTerima kasih Pak Pri
HapusKeren prof...jadi inspirasi kelak dlm menulis babat desa sendiri...
BalasHapusAmin
Hapuslumayan menginspirasi...pengen nulis n membukukan sejarah perjuangan eyang....tp rung selesai selesai...sek lekas ancik2 perlu byk blajar ki ...ke pak ainun.
BalasHapusSemoga segera selesai. Siap membantu jika dibutuhkan
HapusTerimakasih prof. Memberikan inspirasi kepada kami. Semoga bisa memiliki karya kados mekaten...🙏
BalasHapusAmin
HapusMenarik untuk disimak memberikan motivasi bahasa mudah dipahami, enak dibaca
BalasHapusAlhamdulillah
Hapus