Strategi Menulis tentang Perjalanan

November 01, 2022

Saya bersama Bu Rita Audriyanti
 

Ngainun Naim

 

Kita semua pernah melakukan perjalanan. Dekat ataupun jauh. Perjalanan yang mengantarkan kita ke sebuah tujuan.

Perjalanan bisa jadi sama antara satu orang dengan yang lainnya tetapi beda dalam memanfaatkannya atau mengenangnya. Bagi penulis, perjalanan adalah sumber tulisan. Hal-hal unik dan menarik dari sebuah perjalanan bisa diolah menjadi tulisan yang sarat makna. Penulis perjalanan yang hebat bisa membuat pembaca seolah merasakan apa yang dialaminya.

Jika ada yang bingung mau menulis apa, tulislah tentang perjalanan. Jika selama ini Anda abai terhadap perjalanan, mulai sekarang jadikan perjalanan sebagai sumber tulisan. Olah dan kembangkan perjalanan Anda menjadi tulisan.

Awalnya bisa saja Anda mengeluarkan sepeda motor. Anda susuri jalanan di tempat tinggal Anda. Amati apa yang menarik dan berkesan. Catat, olah, dan buat menjadi laporan perjalanan. Sederhana saja jika belum terbiasa. Penting diselesaikan. Lama-lama akan semakin berkembang dan bermetamorfosis menjadi tulisan yang semakin baik.

Bagi fotografer, perjalanan merupakan media untuk mendapatkan gambar-gambar estetik. Keindahan objek foto tidak selalu mudah diperoleh. Mungkin pemandangan alam, tumbuhan, hewan, atau bangunan. Di sinilah makna penting perjalanan.

Tentu setiap orang memiliki persepsi tersendiri terkait perjalanan. Ada yang sangat menikmati perjalanan, biasa saja, hingga tersiksa dengan perjalanan. Muaranya ada pada kondisi dan persepsi masing-masing.

Kata para ahli, persepsi itu kunci. Mungkin Anda kurang setuju. Itu sah saja. Tetapi paling tidak persepsi itu penting dalam membangun realitas.

Jika fisik sehat dan pada dasarnya suka traveling, perjalanan tentu menyenangkan. Bagi orang lain membosankan, bagi yang suka traveling menyenangkan.

Saat fisik kurang sehat, tentu perjalanan tidak ada nikmatnya. Bagaimana bisa nikmat jika fisik kurang sehat. Ditambah tidak suka traveling, lengkap sudah penderitaan yang dirasakan. Perjalanan bukan lagi hiburan tetapi siksaan.

Perjalanan adalah sumber tulisan yang sangat subur. Idenya melimpah. Namun perlu pengetahuan tentang hal-ikhwal menulis perjalanan ini.

                                                                Kopdar RVL gaya Kemenyek

 

Pada titik inilah kehadiran Bu Rita Audriyanti dalam kegiatan Kopdar Rumah Virus Literasi (RVL) yang dilaksanakan di Yogyakarta pada 22 Oktober 2022 sangat penting. Bu Rita adalah penulis perempuan yang cukup produktif. Saya sudah lama mengenal beliau. Beberapa kali saya berjumpa secara langsung dengan perempuan yang aktif menulis ini.

Beberapa tahun lalu saya melakukan perjalanan ke Thailand. Saat itu pesawat transit sekitar 5 jam. Iseng-iseng sebelum perjalanan saya kontak Bu Rita yang saat itu sedang tinggal di Malaysia. Tidak disangka, beliau siap menemui saya. Pada hari yang saat saya transit. Beliau datang bersama beberapa kawan untuk menemui saya di Kualalumpur Internasional Airport 2.

Tentu saya gembira sekali. Ini pertemuan yang menyenangkan. Saya bisa bersua dengan beberapa kawan yang aktif dalam kegiatan literasi di Malaysia. Istimewa lagi karena saya ditraktir makan siang gratis.

Setelah beliau pulang ke Indonesia, saya bertemu lagi di Semarang. Saat itu juga Kopdar. Pertemuan yang membuat kami semakin akrab dan bisa saling bertukar pengetahuan tentang dunia literasi.

Buku solo karya Bu Rita cukup banyak, termasuk tentang perjalanan. Buku antologinya nyaris menembus angka seratus. Tidak banyak orang yang bisa seproduktif beliau.

Pada Kopdar RVL di Yogyakarta, Bu Rita menyampaikan materi tentang travel writing. Perjalanan adalah sumber tulisan yang cukup menarik. Beberapa buku karya beliau menunjukkan bahwa beliau memang seorang penulis perjalanan yang tangguh, seperti Haji Koboi: Catatan Perjalanan Haji Backpacker (Jakarta: Grasindo, 2013) dan Hati yang Selesai Catatan dari Melbourne (Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2018).

Saya menyimak secara cermat paparan Bu Rita. Saya juga mencatat beberapa poin penting. Sejauh ini saya sudah menulis puluhan pengalaman perjalanan. Saya juga sedang mengolah pengalaman perjalanan menjadi buku yang rencananya berjudul Terbang Bersama Tulisan: Catatan Perjalanan Antar Kota Antar Propinsi. Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama buku ini bisa selesai dan siap cetak.

Tulisan perjalanan saya tanpa teori. Pokoknya menulis saja. Prinsipnya saya mancatat dan mengembangkan hal-ikhwal perjalanan yang saya lakukan. Soal kualitas ya tentu kurang berkualitas. Namanya juga asal nulis. Sayang jika pengalaman penting itu hilang begitu saja. 

Cover buku Literasi dari Brunei Darussalam

 

Saya juga pernah menulis buku perjalanan. Judulnya Literasi dari Brunei Darussalam (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2020). Buku ini berisi catatan demi catatan pengalaman saya saat mendapatkan kesempatan ke Universitas Sulthan Syarif Ali pada bulan Desember 2019.

Lewat Bu Rita Audriyanti saya memperoleh dasar teoretik tentang menulis perjalanan. Menurut Bu Rita, banyak hal yang bisa ditulis. Pertama, transportasi yang kita gunakan. Ini bisa bercerita tentang apa transportasi yang digunakan, bagaimana jalurnya, apa saja yang mesti dipersiapkan, dan sebagainya.

Tetiba saya teringat sebuah buku karya Kiai M. Faizi. Judulnya Ruang Kelas Berjalan. Buku ini berkisah perjalanan beliau naik bus. Ada banyak sekali perjalanan yang beliau ceritakan. Juga ada banyak hal-hal unik dan menarik yang memberikan hiburan, pengetahuan, dan pilihan kepada kita semua.

 Buku Ruang Kelas Berjalan

Saya juga menemukan beberapa web atau blog yang khusus berisi catatan perjalanan. Ada web para pecinta kereta api: https://keretaanakbangsa.com/; ada pecinta sepeda: https://www.nasirullahsitam.com/; travel secara umum: https://www.sintiaastarina.com/travel/indonesia/; dan banyak lagi yang lainnya. Lewat blog semacam ini, saya menikmati sebuah perjalanan. Memang bukan saya yang melakukannya, tetapi saya ikut merasakan bagaimana sebuah perjalanan  dilakukan. Selain itu lewat membaca blog-blog semacam ini, saya memiliki modal untuk menulis perjalanan pada saat tertentu.

Kedua, kuliner. Setiap daerah memiliki menu makanan khas. Menu makanan ini biasanya menjadi sasaran para pejalanan. Belum lengkap sebuah perjalanan ke suatu daerah sebelum mencicipi kulinernya.

Masyarakat Indonesia sendiri ternyata pecinta kuliner. Saya melacak riset-riset tentang ini. Daya tarik kunjungan ke sebuah daerah ternyata menempatkan kuliner sebagai salah satu pertimbangan. Tentu kawan-kawan pembaca bisa menuliskan pengalaman berkuliner ini. Saya sendiri telah menuliskan di blog. Tidak banyak. Tapi paling tidak pernah memiliki catatan tentang kuliner. https://www.spirit-literasi.id/2022/10/sate-lalat-dan-nasi-bebek-madura.html. https://www.spirit-literasi.id/2022/04/dua-rasa-kuliner-minang-enak-dan-enak.html. Apakah sudah bagus? Terserah kepada pembaca sekalian. Ini sekadar catatan ringan untuk mengenang sebuah kegiatan.

Saya menemukan banyak buku kuliner di toko buku. Salah satu pakarnya yang terkenal dengan Mak Nyus adalah Almarhum Bondan Winarno. Beliau adalah pakar dalam urusan incip-incip kuliner. Beberapa buku karya beliau penting menjadi referensi saat menulis tentang kuliner, seperti Buku Kuliner Makanan 100 Mak Nyus Bondan Winarno, 100 Mak Nyus Bali, 100 Mak Nyus Jakarta, dan banyak lagi buku beliau tentang kuliner.

Tentu bukan hanya Bondan Winarno. Banyak lagi pakar kuliner yang telah menulis buku, seperti Sisca Suwitomo, William Wongso, dan Tuti Sunardi. Buku-buku mereka adalah inspirasi tak bertepi bagi kita yang ingin menulis hal-ikhwal kuliner. 


 

Ketiga, penginapan. Bagi traveler, penginapan sangat penting. Tempat menginap merupakan bahan tulisan yang sangat melimpah. Kita bisa menulis hal-ikhwal penginapan tempat kita bermalam dan beristirahat. Aspek-aspek penginapan diulas, mulai lokasi, kamar, menu makan, dan hal-hal lain yang terkait.

Saya sendiri belum pernah membuat review terkait penginapan. Namun saya pernah membaca beberapa blog yang melakukan review, seperti: https://catperku.com/article/review/review-hotel/; https://thetravelearn.com/2020/; dan beberapa blog lainnya.

Keempat, oleh-oleh khas. Ini juga bahan menulis yang baik. Banyak hal yang bisa ditulis, mulai dari di mana mendapatkannya, apa rasanya, dan banyak hal lainnya lagi. Sebagai bahan untuk mendapatkan inspirasi, kawan-kawan bisa mengunjungi beberapa blog: https://mamikos.com/info/15-oleh-oleh-khas-makassar/; https://www.ikurniawan.com/berburu-oleh-oleh-khas-kota-batu-dan-malang. Silahkan kawan-kawan googling. Ada sangat banyak blog tentang topik oleh-oleh.

Kelima, destinasi yang dikunjungi. Sebagaimana yang lainnya, kawan-kawan bisa menulis destinasi yang dikunjungi. Buka mata, pikiran, dan hati untuk menyerap hal-hal unik yang bisa ditulis. Saya sendiri beberapa kali menuliskannya: https://www.spirit-literasi.id/2022/07/palembang-dan-catatan-tentang-tempat.html; https://www.spirit-literasi.id/2022/05/menikmati-dua-pantai-trenggalek.html; https://www.spirit-literasi.id/2022/04/istana-pagaruyung-di-suatu-senja.html; https://ngainun-naim.blogspot.com/2020/02/senja-di-pantai-warna-oesapa.html; https://ngainun-naim.blogspot.com/2019/10/mengunjungi-rumah-pembuangan-bung-karno.html; dan banyak lagi yang lainnya. Kawan-kawan bisa mengunjungi blog saya.

Lebih lanjut Bu Rita Audriyanti menjelaskan bahwa menulis tentang perjalanan itu banyak manfaatnya. Manfaat pertama adalah mengabdikan perjalanan. Foto-foto kita di handphone sangat penting untuk mengabadikan hal-hal yang indah. Namun seiring waktu, foto itu akan memenuhi handphone kita. Selain itu, kita kadang lupa konteks foto itu. Nah, jika kita menjadikan tulisan maka foto itu akan menemukan konteks kejadiannya. Kita akan ingat kapan foto itu diambil, bagaimana mengambilnya, situasinya seperti apa, dan banyak hal lain yang melingkupi foto saat diambil.

Manfaat kedua, sebagai informasi bagi pembaca. Tidak semua orang memiliki pengalaman yang sama sebagaimana kita yang melakukan perjalanan. Catatan perjalanan, meskipun mungkin kita anggap sebagai hal sederhana, sangat mungkin banyak sekali manfaatnya bagi pembaca. Tulisan kita bisa menjadi penerang bagi pembaca yang membutuhkan informasi.

Catatan tentang naik bus, misalnya, sangat penting artinya bagi pembaca yang akan melakukan perjalanan di lokasi yang sama. Informasi harga tiket, lamanya perjalanan, gambaran medan yang dilalui, dan banyak hal lainnya jelas sangat penting. Demikian juga dengan catatan-catatan lainnya, misalnya penginapan, oleh-oleh, destinasi tujuan, atau kuliner.

Manfaat ketiga, melepaskan ketegangan. Perjalanan tidak selalu menyenangkan. Kadang justru stress karena satu dan lain hal. Tujuan awalnya ingin melakukan perjalanan dan mendapatkan kegembiraan tetapi justru bukan kegembiraan yang didapatkan.

Saya kira kita pernah mengalaminya. Suatu ketika saya dan keluarga berlibur ke Batu Malang. Tujuannya tentu mencari hiburan. Ternyata di kota wisata itu macet total. Berjam-jam kami terjebak di jalan dan tidak bisa masuk lokasi.

Pengalaman semacam ini menarik untuk ditulis. Stress yang kita alami bisa menjadi hiburan yang menyenangkan saat ditulis. Jadi pengalaman semacam itu justru menjadi hiburan saat dituliskan.

Manfaat keempat adalah mendapatkan uang. Banyak penulis perjalanan yang justru menangguk untung ganda. Review destinasi wisata atau makanan, misalnya. Tentu butuh konsistensi dan perjuangan agar kita bisa menangguk untung. Beberapa reviewer menuliskan pengalaman mereka mendapatkan banyak keuntungan materi dari review yang mereka lakukan.

Manfaat kelima, amal jariyah. Beramal itu tidak harus dalam bentuk uang atau materi. Tulisan itu, sepanjang diniati sebagai ibadah, Insyaallah akan menjadi amal jariyah kita. Apa yang kita tulis bisa memberikan manfaat kepada pembacanya.

Ada banyak lagi ilmu tentang perjalanan yang saya peroleh dari paparan Bu Rita Audriyanti. Sayangnya Sebagian tidak tercatat. Tentu ada banyak hal yang menjadi sebabnya. Namun demikian saya sangat bersyukur mendapatkan ilmu ini. Terima yang setulusnya saya sampaikan kepada Bu Rita Audriyanti atas ilmunya yang inspiratif.

 

Tulungagung, 1 Nopember 2022

22 komentar:

  1. terima kasih pencerahannya Prof, semoga kita dapat menulis kisah perjalanan yang menarik dan pembaca merasa terbantu dengan apa yag dituliskan.

    BalasHapus
  2. Saya yang hobby traveling blm kepikiran utk dituangkan dalam tulisan hehe....inspirasi ini prof.

    BalasHapus
  3. Terima kasih. Tulisan Prof. Ngainun enak dibaca dan menyentak kesadaran untuk mengabadikan setiap perjalanan. Hidup ini sesungguhnya juga sebuah perjalanan menuju kampung abadi. (Abdisita)

    BalasHapus
  4. Trimakasih Prof. Selalu memberikan motivasi untuk menulis. Allahumma Nular ke saya prof... 🙏🙏

    BalasHapus
  5. Setiap perjalanan menjadi sangat berarti Prof.

    BalasHapus
  6. Saya Ibnu Muslim kepengen juga menulis, kisah perjalanan. Terima kasih Prof

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari Pak Ibnu Muslim menulis perjalanan. Saya yakin Bapak memiliki banyak bahan untuk ditulis.

      Hapus
  7. Terima kasi Prof...saya merasa bersalah terus setiap membaca spirit Literasi Prof.Ngainun, semoga bisa memulai...dari setiap perjalanan...

    BalasHapus
  8. Inspiratif prof. Ngainun. Terima kasih

    BalasHapus
  9. So very inspired. Matur nuwun, Prof. mungkin saya terlalu terlena dengan banyak peristiwa yang memporakporandakan hidup saya. Jadi macet. membaca tulisan Prof. Ngaimun, saya jadi ingin menuliskannya. Apa saja. Bisakah yang telah terlewat dituliskan?

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.