Ayo Membuat Blog
Oleh Ngainun Naim
Ada sebuah buku menarik karya Wisnubroto Widarso. Judulnya
Kiat Hidup Sukses. Buku mungil ini
cukup laris. Indikasinya
sederhana, yaitu buku yang saya miliki merupakan cetakan kelima terbitan tahun
2000. Asumsi saya buku ini mungkin saja cetak lebih dari lima kali.
Ada satu bagian yang menarik, yaitu di bab ketujuh, ”Kuasailah Keterampilan
Berkomunikasi”. Pada paragraf awal, Wisnubroto menulis, ”Salah satu sarana
untuk dapat membina persahabatan yang sejati, persahabatan yang dilandasi
prinsip AKU-ENGKAU dan dengan demikian saling mengembangkan kepribadian, adalah
keterampilan berkomunikasi”.
Mungkin kalimat Wisnubroto ini terkesan normatif. Siapa pun tahu bahwa
berkomunikasi itu merupakan keterampilan penting yang seharusnya dikuasai agar
persahabatan menjadi langgeng. Tentu sangat disayangkan jika persahabatan rusak
karena komunikasi yang tidak lancar. Padahal, komunikasi itu bisa dipelajari.
Komunikasi merupakan keterampilan yang bisa diasah dan dikembangkan secara
terus-menerus.
Komunikasi banyak bentuknya. Salah satunya adalah komunikasi tertulis.
Komunikasi tertulis memiliki banyak kelebihan, di antaranya lebih awet dan
dapat menjangkau pembaca secara luas. Komunikasi jenis ini penting
ditumbuhkembangkan, khususnya di kalangan mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki
keterampilan menulis lebih memiliki peluang untuk sukses kuliah.
Kok bisa? Ya, menguasai keterampilan menulis itu merupakan salah satu kunci
sukses kuliah. Asumsinya sederhana, yakni sebagian besar perkuliahan
mengharuskan mahasiswa untuk menulis. Membuat makalah misalnya, menjadi tugas
pokok yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Jika seorang mahasiswa tidak
memiliki keterampilan menulis maka dia akan menghadapi hambatan dalam mengikuti
perkuliahan. Padahal, sepanjang proses perkuliahan, membuat makalah menjadi
tugas yang nyaris selalu ada.
Keterampilan menulis ini semakin diperlukan saat seorang mahasiswa harus
membuat tugas akhir kuliah, yaitu skripsi. Skripsi, selain merupakan
penelitian, juga merupakan ujian keterampilan menulis. Mahasiswa yang telah
memiliki keterampilan menulis secara baik akan memiliki peluang besar untuk
menyelesaikan tugas akhirnya secara baik. Sebaliknya jika tidak memiliki
keterampilan menulis secara baik maka ada kemungkinan skripsinya menghadapi
hambatan untuk diselesaikan. Tidak sedikit mahasiswa yang pengetahuannya luas
tetapi terhambat lulus karena kelemahan dalam menulis skripsi.
Dalam kerangka mengasah keterampilan menulis ini, saya mendorong kepada
mahasiswa yang saya ajar untuk membuat blog. Kok blog? Saya berpikir blog
merupakan media sederhana yang dapat menampung apa pun yang ada dalam pikiran
kita. Blog bisa diisi apa saja, mulai dari pemikiran, catatan perjalanan,
pengetahuan yang diperoleh dari membaca buku, refleksi hidup, atau hal-hal lain
yang sederhana. Dengan memiliki blog, keterampilan menulis dapat diasah.
Membuat blog sesungguhnya tidak terlalu rumit, tinggal kemauan untuk
membuat saja. Jika ada kesulitan untuk membuat blog, teman-teman mahasiswa saya
anjurkan untuk bekerja sama dengan teman lain yang sudah bisa membuat blog.
Kerja sama ini memungkinkan seorang mahasiswa memiliki alamat blog.
Persoalan yang jauh lebih penting setelah membuat blog adalah mengisinya. Mengisi
blog itu membutuhkan konsistensi. Menulis kadang-kadang memang tidak mudah.
Bagi penulis pemula, persoalan ”mau menulis apa” biasanya yang menjadi
persoalan pokok. Bagaimana mengatasinya? Sejauh yang saya tahu, tidak ada
formula taktis-praktis-aplikatif yang bisa digunakan selain dengan berlatih dan
terus berlatih. Melalui cara semacam ini diharapkan kebiasaan menulis akan
tumbuh.
Kesulitan menulis biasanya disebabkan karena ”jam terbang” menulis yang
belum tinggi. Membuat blog merupakan sarana bagi mahasiswa untuk memiliki ”jam
terbang”. Semakin sering blog diisi maka mahasiswa akan semakin terlatih
menulis. Mahasiswa yang terlatih menulis akan semakin mudah menundukkan
hambatan dalam menulis. Dan blog adalah sarana yang tepat untuk tujuan
tersebut. Jadi, ayo membuat blog dan mengisinya secara rutin.
Tulungagung, 30 Oktober 2014
Ngainun Naim
Insyallah Ustad. Bismillah belajar istiqomah meskipun tulisan yang di posting di blog, tidak jarang menimbulkan "rasa pening" ketika dibaca lagi..lagi..dan lagi . Hehehe. Kesalahannya mungkin terletak pada "revising dan editing". Hehe
BalasHapusTerimakasih atas dorongannya utk menulis Ustad. Spekta!
Jika sering menulis maka "rasa pening" itu akan hilang dengan sendirinya. Nikmati saja proses menulisnya. Salam!
Hapus