Jauhkan Saja Generasi Mudanya dari Buku
Oleh Ngainun Naim
Saya
agak terkejut ketika awal Desember kemarin Mas Ahmad Fauzan—dosen muda IAIN
Tulungagung dan juga aktivis Taman Baca Masyarakat—datang ke ruang saya.
Setelah berbasa-basi Mas Fauzan menyampaikan bahwa saya diminta untuk menjadi
pembedah dari buku yang ditulis oleh Muhsin Kalida, M.A dan Muh. Mursyid. Judul
bukunya sangat menarik, yaitu Gerakan
Literasi Mencerdaskan Negeri. Buku ini baru saja terbit pada awal bulan
Desember oleh Cakruk Publishing Yogyakarta bekerja sama dengan Aswaja
Pressindo.
Bagi
saya, ini merupakan sebuah kehormatan. Sebagai orang yang mencintai dunia
literasi, saya menyambut hangat tawaran Mas Fauzan. Secara personal saya juga
sudah cukup akrab dengan Muhsin Kalida, MA sehingga kesempatan ini tidak saya
sia-siakan. Saya sambut hangat tawaran Mas Fauzan untuk menjadi seorang
pembanding.
Beberapa
hari kemudian, tepatnya tanggal 10 Desember, Mas Fauzan datang lagi. Kali ini
dia membawa buku Gerakan Literasi yang
masih dibungkus plastik. Buku ini jatah buat saya yang menjadi pembedah. Saya pun
menerima dengan penuh kegembiraan.
Segera
buku ini saya baca secara ”ngemil”, yakni pelan-pelan dan sedikit demi sedikit.
Beberapa bagian yang penting saya catat untuk kemudian saya pindahkan ke
komputer. Cara semacam ini, menurut pengalaman saya, cukup menguntungkan karena
bisa bermanfaat untuk aktivitas menulis selanjutnya.
Tepat
hari minggu tanggal 20 Desember 2014, acara bedah buku dilaksanakan. Acara
cukup meriah. Saat pembukaan, beberapa pejabat datang. Bupati diwakili dari
Kesbanglinmas, ada Kepala Perpusda beserta dua stafnya, ada perwakilan
Dikdasmen, ada perwakilan Kemenag, dan juga Pengurus Cabang NU Tulungagung.
Lengkap dan cukup meriah.
Acara
dimoderatori oleh M. Najib Yuliantoro. Mantan aktivis IPNU Ancab Ngunut
Tulungagung yang merupakan alumni S-2 sebuah perguruan tinggi di Belgia ini
berhasil membawa suasana bedah buku terasa hidup dan bersemangat. Antuasiasme
peserta terlihat dari wajah-wajah mereka. Saat awal, Kepala Perpusda, Drs. Ali
Murtadhi, M.Si memberikan uraian tentang apa itu perpustakaan, perannya, dan
juga strategi membaca yang efektif. ”Seluruh peserta yang hadir di acara ini
saya gratiskan untuk daftar menjadi anggota perpustakaan daerah”, papar Ali.
Tentu saja, tawaran ini disambut tepuk tangan dan antusiasme peserta bedah
buku.
![]() |
Saya, Muhsin Kalida, dan M. Najib Yuliantoro |
Seusai
Pak Ali, Muhsin Kalida selaku penulis buku menyampaikan orasi. Muhsin Kalida
bukan hanya seorang penulis, melainkan juga dosen, motivator, enterpreneur, dan
aktivis berbagai bidang. Karena itu, saat memaparkan bukunya sangat memukai.
Secara santai ia mampu berdialektika secara intensif dengan peserta. Cara
semacam ini memungkinkan ia memiliki hubungan emosional yang baik dengan
peserta. Secara substansi Muhsin menekankan tiga hal sebagai kunci literasi,
yaitu; membaca, menulis, dan menerbitkan karya.
Seusai Muhsin Kalida, giliran saya yang didaulat sebagai
pembanding. Saya sampaikan bahwa buku yang ditulis Muhsin Kalida dan Muh
Mursyid ini merupakan sebuah buku luar biasa. Judulnya saja “Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri”.
Setelah membaca buku tersebut saya menyimpulkan bahwa buku yang bersampul pohon
yang tumbuh di atas lembaran buku tersebut kaya ilmu, kaya warna, kaya perspektif,
dan kaya pengalaman. Selain itu, buku tersebut ditulis oleh orang yang memang
bergerak secara intensif dalam dunia literasi. Karena itu, buku ini tidak hanya
berbicara secara teori tetapi juga berisi pengalaman praktis berliterasi.
Lebih lanjut saya jelaskan bahwa membaca sebagai bagian
dari aktivitas berliterasi memiliki beberapa manfaat, di antaranya;
Ø
Pondasi awal
meningkatkan kecerdasan otak.
Ø
Cara paling
efektif menjawab rasa ingin tahu.
Ø Meluaskan
cakrawala.
Ø Jendela
perubahan hidup.
Ø
Menjadikan
diri senantiasa tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
Ø Sangat
menguntungkan otak.
Ø Mengubah
paradigma.
Ø Menjadi
diri sendiri.
Ø
Batu loncatan
keberhasilan di sekolah dan kehidupan di masyarakat.
Ø Nutrisi
jiwa.
Ø Meningkatkan
kecerdasan.
Ø Jendela
dunia.
Ø Mengembangkan
kreativitas.
Ø Menguatkan
kepribadian.
Selain membaca, saya juga mengulas tentang menulis dan
menerbitkan karya sebagai bagian dari kegiatan literasi. Paparan ini saya
harapkan memberikan manfaat bagi tumbuhkan semangat membaca, menulis, dan
menerbitkan karya di kalangan peserta yang hampir semuanya merupakan generasi
muda tersebut. saya berharap agar acara yang diselenggarakan Forum TBM
Tulungagung dan IPNU-IPPNU Tulungagung tersebut dapat memberikan semangat baru
berliterasi di Tulungagung.
Sebagai penutup ada kutipan penting dari buku Muhsin
Kalida ini yang penting untuk dijadikan sebagai bahan renungan, yaitu: ” Zaman
dulu untuk menghancurkan suatu bangsa dengan membumi hanguskan perpustakaan,
sekarang dengan dengan strategi agar masyarakat
meninggalkan buku”. Jadi mari dekatkan generasi muda dengan dunia buku agar
peradaban kita semakin maju.
Salam literasi.
Ini catatanku, mana catatanmu?
Trenggalek, 20-12-2014
judul buku yang di bedahnya sangat fenomenal Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri, sayang bagi orang desa buku masih jadi bagian yang ekslusif, buku hanya untuk kaumintelek dan orang kota, bagi orang desa apa yang disampaikan betapa bermanfaatnya aktivitas berliterasi sebagai jendela dunia sangat jauh untuk dapat di jangkau, selain harga buku yang taklah bisa di jangkau, waktu yang dimiliki orang desa untuk membaca buku, akan membuat keluarga berantakan...kapan nyari duitnya begitu kira-kira kalimat keluarga...saya anak desa pak...:D
BalasHapussalam sehat dan ceria selalu pak
Mas Cilembu thea@ terima kasih banyak atas apresiasinya. Memang benar, tradisi literasi masih menghadapi tantangan yang tidak ringan. Justru karena itulah diperlukan usaha secara terus-menerus agar mereka semakin dekat dengan buku. Ada banyak cara yang bisa ditempuh. Salah satunya melalui mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM). Buku yang dibedah banyak membahas hal-ihwal TBM.
HapusSalam kembali Mas.
Sebelum ini, saya sudah salut dengan aktivitas Cakruk. Setelah membaca tulisan panjenengan ini, saya semakin termotivasi dengan apa yang panjenengan sampaikan, Mas.
BalasHapusTerima kasih Ustadz. Cakruk memang memberikan manfaat dalam menumbuhkembangkan budaya literasi. Terima kasih telah berkenan berkunjung. Salam.
Hapus