Si Kecil Penggerak Literasi
Tulisan ini adalah karya adikku yang bungsu. Sekarang dia duduk bangku kelas XII MAN 2 Tulungagung. Aku berharap dia mau menekuni dunia literasi sebagaimana yang juga Aku tekuni. Semoga ia semakin rajin membuat tulisan.
Oleh Ngainul Yaqin
Adikku yang menulis catatan ini (tengah), si penggerak literasi (Safira, berjilbab hitam), dan Anakku Qubba N. Ilman Naim). Foto ini diambil pada tahun 2008. |
Hari ini merupakan hari minggu yang
seperti biasanya Aku lewati dengan mencuci beberapa potong pakaian dan kaos
kaki sekolah yang sudah lusuh. Terdengar teriakan ibuku memanggilku sejenak
setelah menyelesaikan tugas. Beliau menyuruhku untuk memberikan uang ke rumah
kakakku yang berjarak kurang lebih 10km dari rumah kami.
Selepas dhuhur
kupacu motorku dengan kecepatan sedang. Angin bertiup ke arah selatan. Sembari
mendongak ke atas, Aku lihat awan tebal berwarna abu-abu siap menjatuhkan
muatannya. Dengan segera Aku pacu motorku lebih cepat. Kurang dari 20 menit Aku
sudah sampai di rumah kakakku. Yap, Aku adalah bungsu dari 6 saudara, sedangkan
kakakku ini adalah yang ketiga. Dia sudah menikah dan mempunyai dua putri.
Setelah melepas
helm Aku sudah disambut keponakanku yang sudah merencanakan untuk melihat bazar
buku di depan Perpusda – Perpustakaan Daerah - di kota kami. Setelah memberikan
uang, keponakanku ngeyel mengajakku
ke bazar buku itu. Tanpa bisa menolak Aku pun menuruti permintaannya. Tampaknya
cuaca diluar enggan menurunkan hujan pada sore hari ini, meskipun awan tebal
sudah mengelilingi seluas mata memandang, tetapi hujan tak kunjung turun.
Sesampainya
dibazar dengan cepat keponakanku langsung mencari buku yang menurutnya ia
sukai. Tidak seperti kebanyakan anak SD lainnya yang lebih suka bermain,
keponakanku menyukai apa yang anak SD lainnya tak sukai. Yap, membaca. Entah
sejak kapan tepatnya ia menyukai aktifitas itu. Kebiasaan yang diturunkan oleh
orang tuanya yang juga cukup menyukai aktivitas membaca. Mungkin virus membaca
ini juga diturunkan dari pamannya yang merupakan kakak tertuaku. Iya, beliau
adalah tokoh penggerak literasi - entah apa itu , mungkin kata keren dari aktivitas
membaca dan menulis -. Masih ingat diingatanku betapa beliau - secara tidak
langsung – menuntunku untuk rajin membaca. Dimulai ketika Aku masih sangat
belia. Beliau membelikanku majalah dan buku yang sudah tak terhitung berapa
banyaknya. Sekarang pun, beliau masih sering membelikanku buku yang secara
tidak langsung menyuruhku untuk semangat membaca. Beliau sudah menggeluti
bidang itu mungkin semenjak kuliah atau tepatnya sebelum aku dilahirkan
kedunia. Entah berapa banyak tulisan beliau yang sudah dihasilkan. Beberapa
diantaranya dimuat di berbagai literature, blog, Koran juga beberapa buku yang
tulis sendiri yang juga membahas tentang literasi. Beliau bukan hanya tokoh
literasi saja, tapi juga guru, penulis, pembawa acara, pembimbing, dan tak
lupa, beliau juga kakakku yang memberi banyak pengalaman berharga yang jarang
didapatkan kebanyakan orang.
Tersentak kaget Aku
disodori buku oleh keponakanku. Segera Aku menuju kasir dan membayar buku itu.
Sejenak teringat aku tentang kakakku apabila melihat ada hal yang berbau dengan
aktivitas membaca dan menulis. Virus yang ditularkan kepada semua anggota
keluargaku walaupun secara tidak langsung. Tak terkecuali keponakannya yang Aku
yakin juga tertular virus itu.
Tulungagung,
2 Februari 2015
Tidak ada komentar: