Ayo Menulis (Lagi)
Oleh Ngainun Naim
Buku ”Geliat
Literasi” yang merupakan buku kompilasi banyak penulis telah terbit bulan lalu.
Buku tersebut menandai semangat membaca dan menulis dari IAIN Tulungagung. Jika
Anda membaca buku tersebut, Anda akan mendapatkan kekayaan khazanah
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan para penulisnya. Buku tersebut
menandai gerakan sekaligus sosialisasi bahwa IAIN Tulungagung berusaha keras
untuk mentradisikan membaca dan menulis.
Secara
sederhana, para penulis dari buku ”Geliat Literasi” terbagi menjadi tiga.
Pertama, kalangan dosen. Kedua, mahasiswa. Ketiga, stakeholders. Jumlah total
penulisnya ada lebih 60 orang. Ketebalan buku ini juga cukup lumayan, di atas
300 halaman. Bagi Anda yang belum memiliki buku ini, bisa pesan via inbox atau
datang ke kantor LP2M IAIN Tulungagung. Harganya cukup murah, hanya Rp. 50
ribu.
![]() |
Buku baru. Minat bisa hubungi kami. |
Buku ini
juga sudah dibedah di Trenggalek pada akhir ramadhan lalu. Antusiasme para
peserta bedah buku juga cukup lumayan. Kehadiran buku menandai spirit baru
literasi. Semoga semakin banyak yang aktif berliterasi.
Dalam
kerangka sosialisasi gerakan literasi, buku ”Geliat Literasi” direncanakan juga
untuk dibedah di IAIN Tulungagung. Soal waktunya masih melihat kondisi dan
situasi. Tentu aneh jika di tempat lain sudah dibedah justru di IAIN
Tulungagung belum.
Dalam kerangka
menindaklanjuti spirit literasi, LP2M IAIN Tulungagung kembali mengajak
khalayak untuk menulis. Kali ini terbuka untuk umum. Topiknya tentang hari ibu.
Kali ini direncanakan tidak hanya satu buku, tapi dua buku sekaligus. Ya, dua
buku. Satu buku kumpulan esai dan satu buku kumpulan puisi. Jadi, ayo menulis
mumpung ada kesempatan. Topiknya adalah tentang IBU. Silahkan menulis apa pun
tentang IBU dan kirimkan ke panitia. Dengan membayar Rp. 50 ribu, Anda akan
mendapatkan 1 eksemplar buku sebagai bukti terbit.
Menulis itu memang
tidak selalu mudah. Lebih tidak mudah lagi adalah menerbitkan sebuah tulisan.
Tidak sedikit calon penulis yang patah arang begitu naskahnya ditolak penerbit.
Banyak calon
penulis yang tidak tahu bahwa penulis yang kini namanya bertebaran di buku-buku
itu hampir semuanya mengalami penolakan penerbit di masa-masa awal menekuni
dunia menulis. Tapi mereka tidak patah arang. Mereka terus berkarya dan terus
berkarya. Penolakan demi penolakan justru dijadikan sebagai mefia berlatih dan
terus berlatih.
Bagi yang
belum terbiasa, dibutuhkan media alternatif menerbitkan buku. Buku kompilasi
sebagaimana yang dirintis LP2M IAIN adalah salah satu cara berkarya. Semoga
saja ke depannya betul-betul bisa mandiri dalam berkarya.
Tidak ada komentar: