Ramadan Produktif
Oleh Ngainun Naim
Ramadan
tahun ini dimulai pada tanggal 18 Juni 2015. Sebulan penuh kita sebagai umat
Islam akan ditempa dengan tidak makan dan minum. Tentu bukan hanya tidak hanya
tidak makan dan minum, melainkan juga bagaimana kita meningkatkan kualitas diri
kita.
![]() |
Dan penting juga menulis di bulan ramadan |
Ada banyak
cara yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kualitas. Salah satunya adalah
dengan membaca Al-Quran. Jika sebelum ramadan kita kurang rajin mengaji, ramadan
adalah momentum untuk mengistiqamahkan mengaji. Tentu lebih bagus jika selama
sebulan bisa khatam, minimal sekali.
Pagi tanggal
18 Juni saya membaca Esai Ramadan KH A Mustofa Bisri di Jawa Pos. Judul
esainya menarik, yaitu "Mampukah Kita Meningkatkan Puasa Kita?".
Bagian demi bagian saya baca. Tulisan yang renyah mengalir Gus Mus sungguh
mempesona sekaligus kritis.
Salah satu
bagian yang menurut saya menarik adalah saat beliau menulis:
Pengulangan-pengulangan,
termasuk pada penyikapan kita terhadap Ramadan, bisa jadi hanya merupakan
rutinitas yang hambar. Bahkan mungkin membunuh kreativitas. Tetapi, bisa juga
merupakan laku keistiqamahan yang meningkatkan kualitas.
Coba simak
kutipan di atas. Sangat mungkin kita terjebak pada rutinitas minim makna. Kita
hanya suka cita dan ikut arus semata. Tetapi jika diniati secara tulus, puasa
memang bisa meningkatkan kualitas diri kita. Puasa adalah momentum istimewa
yang oleh Gus Mus dinilai sebagai sarana mendidik diri menjadi ikhlas dan
jujur. Juga, momentum untuk melakukan evaluasi tahunan atas diri dan amal perilaku
kita selama sebelas bulan.
Jika ini
mampu kita lakukan maka itulah yang disebut dengan "Ramadan
Produktif". Semoga.
Bagi pecinta
Al-Quran, mengaji satu hari satu juz bukan hal istimewa. Tapi bagi orang awam
seperti saya, satu juz setiap hari jelas perjuangan berat.
Idealnya
memang sehari mengaji minimal 1 juz. Ini yang seharusnya diperjuangkan. Caranya
dengan mencicil.
Ya, di WA
saya beredar strategi membaca Al-Quran ini. Setelah shalat wajib 4 halaman.
Jika istiqamah maka sebulan khatam. Tinggal dikalikan saja jika ingin khatam
lebih sekali.
Ini teori.
Untuk menjalankannya butuh konsistensi. Jika tidak diperjuangkan tentu khatam
sekali hanya mimpi. Sesuatu yang awalnya menginspirasi tetapi tidak berenergi
karena tidak mampu dieksekusi.
Selain membaca Al-Qur'an, menulis juga
merupakan kegiatan produktif yang bisa dilakukan selama bulan penuh hikmah ini.
Sebagaimana rutin saya lakukan, saya ingin menulis
catatan rutin sekitar tiga paragraf setiap harinya. Ya, hanya tiga paragraf.
Tiga
paragraf itu jika seminggu sudah sekitar tiga halaman. Lumayan bukan? Daripada
tidak menulis sama sekali, menulis tiga paragraf jelas lebih produktif.
Setelah saya
rasa cukup, paragraf demi paragraf itu saya susun ulang, saya edit lalu saya
tampilkan di blog saya. Dengan catatan sederhana semacam itu saya berharap
banyak orang membaca dan mendapatkan hikmahnya. Semoga.
jujur saya merasa agak keteteran utk produktif banget di Ramadan; tadarus Alquran insyaAllah terus dilakukan walaupun seberapa lembar hasilnya, demikian pula nulis, baca, urusan kerumahtanggaan, tapi sungguh berat melawan kantuk yg selaluuuu saja menerpa di kala melakukan semua hal produktif itu :(
BalasHapusSesungguhnya sama Bu. Saya keteteran juga. Tetapi paling tidak berusaha semampunya untuk tetap produktif.
Hapus