Silaturrahim ke Guru

Oleh Ngainun Naim

Jarum jam menunjukkan pukul 12.45 saat saya mengetuk pintu rumah guru saya saat MTsN. Rumah beliau yang besar di pinggir jalan Desa Sukodono Kecamatan Karangrejo  Kabupaten Tulungagung terlihat lengang. Tidak ada jawaban. Sepi. Mungkin orangnya sedang ada acara keluar.

Pak Muhammad Amrullah dan koleksi bukunya

Setelah mengetuk pintu rumah beberapa kali dan tidak ada jawaban, saya pun memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang saya berkirim SMS kepada beliau untuk memberitahukan bahwa saya baru saja ke rumah beliau tapi rumah tutup. SMS saya kirim dan saya pun melaju mau pulang.

Belum semenit kendaraan saya berjalan beliau menelpon. Ternyata beliau baru saja sampai ke rumah setelah acara halal bi halal di sekolah yang beliau pimpin. Saya pun memutar kendaraan untuk kembali ke rumah beliau.

Rak buku dengan ribuan koleksi milik Pak Amrullah

Silaturrahim kali ini saya lakukan ke rumah guru saat saya duduk di bangku MTsN. Inspirasi yang beliau berikan sungguh besar buat saya. Membaca dan menulis adalah dunia asyik yang beliau ajarkan secara tidak langsung. Membaca di kelas atau di mana pun ada kesempatan membuatku ingin sekali menirunya. Juga menulis di berbagai media massa.

Jika kini saya menyukai dunia membaca dan menulis, harus jujur saya akui bahwa itu terinspirasi—salah satunya—dari beliau. Karena itulah, saya berusaha terus menjaga silaturrahim dengan beliau.

Wajah ramah langsung terlihat saat saya memasuki rumah beliau. Istri dan dua putri beliau ikut menyambut. Tidak seberapa lama istri dan kedua putri beliau pamit karena ada acara lain. Tinggallah kami berdua.

Kami berbincang tentang banyak hal, termasuk tentang membaca dan menulis. Beliau adalah kutu buku kelas berat. Rak-rak buku memenuhi seluruh isi rumah. Jumlah bukunya lebih dari 15.000 eksemplar. Harian Jawa Pos Radar Tulungagung pernah memuat profil beliau dengan koleksi bukunya.

Rak buku Pak Amrullah

Dunia menulis telah beliau tekuni sejak sekitar 30 tahun lalu. Ribuan artikelnya tersebar di berbagai majalah. Sampai sekarang beliau tetap aktif membaca dan menulis.

Hampir dua jam kami berbincang. Semangat beliau yang menyala saat berbincang menorehkan semangat juga pada diriku. Padahal, kondisi beliau kurang sehat. Semoga Allah senantiasa melimpahkan berkah, rahmat, dan kesehatan kepada beliau. Terima kasih banyak Pak Muhammad Amrullah untuk inspirasi dan ilmunya.