Tips Menggapai Kecemerlangan Hidup

Juni 10, 2016



Judul Buku      : Self Development, Melejitkan Potensi Personal, Sosial, dan Spiritual
Penulis            : Dr. Ngainun Naim
Penerbit           : IAIN Tulungagung Press
Edisi                : Cetakan I, November 2015
Tebal               : x + 222 halaman
Ukuran            : 14.5 x 20.5 cm
Peresensi          : Ali Sumitro, *Pendidik dan Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.*

Buku Self Development

Tak disanksikan lagi bahwa orang-orang yang menjadi tokoh besar, baik tokoh agama, pendidikan, politik, ekonomi, sain, budaya dan lainnya, dapat dipastikan hari-harinya selalu dilalui dengan belajar, belajar dan belajar. Mereka meng”haram”kan dirinya sikap berpangku tangan dan berdiam diri menunggu keajaiban dari langit. Bagi mereka belajar adalah panggilan jiwa, sehingga tidak pernah terlewatkan dalam kamus hidupnya membiarkan hari berlalu tanpa aktualisasi potensi diri. Belajar bagi mereka merupakan kunci penting dalam rangka pengembangan diri agar selalu meningkat kualitas dirinya. Kualitas yang purna dapat terwujud bila memiliki keseimbangan pada dimensi personal, sosial, dan spiritual (h.21). Demikian kira-kira kata kunci buku terbaru karya Dr. Ngainum Naim ini.

Kata kunci tersebut terkesan sangat sederhana dan mudah dijalankan. Dan memang, setelah membaca dan menyelami buku ini dengan penuh penghayatan halaman demi halaman, ternyata tidak sulit bagi siapapun untuk mengaktualisasikan dan mengembangkan dirinya, asalkan ada kemauan yang kuat dan sungguh-sungguh, serta memiliki komitmen yang tinggi *(intrinsic commitment),* yakni komitmen keras untuk maju yang muncul atas dasar kesadaran diri dalam diri, bukan atas dasar ikut-ikutan, paksaan, atau karena pamrih sesaat. Komitmen inilah, menurut penulis, yang membuat seseorang menjadi pembelajar yang disiplin, tekun, ikhlas, dan rendah hati. (h.43)

Belajar dalam kerangka pengembangan diri ini tentunya tidak dibatasi dan dipagari oleh sekat-sekat ruang dan waktu. Belajar dalam terminologi ini memiliki spektrum yang luas.  Belajar bukan hanya ketika duduk di bangku sekolah formal atau kuliah. Belajar sebagai sarana pengembangan diri bisa dilakukan dengan banyak cara, seperti aktivitas membaca (*kauniyah* dan *qauliyah*), seminar, mendengarkan ceramah, mengikuti pelatihan dan selalu mencari kesempatan lain yang memungkinkan untuk memperbaiki diri (h.30).

Di samping itu, belajar dalam kaitannya dengan pengembangan diri juga tidak terbatas pada usia tertentu, akan tetapi aktivitas belajar yang dilakukan sepanjang hayatnya (h. 47), yang dalam bahasa agama, istilah ini dikenal dengan “minal mahdi ila-allahdi” (dari buaian hingga ke liang lahat).

Walau sudah ada karya-karya sebelumnya yang berkaitan dengan upaya memberdayakan dimensi emosional dan spiritual, seperti Ary Ginanjar Agustian, “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual”, Sukidi, “Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Kecerdasan Spiritual: Mengapa SQ Lebih Penting Daripada IQ dan EQ”, Taufik Pasiak, “Manajemen Kecerdasan; Memberdayakan IQ, EQ dan SQ untuk Kesuksesan Hidup”, namun buku ini sangat menarik dan tetap perlu dibaca oleh siapapun (lintas profesi), tentunya bagi yang menghendaki adanya kecemerlangan hidup. Buku ini perlu dimiliki bukan saja karena susunan bahasanya yang renyah saat dibaca, sederhana dan mudah dipahami, lebih dari itu, penulisnya pandai menghadirkan kisah-kisah hidup para tokoh sukses dari berbagai bidang kehidupan; pendidik, penemu, usahawan, artis, dan profesi lainnya, yang secara umum menunjukkan atas keuletan, usaha keras, pantang menyerah, dan kegigihannya dalam usaha pengembangan kualitas diri, sehingga mampu menggugah pembacanya untuk bangkit dan lebih baik lagi. Selain itu, dalam menyajikan hidangan ini, penulis selalu menyertakan ungkapan bijak dari tokoh tertentu setiap kali mengawali sub tema barunya. Buku ini akan terasa lebih “menggigit” seandainya penulis memperkaya tema-tema yang dibahasnya dengan ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadis yang relevan.

Membaca buku ini rasanya enggan untuk mengakhirinya sebelum halaman terakhir selesai dilahapnya. Ini lebih disebabkan karena penyajiannya yang sederhana, praktis, solutif-aplikatif, dan sistematis serta mudah dicerna. Membaca buku ini terasa seakan sedang melakukan pendakian dan  pengembaraan batin menuju ke puncak kesejatian yang berujung pada satu titik, yakni “ekstase” spiritual.

Pembaca juga dibawa pada alam realita kehidupan. Kehidupan yang penuh dengan persoalan kemanusiaan. Menariknya lagi, penulis tidak sekedar menyuguhkan realita problematika kemanusiaan yang ada di sekitar kita *an sich,* lebih dari itu, penulis sekaligus menawarkan obat (solusi) atas berbagai penyakit masyarakat, yang bila tidak segera diatasi maka lambat atau cepat akan mewabah.

Sebagai seorang yang memiliki latar belakang pendidik dan sekaligus sebagai praktisi pada sebuah perguruan tinggi Islam, penulis mencoba menyajikan refleksinya secara komprehensif. Pengembangan diri, bagi Naim, memerlukan sinergitas antar berbagai potensi yang ada. Menegasikan salah satunya hanya akan menghasilkan kepribadian yang tidak utuh *(split personality)*. Pengembangan diri yang melulu mengandalkan kualitas intelektual semata, menurut penulis, tidaklah cukup memadai dan tidak akan mampu bertahan lama, bahkan akan tergerus seiring dengan dinamika perubahan zaman yang begitu cepat. Karenanya, perlu dibalut dengan aspek lainnya, seperti; aspek personal (akhlak, integritas, disiplin diri, sabar dan syukur (h.63-111), aspek sosial (menyadari kehadiran orang lain, menghargai orang lain, memahami perbedaan, tidak mengeluhkan orang lain, tidak iri hati, melakukan kebajikan, dan menebar energi positif (h.123-163), dan aspek spiritual (h.167-192).

Ketiganya (aspek personal, sosial dan spiritual) merupakan satu kesatuan potensi yang dimiliki manusia, yang menuntut adanya sinergitas secara intensif dan terus menerus bagi yang menghendaki adanya pengembangan diri yang berkualitas, sehingga akan mampu menghantarkan pelakunya memiliki kualitas hidup yang mencerahkan, kualitas diri yang akan mengubah energi menjadi cahaya, yang dalam istilah Bobby DePorter, disebut sebagai “quantum” pengembangan diri. Selamat menyelami… []

Sumber tulisan:
http://www.nu.or.id/post/read/64612/tips-menggapai-kecemerlangan-hidup.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.