Mata Rantai Kegairahan Akademik
Oleh Ngainun Naim
![]() |
Dr. Ali Munhanif |
Menulis
artikel di jurnal ilmiah menjadi aktivitas yang sangat penting dalam dunia
keilmuan. Bagi dosen di Indonesia, menulis artikel di jurnal ilmiah bahkan
menjadi penentu karir. Jika tidak mempublikasikan karya di jurnal, kecil
kemungkinannya bisa naik pangkat. Tetapi jika artikel demi artikel yang dibuat
bisa menembus jurnal ilmiah, besar kemungkinannya perjalanan karir akan lancar.
Jurnal
ilmiah sendiri memiliki kuaalitas yang berbeda. Di Indonesia ada jurnal ilmiah
yang tidak terakreditasi dan ada yang terakreditasi. Ada yang terakreditasi A
dan B. Tentang persoalan akreditasi, syarat-syarat, dan prosedurnya teman-teman
bisa mencari informasi di laman simlitabmas Kementerian Riset dan Teknologi (simlitabmas.ristekdikti.go.id).
Di
lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), ada jurnal yang
terakreditasi A sekaligus masuk kategori sebagai jurnal ilmiah internasional karena
terindeks Scopus, yaitu Jurnal Al-Jamiah dari UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Jurnal Studia Islamica dari UIN Syarif Hidayatullah, dan Journal
of Indonesian Islam dari UIN Sunan Ampel Surabaya. Seorang dosen yang baik
tentu akan berusaha keras untuk membaca, meneliti, dan kemudian mempublikasikan
artikel-artikelnya di jurnal ilmiah terakreditasi, termasuk di jurnal
internasional.
Hari Senin
tanggal 1 Agustus 2016 saya mendapatkan banyak sekali informasi terkait jurnal
internasional dari editor Jurnal Studia Islamica, Dr. Ali Munhanif, M.A.
Menurut doktor lulusan McGill University Kanada tersebut, seorang dosen
seyogyanya aktif melakukan kegiatan penelitian. Namun jangan berhenti sebatas
penelitian saja. Meneliti, menulis laporan penelitian, dan menerbitkannya dinilai
oleh Ali Munhanif sebagai satu mata rantai kegairahan akademik. Dengan
demikian penelitian tidak semata-mata berorientasi pragmatis-material semata.
![]() |
Jurnal Studia Islamica |
Memang
diakui oleh Ali Munhanif bahwanya realitas kehidupan akademik di Indonesia
masih belum ideal. Aspek akademik hanya dihitung dalam proses pengajaran yang banyak.
Aktivitas dosen lebih banyak berkaitan dengaan hal-hal teknis-administratif,
mulai mengajar, membimbing mahasiswa, menyiapkan perangkat-perangkat teknis,
dan sebagainya. Implikasinya, dosen kurang memiliki waktu untuk melaksanakan
penelitian. Bahkan untuk membuat proposal yang baik saja tidak banyak memiliki
waktu.
Namun
demikian bukan berarti dosen harus menyalahkan keadaan. Dibutuhkan kreativitas
dan kemampuan untuk membangun dan memanfaatkan kesempatan yang ada agar mata
rantai kegairahan akademik tetap hidup dalam diri seorang dosen. Sesungguhnya
sekarang ini mulai ada perubahan-perubahan yang cukup berarti ke arah itu,
seperti semakin banyaknya jurnal-jurnal bermutu dan terakreditasi yang bisa
menjadi media bagia dosen untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya.
Tentu, realitas semacam ini harus disyukuri.
Menulis
artikel ilmiah di jurnal sesungguhnya tidak semata-mata membuat artikel untuk
kepentingan praktis saja. Jurnal ilmiah memiliki banyak fungsi. Pertama, di
antaranya berfungsi mengarsipkan keilmuan yang kita tekuni dan teliti.
Melalui tulisan yang dimuat di jurnal, ada keinginan untuk terus-menerus
mengaktualkan diri dalam bidang yang kita tekuni.
Selain
berfungsi mengarsipkan, fungsi kedua artikel di jurnal adalah untuk registrasi
kegiatan kecendekiaan seseorang. Seseorang bisa disebut sebagai cendekiawan
jika berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah bergengsi.
Kecendekiawanan tidak hanya diukur dari aspek luasnya bacaan saja, tetapi yang
lebih utama adalah aktualisasinya dalam bentuk tulisan yang dimuat di jurnal. Ketiga,
sertifikasi hasil kegiatan kecendekiaan yang memenuhi persyaratan ilmiah
minimum. Dan keempat, diseminasi secara meluas karya kecendekiaan itu kepada
khalayak umum.
![]() |
Peserta mendengarkan paparan |
Ada
banyak wawasan yang diberikan oleh Dr. Ali Munhanif. Menurut dosen FISIP UIN
Jakarta tersebut, sebelum menulis artikel ilmiah, ada prasyarat mutlak yang
harus dipenuhi oleh seorang penulis, yaitu adanya hasil penelitian yang
memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1) Sudah dirancang dan dilakukan dengan
baik; (2) Dianalisis dengan baik dan benar; (3) Datanya telah disederhanakan
dalam bentul tabel atau grafik; (4) Sudah dikuasai dan dibahas; dan (5) Sudah
menghasilkan kesimpulan.
Sebelum
menulis artikel di sebuah jurnal, seorang penulis harus mengetahui dengan baik
gaya selingkung jurnal yang dituju. Cara mengetahuinya adalah dengan membaca
artikel di jurnal yang dimaksud. Sistem OJS (Open Journal System)
memungkinkan kita untuk membaca dan mengunduh artikel-artikel yang ada. Selain
itu yang lebih penting lagi adalah membaca panduan teknisnya. ”Baca dengan
cermat dan ikuti jika ingin artikel kita bisa dimuat”, tandas peneliti PPIM
Jakarta tersebut.
Tentang
isi artikel jurnal, Ali Munhanif memberikan ulasan yang sangat mendetail.
Tentang introduction misalnya, beliau menyebutkan bahwa introduction itu
mengandung pengantar kenapa melakukan penelitian, hipotesis dan tujuan
penelitian. Seorang penulis artikel jurnal harus memahami bahwa introduction
itu berbeda dengan tinjauan pustaka. Rujukan pada penelitian lain yang
berkaitan dengan hasil lebih baik ditunda dalam discussion. Secara
teknis, biasanya dibatasi maksimal 250. Dan pada sebagian besar jurnal internasional
berbahasa Inggris, bagian ini ditulis dalam present tense.
Selanjutnya dipaparkan tentang Material
and methods. Ada beberapa hal yang ditulis dalam slide Dr. Ali
Munhanif terkait aspek ini, yaitu: (1) Metode adalah kemampuan kita menjelaskan
pada orang bagaimana kita bisa sampai pada kseimpulan; (2) Kesahihan hasil yang
Anda peroleh ditentukan oleh materi dan pendekatan metode yang Anda gunakan;
(3) Jelaskan secara rinci materi dan metode yang digunakan; (4) Cukup rinci
sehingga orang lain hanya dengan membaca bisa mengulangi percobaan persis
seperti yang Anda lakukan; dan (5) Penggunaan prosedur yang sudah baku bisa
dirujuk saja.
Aspek
penting yang menurut saya penting untuk diketahui secara teknis adalah
berkaitan dengan pengiriman naskah. Seorang penulis yang mengirimkan naskah ke
sebuah jurnal bereputasi harus memperhatikan beberapa hal berikut, yaitu: (1) Pastikan
semua persyaratan teknis sudah dipenuhi; (2) Naskah yang diterima akan segera
mendapatkan jawaban tertulis dari redaksi; (3) Setelah direview, naskah akan
dikembalikan kepada penulis dengan perbaikan atau tidak; (4) Kalau dengan perbaikan,
perbaikilah naskah sesuai dengan saran secepat mungkin; (5) Perbaiki naskah
sesuai saran mitra bebestari; (6) Setelah diperbaiki, kirim kembali bersama
dengan naskah lama; (7) Kirimkan sesuai dengan eksemplar yang ditentukan; dan
(8) Pada saat revisi terakhir biasanya Anda juga diminta untuk mengirimkan
naskah elektronik.
Ciputat, 2 Agustus 2016
Tidak ada komentar: