Mata Rantai Kegairahan Akademik

Agustus 02, 2016


Oleh Ngainun Naim
Dr. Ali Munhanif

Menulis artikel di jurnal ilmiah menjadi aktivitas yang sangat penting dalam dunia keilmuan. Bagi dosen di Indonesia, menulis artikel di jurnal ilmiah bahkan menjadi penentu karir. Jika tidak mempublikasikan karya di jurnal, kecil kemungkinannya bisa naik pangkat. Tetapi jika artikel demi artikel yang dibuat bisa menembus jurnal ilmiah, besar kemungkinannya perjalanan karir akan lancar.
Jurnal ilmiah sendiri memiliki kuaalitas yang berbeda. Di Indonesia ada jurnal ilmiah yang tidak terakreditasi dan ada yang terakreditasi. Ada yang terakreditasi A dan B. Tentang persoalan akreditasi, syarat-syarat, dan prosedurnya teman-teman bisa mencari informasi di laman simlitabmas Kementerian Riset dan Teknologi (simlitabmas.ristekdikti.go.id).
Di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), ada jurnal yang terakreditasi A sekaligus masuk kategori sebagai jurnal ilmiah internasional karena terindeks Scopus, yaitu Jurnal Al-Jamiah dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurnal Studia Islamica dari UIN Syarif Hidayatullah, dan Journal of Indonesian Islam dari UIN Sunan Ampel Surabaya. Seorang dosen yang baik tentu akan berusaha keras untuk membaca, meneliti, dan kemudian mempublikasikan artikel-artikelnya di jurnal ilmiah terakreditasi, termasuk di jurnal internasional.
Hari Senin tanggal 1 Agustus 2016 saya mendapatkan banyak sekali informasi terkait jurnal internasional dari editor Jurnal Studia Islamica, Dr. Ali Munhanif, M.A. Menurut doktor lulusan McGill University Kanada tersebut, seorang dosen seyogyanya aktif melakukan kegiatan penelitian. Namun jangan berhenti sebatas penelitian saja. Meneliti, menulis laporan penelitian, dan menerbitkannya dinilai oleh Ali Munhanif sebagai satu mata rantai kegairahan akademik. Dengan demikian penelitian tidak semata-mata berorientasi pragmatis-material semata.
Jurnal Studia Islamica

Memang diakui oleh Ali Munhanif bahwanya realitas kehidupan akademik di Indonesia masih belum ideal. Aspek akademik hanya dihitung dalam proses pengajaran yang banyak. Aktivitas dosen lebih banyak berkaitan dengaan hal-hal teknis-administratif, mulai mengajar, membimbing mahasiswa, menyiapkan perangkat-perangkat teknis, dan sebagainya. Implikasinya, dosen kurang memiliki waktu untuk melaksanakan penelitian. Bahkan untuk membuat proposal yang baik saja tidak banyak memiliki waktu.
Namun demikian bukan berarti dosen harus menyalahkan keadaan. Dibutuhkan kreativitas dan kemampuan untuk membangun dan memanfaatkan kesempatan yang ada agar mata rantai kegairahan akademik tetap hidup dalam diri seorang dosen. Sesungguhnya sekarang ini mulai ada perubahan-perubahan yang cukup berarti ke arah itu, seperti semakin banyaknya jurnal-jurnal bermutu dan terakreditasi yang bisa menjadi media bagia dosen untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya. Tentu, realitas semacam ini harus disyukuri.
Menulis artikel ilmiah di jurnal sesungguhnya tidak semata-mata membuat artikel untuk kepentingan praktis saja. Jurnal ilmiah memiliki banyak fungsi. Pertama, di antaranya berfungsi mengarsipkan keilmuan yang kita tekuni dan teliti. Melalui tulisan yang dimuat di jurnal, ada keinginan untuk terus-menerus mengaktualkan diri dalam bidang yang kita tekuni.
Selain berfungsi mengarsipkan, fungsi kedua artikel di jurnal adalah untuk registrasi kegiatan kecendekiaan seseorang. Seseorang bisa disebut sebagai cendekiawan jika berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah bergengsi. Kecendekiawanan tidak hanya diukur dari aspek luasnya bacaan saja, tetapi yang lebih utama adalah aktualisasinya dalam bentuk tulisan yang dimuat di jurnal. Ketiga, sertifikasi hasil kegiatan kecendekiaan yang memenuhi persyaratan ilmiah minimum. Dan keempat, diseminasi secara meluas karya kecendekiaan itu kepada khalayak umum.
Peserta mendengarkan paparan

Ada banyak wawasan yang diberikan oleh Dr. Ali Munhanif. Menurut dosen FISIP UIN Jakarta tersebut, sebelum menulis artikel ilmiah, ada prasyarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang penulis, yaitu adanya hasil penelitian yang memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1) Sudah dirancang dan dilakukan dengan baik; (2) Dianalisis dengan baik dan benar; (3) Datanya telah disederhanakan dalam bentul tabel atau grafik; (4) Sudah dikuasai dan dibahas; dan (5) Sudah menghasilkan kesimpulan.
Sebelum menulis artikel di sebuah jurnal, seorang penulis harus mengetahui dengan baik gaya selingkung jurnal yang dituju. Cara mengetahuinya adalah dengan membaca artikel di jurnal yang dimaksud. Sistem OJS (Open Journal System) memungkinkan kita untuk membaca dan mengunduh artikel-artikel yang ada. Selain itu yang lebih penting lagi adalah membaca panduan teknisnya. ”Baca dengan cermat dan ikuti jika ingin artikel kita bisa dimuat”, tandas peneliti PPIM Jakarta tersebut.
Tentang isi artikel jurnal, Ali Munhanif memberikan ulasan yang sangat mendetail. Tentang introduction misalnya, beliau menyebutkan bahwa introduction itu mengandung pengantar kenapa melakukan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian. Seorang penulis artikel jurnal harus memahami bahwa introduction itu berbeda dengan tinjauan pustaka. Rujukan pada penelitian lain yang berkaitan dengan hasil lebih baik ditunda dalam discussion. Secara teknis, biasanya dibatasi maksimal 250. Dan pada sebagian besar jurnal internasional berbahasa Inggris, bagian ini ditulis dalam present tense.
Selanjutnya dipaparkan tentang Material and methods. Ada beberapa hal yang ditulis dalam slide Dr. Ali Munhanif terkait aspek ini, yaitu: (1) Metode adalah kemampuan kita menjelaskan pada orang bagaimana kita bisa sampai pada kseimpulan; (2) Kesahihan hasil yang Anda peroleh ditentukan oleh materi dan pendekatan metode yang Anda gunakan; (3) Jelaskan secara rinci materi dan metode yang digunakan; (4) Cukup rinci sehingga orang lain hanya dengan membaca bisa mengulangi percobaan persis seperti yang Anda lakukan; dan (5) Penggunaan prosedur yang sudah baku bisa dirujuk saja.
Aspek penting yang menurut saya penting untuk diketahui secara teknis adalah berkaitan dengan pengiriman naskah. Seorang penulis yang mengirimkan naskah ke sebuah jurnal bereputasi harus memperhatikan beberapa hal berikut, yaitu: (1) Pastikan semua persyaratan teknis sudah dipenuhi; (2) Naskah yang diterima akan segera mendapatkan jawaban tertulis dari redaksi; (3) Setelah direview, naskah akan dikembalikan kepada penulis dengan perbaikan atau tidak; (4) Kalau dengan perbaikan, perbaikilah naskah sesuai dengan saran secepat mungkin; (5) Perbaiki naskah sesuai saran mitra bebestari; (6) Setelah diperbaiki, kirim kembali bersama dengan naskah lama; (7) Kirimkan sesuai dengan eksemplar yang ditentukan; dan (8) Pada saat revisi terakhir biasanya Anda juga diminta untuk mengirimkan naskah elektronik.

Ciputat, 2 Agustus 2016­

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.