Sugeng Rawuh, Pak Guru
Oleh Ngainun
Naim
Hujan deras
mengguyur bumi Trenggalek pasca subuh pada hari Minggu 4 September 2016.
Mendung berwarna putih membuat hujan cukup awet. Rencana hadir di acara bedah buku
karya Pak Guru J. Sumardianta yang digelar oleh Quantum Litera Center (QLC
Trenggalek) harus tertunda karena hujan belum juga reda.
Hujan mulai reda
menjelang jam 09.00. Saya pun bersiap meluncur ke Balai Benih Ikan Trenggalek
yang menjadi tempat berlangsungnya acara. Saya berjalan agak cepat karena yakin
acara sudah dimulai. Sesampai di lokasi, tempat parkir penuh sesak oleh
kendaraan. Dari tempat saya meletakkan sepeda motor saya mendengarkan suara
orang presentasi. Tampaknya acara baru saja berlangsung.
Saya segera menuju
tempat pendaftaran. Di situ ada sastrawan Trenggalek St. Sri Emyani dan Bu Anny
Qinana, pegiat literasi Trenggalek. Terlihat juga beberapa aktivis Quantum
Litera Center Trenggalek. Setelah berbasa-basi dengan mereka, saya bergegas masuk
ruangan yang sudah penuh sesak oleh peserta.
![]() |
Kiri ke kanan: Saya, Yudi, Priyo Suroso, Nurani Soyomukti, J. Sumardianta, dan peserta sarasehan |
Secara keseluruhan
saya sangat menikmati acara. Paparan Saiful Mustofa, Nurani Soyomukti, dan Pak
Guru J. Sumardianta sungguh mencerahkan. Aspek-aspek penting yang mereka
sampaikan saya catat. Bagi saya, ini adalah cara mendapatkan ilmu yang baik. Caranya
adalah dengan menuliskan hal-hal penting. Jika waktu memungkinkan, saya bisa
mengembangkannya sebagai catatan ringan di blog dan facebook.
Acara berlangsung
dengan produktif. Rencana penyelesaian acara mundur hingga hampir satu jam. Ini
terjadi karena peserta sangat antusias. Pertanyaan demi pertanyaan terus
mengalir deras. Priyo Suroso, moderator yang juga Kepala Sekolah SMPN 2
Bendungan, mengendalikan acara dengan sangat baik.
Usai penutupan, saya
segera maju ke depan menemui Pak J. Sumardianta sekadar untuk menyapa. Saya pernah
bertemu beliau. Juga aktif berinteraksi di jejaring sosial. Beberapa saat
kemudian kami foto bersama. Setelah itu Pak J. Sumardianta dikerumuni peserta
yang meminta tanda tangan.
Cukup lama saya
menunggu, tetapi belum ada tanda-tanda usai. Saya memutuskan pulang duluan untuk
shalat dhuhur. Saat sedang santai dengan anak, tiba-tiba ada telepon masuk.
Ternyata Pak J. Sumardianta sudah di teras rumah.
Saya sungguh
tersanjung. Sungguh merupakan sebuah kehormatan bagi saya karena penulis besar
seperti beliau berkenan singgah. Terima kasih banyak Pak. Mohon maaf tidak bisa
memberikan penghormatan yang layak. Salam literasi.
Trenggalek—Tulungagung,
4-5 September 2016
Tidak ada komentar: