Belajar Kearifan dari Orang Besar
Oleh Ngainun Naim
![]() |
Bersama Prof. Dr. Alaiddin Koto, M.A |
Orangnya sederhana, santun dan sangat menghargai sesama. Hal itu sudah saya rasakan sejak saya diajak Dr. M. Rizal Akbar sowan ke rumah beliau di Pekanbaru. Beliau menyambut kami yang menjemput beliau untuk acara bedah buku di IAI Tafaqquh Fiddin Dumai.
Entah mengapa saya langsung merasa akrab dan nyambung
dengan beliau. Guru besar UIN Susqa Pekanbaru banyak memberikan ilmu dan
inspirasinya. Beruntung saya bisa satu mobil dengan beliau selama
kurang lebih lima jam perjalanan dari Pekanbaru menuju Dumai. Beliau
adalah Prof. Dr. Alaiddin Koto, M.A.
Ada beberapa hal yang saya catat dari perbincangan dengan
beliau. Pertama, pentingnya komitmen mengajar. Komitmen ini menandai
keseriusan kita sebagai seorang pengajar. Beliau bercerita panjang lebar
tentang ketekunan Prof. Dr. Harun Nasution dalam mengajar. "Beliau
tekun sekali mengajar. Sangat tekun", papar Prof. Alaiddin. Nyaris
seluruh jadwal mengajar beliau penuhi. Jika bukan dipanggil presiden,
beliau hampir pasti selalu mengajar.
Kedua, pentingnya kesantunan. Sekarang ini kesantunan
nyaris hilang dari kehidupan. Justru karena itulah diperlukan usaha
secara terus-menerus untuk menghadirkan keteladan dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu caranya adalah dengan menghadirkan kisah
keteladanan dari para tokoh.
Orang disebut tokoh karena memiliki banyak nilai lebih
dibandingkan dengan manusia pada umumnya. Nilai lebih mereka selayaknya
dijadikan sebagai teladan bagi kita agar kebajikan semakin tersebar
secara luas.
Prof. Alaiddin menceritakan kepada kami tentang gurunya
yang sangat santun, yaitu Prof. Dr. Nurcholish Madjid. Menurut Prof.
Alaiddin, Cak Nur sungguh sangat santun. Bicaranya pelan, lembut dan
sangat menghargai orang lain. Sungguh pada diri beliau terdapat teladan
kesantunan yang luar biasa.
Sebagai murid, Prof. Alaiddin banyak bercerita tentang Cak
Nur. Salah satu cerita yang membekas adalah tentang kebiasaan Cak Nur
berzikir setiap ada kesempatan.
Ketiga, pentingnya pemikiran. Kata Prof. Alaiddin,
sesederhana apapun pemikiran, ia aset buat generasi kita. Karena itu,
pemikiran yang ditulis dan diterbitkan sangat penting artinya.
Keempat, mempersempit pikiran gampang sekali tetapi memperluas cara berpikir itu sangat sulit.
Dumai, Riau, 15 Nopember 2016
Tidak ada komentar: