Semangat Literasi Guru Biasa
Oleh
Ngainun Naim
Saya
menerima buku bagus karya Bu Nunung N. Ummah langsung dari beliau. Bu Nunung
adalah seorang guru di Bekasi. Kebetulan saya dan beliau tergabung dalam
komunitas Sahabat Pena Nusantara (SPN) yang kini bertransformasi menjadi
Sahabat Pena Kita (SPK).
Judul
buku karya Bu Nunung cukup unik, Saya Guru Biasa. Judul ini tampaknya
kurang lazim di perbukuan di Indonesia. Biasanya judul buku cukup mentereng dan
menantang. Misalnya, Guru Penuh Prestasi, Guru Luar Biasa, dan
sejenisnya. Sementara buku karya Bu Nunung justru mencerminkan kerendahhatian.
Justru
karena itulah buku ini menurut saya menjadi menarik. Saya menemukan energi
pemantik pada spirit inspiratif yang ditulis oleh Bu Nunung. Menurut Bu Nunung,
untuk mengajar sebaik-baiknya tidak perlu menunggu menjadi guru istimewa.
Lakukan sekarang semampunya. Namun jangan berhenti belajar.
“Guru
wajib update ilmu dan pengetahuan. It’s a must!” (h. 7), tulis Bu Nunung. Bu Nunung
mengajak guru untuk juga rajin membaca. Membaca yang membuat guru selalu mampu
mengikuti dinamika perkembangan yang ada. Kemajuan teknologi dan informasi menyetir
kehidupan ke arah kehidupan yang penuh ‘kejutan’. Justru tugas kita adalah
menyiapkan siswa-siswa.
Bu
Nunung mengajak para pembaca bukunya untuk terus menjadi pribadi yang terus
tumbuh. Salah satu ciri pribadi yang terus tumbuh adalah kesadaran dan kemauan
untuk terus belajar.
Ada
banyak cara untuk belajar. Salah satunya adalah dengan rajin membaca. Seorang
guru akan memiliki wawasan luas jika rajin melakukan telaah pustaka. Bab satu
buku ini secara jelas menunjukkan tentang pentingnya membaca.
Membaca
juga berpeluang besar untuk menjadikan orang menjadi kreatif. Gagasan
pengetahuan di pikiran adalah energi pemantik untuk menjadi orang kreatif.
Secara menarik Nunung mengutip kata mutiara dari Kevin Ngo. “If you don’t make
the time to work on creating the life you want, you’re eventually going to the
forced to spend a lot of time dealing with a life you don’t want” (h. 15).
Buku
ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama bertajuk, “Aku Harus Yakinkan
Kakiku Tetap Menapak di Surga”. Bagian pertama ini terdiri dari 10 tulisan. Sementara
bagian dua bertajuk, “Di Telapak Kaki Saya Ada Surga”. Sama seperti bagian sebelumnya,
bagian ini juga terdiri dari 10 tulisan.
Saya
membaca secara cermat bagian demi bagian, catatan demi catatan. Sungguh, saya
menemukan mutiara pengetahuan dan kesadaran dari hal-hal sederhana di sekitar. Suatu
hal yang acapkali kurang diperhatikan menjadi penting di tangan Bu Nunung.
Misalnya pada tulisan dengan judul “Membiasakan Bersih dari Air Kencing”.
Spirit
buku ini tampaknya diwakili oleh tulisan ketujuh yang berjudul “Berkarya Lewat
Tulisan”. Judul ini sungguh menarik dan buku ini adalah buktinya. Selamat Bu
Nunung. Semoga segera terbit buku-buku berikutnya.
Tulungagung,
19 Juni 2018
'Saya Guru Biasa'
BalasHapusJudul buku yang akan meningkatkan rasa penasaran para calon pembaca untuk segera membaca isinya.
Keren judulnya. Hehehe
Ya mas. Terima kasih berkenan singgah.
Hapus