Semangat Literasi Guru Biasa

Juni 19, 2018

Oleh Ngainun Naim


Saya menerima buku bagus karya Bu Nunung N. Ummah langsung dari beliau. Bu Nunung adalah seorang guru di Bekasi. Kebetulan saya dan beliau tergabung dalam komunitas Sahabat Pena Nusantara (SPN) yang kini bertransformasi menjadi Sahabat Pena Kita (SPK).
Judul buku karya Bu Nunung cukup unik, Saya Guru Biasa. Judul ini tampaknya kurang lazim di perbukuan di Indonesia. Biasanya judul buku cukup mentereng dan menantang. Misalnya, Guru Penuh Prestasi, Guru Luar Biasa, dan sejenisnya. Sementara buku karya Bu Nunung justru mencerminkan kerendahhatian.
Justru karena itulah buku ini menurut saya menjadi menarik. Saya menemukan energi pemantik pada spirit inspiratif yang ditulis oleh Bu Nunung. Menurut Bu Nunung, untuk mengajar sebaik-baiknya tidak perlu menunggu menjadi guru istimewa. Lakukan sekarang semampunya. Namun jangan berhenti belajar.
“Guru wajib update ilmu dan pengetahuan. It’s a  must!” (h. 7), tulis Bu Nunung. Bu Nunung mengajak guru untuk juga rajin membaca. Membaca yang membuat guru selalu mampu mengikuti dinamika perkembangan yang ada. Kemajuan teknologi dan informasi menyetir kehidupan ke arah kehidupan yang penuh ‘kejutan’. Justru tugas kita adalah menyiapkan siswa-siswa.
Bu Nunung mengajak para pembaca bukunya untuk terus menjadi pribadi yang terus tumbuh. Salah satu ciri pribadi yang terus tumbuh adalah kesadaran dan kemauan untuk terus belajar.
Ada banyak cara untuk belajar. Salah satunya adalah dengan rajin membaca. Seorang guru akan memiliki wawasan luas jika rajin melakukan telaah pustaka. Bab satu buku ini secara jelas menunjukkan tentang pentingnya membaca.
Membaca juga berpeluang besar untuk menjadikan orang menjadi kreatif. Gagasan pengetahuan di pikiran adalah energi pemantik untuk menjadi orang kreatif. Secara menarik Nunung mengutip kata mutiara dari Kevin Ngo. “If you don’t make the time to work on creating the life you want, you’re eventually going to the forced to spend a lot of time dealing with a life you don’t want” (h. 15).
Buku ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama bertajuk, “Aku Harus Yakinkan Kakiku Tetap Menapak di Surga”. Bagian pertama ini terdiri dari 10 tulisan. Sementara bagian dua bertajuk, “Di Telapak Kaki Saya Ada Surga”. Sama seperti bagian sebelumnya, bagian ini juga terdiri dari 10 tulisan.
Saya membaca secara cermat bagian demi bagian, catatan demi catatan. Sungguh, saya menemukan mutiara pengetahuan dan kesadaran dari hal-hal sederhana di sekitar. Suatu hal yang acapkali kurang diperhatikan menjadi penting di tangan Bu Nunung. Misalnya pada tulisan dengan judul “Membiasakan Bersih dari Air Kencing”.
Spirit buku ini tampaknya diwakili oleh tulisan ketujuh yang berjudul “Berkarya Lewat Tulisan”. Judul ini sungguh menarik dan buku ini adalah buktinya. Selamat Bu Nunung. Semoga segera terbit buku-buku berikutnya.

Tulungagung, 19 Juni 2018

2 komentar:

  1. 'Saya Guru Biasa'
    Judul buku yang akan meningkatkan rasa penasaran para calon pembaca untuk segera membaca isinya.
    Keren judulnya. Hehehe

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.