Guru dan Jurnal
Oleh
Ngainun Naim
Budaya
menulis di kalangan guru-guru kita tampaknya semakin menggeliat. Guru yang mau
dan mampu menulis—buku, artikel, dan jenis tulisan lainnya—semakin hari semakin
banyak saja. Hal ini bisa kita cermati dari status, catatan atau promosi karya
mereka di berbagai tempat atau di berbagai jejaring sosial.
Tentu
saja ini merupakan fenomena menggembirakan yang harus diapresiasi. Meskipun
tentu belum ideal sebagaimana harapan, tetapi munculnya karya-karya pendidik
ini adalah aset yang harus terus dipupuk dan dikembangkan. Semakin banyak guru
yang menulis maka semakin bagus bagi kemajuan dunia pendidikan Indonesia.
Guru
yang memiliki budaya literasi secara personal akan terus meningkat kualitas
dirinya. Guru semacam ini pasti semakin rajin membaca dan menulis. Dan itu
secara otomatis akan membuat kualitas dirinya terus tumbuh dan berkembang.
Lebih lanjut, ia akan mempengaruhi—langsung atau tidak langsung—terhadap para
siswanya.
Secara
personal saya sangat senang jika ada guru atau sekolah yang bergiat membangun
budaya literasi. Bagi saya, mendukung tumbuhnya budaya literasi adalah kerja
untuk keabadian. Ucapan cepat hilang tetapi tulisan akan abadi.
Hari
Selasa 3 Juli 2018, Lembaga Riset MAN 1 Tulungagung melaunching Jurnal
Sosiosains Riset. Bagi saya, ini fenomena yang sangat menggembirakan. Ada
gairah, asa dan harapan terkait dunia literasi guru. Saat diskusi bersama para
pengelola dan guru-guru peserta seminar saya sampaikan bahwa menerbitkan jurnal
itu tidak gampang, tetapi mempertahankan sebuah jurnal agar terbit secara
konsisten dan bermutu itu lebih tidak mudah. Salam.
Tulungagung, 3-7-2018
Tulungagung, 3-7-2018
Tidak ada komentar: