Guru dan Jurnal

Juli 19, 2018

Oleh Ngainun Naim

Budaya menulis di kalangan guru-guru kita tampaknya semakin menggeliat. Guru yang mau dan mampu menulis—buku, artikel, dan jenis tulisan lainnya—semakin hari semakin banyak saja. Hal ini bisa kita cermati dari status, catatan atau promosi karya mereka di berbagai tempat atau di berbagai jejaring sosial.
Tentu saja ini merupakan fenomena menggembirakan yang harus diapresiasi. Meskipun tentu belum ideal sebagaimana harapan, tetapi munculnya karya-karya pendidik ini adalah aset yang harus terus dipupuk dan dikembangkan. Semakin banyak guru yang menulis maka semakin bagus bagi kemajuan dunia pendidikan Indonesia.
Guru yang memiliki budaya literasi secara personal akan terus meningkat kualitas dirinya. Guru semacam ini pasti semakin rajin membaca dan menulis. Dan itu secara otomatis akan membuat kualitas dirinya terus tumbuh dan berkembang. Lebih lanjut, ia akan mempengaruhi—langsung atau tidak langsung—terhadap para siswanya.
Secara personal saya sangat senang jika ada guru atau sekolah yang bergiat membangun budaya literasi. Bagi saya, mendukung tumbuhnya budaya literasi adalah kerja untuk keabadian. Ucapan cepat hilang tetapi tulisan akan abadi.
Hari Selasa 3 Juli 2018, Lembaga Riset MAN 1 Tulungagung melaunching Jurnal Sosiosains Riset. Bagi saya, ini fenomena yang sangat menggembirakan. Ada gairah, asa dan harapan terkait dunia literasi guru. Saat diskusi bersama para pengelola dan guru-guru peserta seminar saya sampaikan bahwa menerbitkan jurnal itu tidak gampang, tetapi mempertahankan sebuah jurnal agar terbit secara konsisten dan bermutu itu lebih tidak mudah. Salam.

Tulungagung, 3-7-2018

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.