Bersikap Bijak di Era Disrupsi
Ngainun Naim
Hari kamis tanggal 10
Januari 2019 merupakan hari yang sungguh bersejarah bagi IAIN Tulungagung. Pada
hari ini ada acara pembinaan ASN IAIN Tulungagung dan Kementerian Agama Tulungagung
oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Phil. H. Muhammad
Nurkholis Setiawan, M.A. Tidak kurang dari 700 peserta memenuhi ruangan lantai
6 Gedung Arif Mustaqim IAIN Tulungagung.
Pada awal sambutannya
Prof. Nurkholis menyatakan bahwa tema peringan Hari Amal Bhakti Kementerian
Agama RI ke-73 tahun 2019 adalah “Jaga Kebersamaan Umat”. Tema ini, menurut
Prof. Nurkholis penting artinya dalam konteks kehidupan sekarang ini. tahun
2019 adalah tahun politik. Eskalasi politik mulai terasa menjelang hajat besar
demokrasi pada bulan April 2019 mendatang. Namun ada aspek lain yang juga
menjadi tantangan bersama, yakni eskalasi paham keagamaan yang semakin
menunjukkan gejala ekstrem. Berhadapan dengan realitas yang semacam ini maka
kata kuncinya adalah: moderasi dalam beragama.
Prof. Nurkholis
kemudian membawa pembahasannya dengan tema disrupsi. Era sekarang ini ditandai
dengan perkembangan teknologi dan revolusi kehidupan yang sangat luar biasa. Manusia
kemudian menjadi terganting kepada gawai. “Orang sekarang bisa tahan tidak
bertemu pasangannya dalam seminggu, tetapi menjadi senewen ketika ketinggalan
HP sesaat saja”, papar Prof. Nurkholis.
Karena itulah Prof.
Nurkholis mengajak semua untuk memahami perkembangan yang ada. Bagi Sekjen
Kemenag, tidak ada peradaban yang regress. Peradaban itu selalu mengalami
progress. Karena itu, harus siap menghadapinya.
Dalam kerangka
mempersiapkan diri menghadapi era disrupsi ini, Prof. Nurkholis menggali
filosofi yang diambil dari nadham Alfiyah Ibn Malik. Filosofi itu
direkonstruksi dari lima pilar isim.
Ada lima pilar isim
yang bisa direkonstruksi sebagai modal untuk menghadapi era disrupsi. Pertama,
jer. Salah satu tandanya adalah kasrah. Kasrah itu, tegas Nurkholis,
bermakna tawadhu’. Dalam konteks kehidupan sekarang, sikap tawadhu’ memberikan
pijakan kearifan dalam kehidupan. Tawadhu’ menjadikan orang arif, tidak
sombong, dan siap menghadapi persoalan apa pun sebaik-baiknya.
Kedua, tanwin.
Tanwin bisa dimaknai sebagai sinergi. Pekerjaan yang dilakukan sendirian dengan
melibatkan banyak pihak tentu berbeda. Sinergi dengan semua pihak dalam satuan kerja
memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih maksimal.
Ketiga, an
Nida', dimaknai sebagai responsif. Responsif itu maknanya cepat tanggap
terhadap tantangan dan persoalan yang ada. Jika responsif maka tidak akan
persoalan yang berlarur-larut.
Berkaitan dengan
an-Nida’ ini, Prof. Nurkholis menyebutkan tiga hal yang disampaikan oleh
Menteri Agama RI, yaitu: (a) menemukenali masalah yang ada di lingkungan; (b)
menemukan solusi; dan (c) hadir sebagai pemimpin yang mencerahkan.
Keempat, Al,
bermakna makrifat. Dalam konteks ini, Prof. Nurkholis menjelaskan makna
makrifat sebagai mencerahkan lingkungan sekitar. Pencerahan ini bermakna adanya
proses belajar dan perbaikan secara terus-menerus. Dengan demikian bisa
memperbaiki kehidupan sosial.
Dan kelima adalah
musnad, maknanya mudhaf mudhaf ilah, yaitu mampu menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari lembaga besar, yaitu Kementerian Agama RI. Dalam konteks
musnad berarti seorang ASN harus mampu menempatkan diri sebagai Fail Dhohir yang
Tusinya jelas. Namun demikian penting juga dipertimbangkan Fail Mustatir, yaitu
aktor yang invisibel. Substansinya adalah memberikan kontribusi positif dalam
perubahan.
Dalam kerangka
melakukan itu semua memang tidak mudah. “Menjadi komentator itu lebih mudah
daripada menjadi aktor”, papar Prof. Nurkholis. Karena itulah, beliau
mengelaborasi pentingnya pemimpin dan seluruh ASN terlibat dalam kinerja, bukan
hanya pandai berkomentar tetapi minim kerja.
Sebagai penutup beliau
menjelaskan tentang substansi kerukunan. Pertama, kerukunan itu ibarat
rumah tangga. Indah terlihat di luar, namun sesungguhnya di dalamnya terdapat
dinamika yang tidak terlihat. Kedua, kerukunan akan tercipta jika kita
mau mengorbankan banyak hal. Dan ketiga, kerukunan akan tercipta
manakala kita meniatkan semuanya itu sebagai ibadah.
Usai memberikan
pembinaan, Sekjen Kemenag melepaskan secara simbolis mahasiswa IAIN Tulungagung
yang akan KKN di tahun 2019. Tercatat ada sekitar 2000 mahasiswa IAIN
Tulungagung yang akan KKN di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Blitar dan
Tulungagung.
Semacam dapat kuliah gratis. Mantap pak!
BalasHapusReview Buku Eka Kurniawan: Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas #YangMahaSalah
Terima kasih berkenan membaca catatan sederhana ini.
Hapus