Dua Buku Bermutu
Ngainun Naim
Sebuah telepon dari
resepsionis IAIN Tulungagung mengabarkan adanya paket. “Seperti biasa, Pak.
Kayaknya buku”, kata resepsionis di ujung telepon. Tidak seberapa lama paket
segera saya ambil. Benar, dua buah buku.
Buku pertama adalah
karya Adrinal Tanjung. Buku ini covernya sangat menarik dan judulnya pun sangat
keren, Birokrat Menulis 2, Merangkai Kata dengan Cinta. Penerbitnya adalah
Meilfa Media Publishing edisi Desember 2018. Kebetulan saya memberikan kata
pengantar di buku ini. Saya memberi judul untuk kata pengantar, “Menulis untuk
Kebahagiaan”.
Sebelum buku ini
terbit, saya sudah membaca dummy-nya secara tuntas. Pembacaan harus saya
lakukan karena kebetulan saya diminta oleh Pak Adrinal Tanjung untuk memberikan
kata pengantar. Dengan cara demikian saya berusaha menangkap apa saja isi,
spirit, dan muatan dalam buku ini.
Bagi saya, Pak Adrinal
Tanjung adalah role model dalam menulis. Sebagai birokrat, menulis itu
sebuah kelebihan. Lewat buku-buku yang ditulisnya, beliau menunjukkan sesuatu
yang berbeda. Jejak langkah seorang Adrinal Tanjung semestinya menjadi teladan
bagi kita semua. Jika seorang birokrat yang sedemikian sibuk saja masih bisa
menyempatkan menulis, mengapa yang lain tidak?
Menulis sesungguhnya
berkaitan dengan komitmen. Jika memang seseorang memiliki komitmen yang sangat
kuat, hambatan bukan sebuah persoalan. Justru hambatan dijadikan sebagai
tantangan. Persoalan waktu yang sedikit, misalnya, akan dijawab dengan
memanfaatkannya seefektif mungkin untuk menulis.
Banyak orang berpikir
untuk serius menulis saat waktu senggang atau waktu kosong. Tentu, pemikiran
semacam ini penting untuk diapresiasi. Persoalannya, apakah saat senggang bisa
menghasilkan tulisan? Tidak selalu begitu. Bahkan banyak yang justru tidak
berhasil menghasilkan tulisan karena saat senggang digunakan untuk aktivitas
yang lainnya. Pada Pak Adrinal Tanjung, saya belajar banyak tentang bagaimana
terus merawat spirit menulis di tengah berbagai hambatan dan tantangan yang
ada.
Buku kedua yang saya
terima karya Purwantiningsih. Judulnya juga sangat menarik, Ubah Masalah
Menjadi Berkah. Buku ini diterbitkan oleh Tinta Medina Solo edisi November
2018. Hampir sama dengan buku Pak Adrinal Tanjung, buku karya Purwantiningsih
ini benar-benar masih baru. Beruntung sekali saya mendapatkan buku ini secara
gratis.
Secara personal saya
belum pernah bertemu sekalipun dengan Purwantiningsih. Tetapi saya pernah
memberikan kata pengantar untuk sebuah buku yang ditulisnya. Purwantiningsih adalah
seorang guru di Bantul Yogyakarta. Sebagai guru, saya mengapresiasi
kreativitasnya dalam menulis. Menulis penting artinya bagi pengembangan
profesinya sebagai guru. Juga bermanfaat dalam memberikan pencerahan kepada
masyarakat secara luas. Karena itu dengan senang hati saya menyanggupi ketika
beliau meminta saya memberikan kata pengantar untuk bukunya.
Sungguh sebuah
kebahagiaan yang tidak terkira karena minggu ini saya mendapatkan dua buah buku
bermutu. Buku karya Bapak Adrinal Tanjung dan Purwantiningsih. Jika buku Pak
Adrinal Tanjung sudah tuntas saya baca, buku Purwantiningsih masih harus menunggu
giliran untuk saya tuntaskan.
Tidak ada komentar: