Mempersiapkan Diri Menghadapi Kompetisi Global

Mei 06, 2019

Ngainun Naim


Gedung Lantai 5 Pascasarjana IAIN Tulungagung penuh sesak oleh mahasiswa dan dosen. Jumat siang (26 April 2019) Pascasarjana IAIN Tulungagung menyelenggarakan Studium Generale. Pembicara tunggal untuk acara ini adalah Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama, Prof. Dr. M. Arskal Salim GP, M.Ag.
Antusiasme sivitas akademika IAIN Tulungagung ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Kehadiran mereka adalah bentuk keingintahuan dan harapan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Spirit untuk hadir di acara-acara ilmiah semacam ini akan memiliki implikasi positif dalam pengembangan keilmuan. Mungkin memang tidak bisa dilihat hasilnya dalam jangka pendek. Capaian-capaian akademis sesungguhnya merupakan bagian dari budaya yang dibangun dalam jangka yang tidak pendek.
Banyaknya peserta yang hadir juga mendapatkan apresiasi dari Prof. Dr. M. Arskal Salim GP. “Peserta hari ini sungguh luar biasa. Gedung yang seluas ini penuh oleh peserta. Saya kira IAIN Tulungagung memang layak untuk bertransformasi menjadi UIN”, tegas Prof. Arskal yang diikuti jawaban “Amin” dari seluruh peserta.

Selanjutnya Prof. Arskal menjelaskan tentang realitas zaman sekarang yang sedang mengalami perubahan dengan sedemikian dahsyat. Teknologi telah hadir dan menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupan, termasuk kehidupan kampus. “Karena itu seharusnya kampus memanfaatkan internet sebagai sumber pembelajaran”, tegas Mantan Ketua LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
Prof. Arskal kemudian bercerita tentang riwayat pendidikannya. Kisah yang beliau sampaikan menjadi titik pijak untuk menuju kepada topik utama acara. Pendidikan dasar beliau habiskan di Sulawesi Selatan, lalu menyelesaikan SMP-SMA di sebuah pesantren besar di Jakarta, lalu S-1 dan S-2 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suatu ketika beliau mendapatkan kesempatan studi selama dua semester di Kanada. Kesempatan ini menjadi titik pijak perjalanan akademik beliau dari satu negara ke negara lainnya. Beliau mendapatkan beasiswa menempuh studi S-3 di Melbourne University yang beliau tempuh sejak 2002-2006. Disertasi beliau yang diolah menjadi buku kemudian terbit di Hawai University Press pada tahun 2008.
Selanjutnya beliau mendapatkan kesempatan menjadi visiting scholar dari sebuah universitas di Jerman. Kesempatan ini mengantarkan beliau untuk melakukan penelitian etnografi secara serius di Aceh Pasca Tsunami. Kesempatan berikutnya beliau pernah menjadi pengajar di Inggris lalu Australia hingga beliau pulange ke Indonesia tahun 2015.  “Kita semua memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing. Karena mari persiapkan diri sebaik-baiknya agar kita bisa memenangkan persaingan”, tegas Guru Besar Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
Lebih lanjut beliau memberikan modal yang harus dipersiapkan agar bisa bersaing dalam kompetisi, termasuk bagi yang akan melanjutkan studi ke luar negeri. Modal pertama yang harus dipersiapkan adalah a need for achievement. Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi besar untuk berprestasi dalam kehidupannya. Namun demikian, hanya sebagian kecil saja yang mampu mengenali potensi dirinya, menggalinya, dan memberdayakannya secara maksimal. Kelompok yang sedikit inilah yang pada akhirnya sukses. Sementara mereka yang lain tidak pernah mencapai keberhasilan. Nah, spirit untuk berprestasi harus ditanamkan kuat-kuat jika ingin sukses dalam kehidupan ini.
Kedua, nurturing. Fisik manusia membutuhkan gizi yang cukup agar sehat. Otak manusia demikian juga adanya. Sayangnya, gizi untuk otak ini tidak selalu diberikan suplemen yang memadai. Jika ingin sukses, gizi untuk otak harus dirawat secara baik. “Investasikan waktu Anda untuk belajar, termasuk belajar bahasa asing. Juga investasikan dana untuk berbagai persiapan dalam memenangkan persaingan. Anda tidak akan rugi. Ketika berhasil, investasi Anda akan mendapatkan perolehan yang berlipat-lipat”, jelas Prof. Arskal.
Ketiga, networking. Jaringan itu penting artinya. Jaringan memungkinkan seseorang keluar dari tempurung lokalitasnya. Memiliki jaringan dan mendayagunakannya merupakan kunci sukses di era yang penuh dengan persaingan sekarang ini.

Critical Thinking
Pada sesi selanjutnya Prof. Arskal Salim GP menjelaskan tentang critical Thinking. Beliau tidak langsung menjelaskan secara teoretis, tetapi lagi-lagi mengawalinya dari kisah. Saat studi S-3 di Australia, ada tiga jenis tugas yang sangat membantu dalam mengembangkan critical thinking.
Tugas pertama adalah mencari buku yang paling relevan dengan penelitian kita. Tugasnya adalah membaca secara detail dan membuat review atas buku tersebut. Sebuah buku dibuat review-nya sekitar lima halaman.

Tugas kedua hampir sama dengan tugas pertama, namun memiliki level kesulitan lebih tinggi. Mahasiswa ditugaskan untuk mencari satu lagi buku sejenis dengan buku pertama yang sudah direview. Kedua buku ini kemudian direview secara komparatif, mulai dari siapa penulisnya, latar belakangnya, pendekatan yang digunakan, metodologi yang diaplikasikan, dan sebagainya.
Tugas ketiga lebih berat lagi, yakni mencari literatur 7-10. Literatur yang telah ditemukan diinvestigasi, diklasifikasi, dan dilakukan kritik. Tentu saja, tugas ketiga ini jauh lebih berat dibandingkan dengan dua tugas sebelumnya. Mahasiswa yang sukses mengerjakan tugas pertama dan kedua memiliki peluang untuk  sukses mengerjakan tugas jeniss ketiga ini.
Tiga tugas yang diberikan kepada mahasiswa tersebut pada dasarnya adalah upaya untuk melatih mahasiswa memiliki critical thinking. Mahasiswa dilatih untuk membaca yang tidak sekadar membaca, tetapi membaca yang diiringi dengan sikap kritis. Model ini jika dilakukan secara kritis akan mengantarkan mahasiswa memiliki keterampilan critical thinking.
Critical thinking adalah pemikiran untuk tidak menerima begitu saja informasi yang ada. Mereka yang telah memiliki critical thinking akan selalu bertanya dan bertanya. Sikap semacam ini penting agar tidak mudah tertipu oleh informasi yang ada. Munculnya hoax sesungguhnya karena kita tidak menerapkan critical thinking. Oleh karena itu, Prof. Arskal mengajak kita semua untuk bergerak dinamis, cepat, namun kritis.
“Bukan yang cepat saja, tetapi juga bagaimana mengolah informasi yang cepat itu sebagai sesuatu yang positif”, papar Prof. Arskal.

Tulungagung, 28 April 2019

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.