Mempersiapkan Diri Menghadapi Kompetisi Global
Ngainun Naim
Gedung Lantai 5 Pascasarjana IAIN Tulungagung
penuh sesak oleh mahasiswa dan dosen. Jumat siang (26 April 2019) Pascasarjana
IAIN Tulungagung menyelenggarakan Studium Generale. Pembicara tunggal untuk
acara ini adalah Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama, Prof. Dr.
M. Arskal Salim GP, M.Ag.
Antusiasme sivitas akademika IAIN Tulungagung
ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Kehadiran mereka adalah bentuk
keingintahuan dan harapan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Spirit untuk
hadir di acara-acara ilmiah semacam ini akan memiliki implikasi positif dalam
pengembangan keilmuan. Mungkin memang tidak bisa dilihat hasilnya dalam jangka
pendek. Capaian-capaian akademis sesungguhnya merupakan bagian dari budaya yang
dibangun dalam jangka yang tidak pendek.
Banyaknya peserta yang hadir juga mendapatkan
apresiasi dari Prof. Dr. M. Arskal Salim GP. “Peserta hari ini sungguh luar
biasa. Gedung yang seluas ini penuh oleh peserta. Saya kira IAIN Tulungagung
memang layak untuk bertransformasi menjadi UIN”, tegas Prof. Arskal yang
diikuti jawaban “Amin” dari seluruh peserta.
Selanjutnya Prof. Arskal menjelaskan tentang
realitas zaman sekarang yang sedang mengalami perubahan dengan sedemikian
dahsyat. Teknologi telah hadir dan menjadi bagian tidak terpisah dari
kehidupan, termasuk kehidupan kampus. “Karena itu seharusnya kampus
memanfaatkan internet sebagai sumber pembelajaran”, tegas Mantan Ketua LP2M UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
Prof. Arskal kemudian bercerita tentang
riwayat pendidikannya. Kisah yang beliau sampaikan menjadi titik pijak untuk
menuju kepada topik utama acara. Pendidikan dasar beliau habiskan di Sulawesi
Selatan, lalu menyelesaikan SMP-SMA di sebuah pesantren besar di Jakarta, lalu
S-1 dan S-2 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suatu ketika beliau mendapatkan kesempatan
studi selama dua semester di Kanada. Kesempatan ini menjadi titik pijak
perjalanan akademik beliau dari satu negara ke negara lainnya. Beliau
mendapatkan beasiswa menempuh studi S-3 di Melbourne University yang beliau
tempuh sejak 2002-2006. Disertasi beliau yang diolah menjadi buku kemudian
terbit di Hawai University Press pada tahun 2008.
Selanjutnya beliau mendapatkan kesempatan
menjadi visiting scholar dari sebuah universitas di Jerman. Kesempatan
ini mengantarkan beliau untuk melakukan penelitian etnografi secara serius di
Aceh Pasca Tsunami. Kesempatan berikutnya beliau pernah menjadi pengajar di
Inggris lalu Australia hingga beliau pulange ke Indonesia tahun 2015. “Kita semua memiliki kesempatan yang sama
untuk bersaing. Karena mari persiapkan diri sebaik-baiknya agar kita bisa
memenangkan persaingan”, tegas Guru Besar Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tersebut.
Lebih lanjut beliau memberikan modal yang
harus dipersiapkan agar bisa bersaing dalam kompetisi, termasuk bagi yang akan
melanjutkan studi ke luar negeri. Modal pertama yang harus dipersiapkan
adalah a need for achievement. Setiap orang pada dasarnya memiliki
potensi besar untuk berprestasi dalam kehidupannya. Namun demikian, hanya
sebagian kecil saja yang mampu mengenali potensi dirinya, menggalinya, dan
memberdayakannya secara maksimal. Kelompok yang sedikit inilah yang pada
akhirnya sukses. Sementara mereka yang lain tidak pernah mencapai keberhasilan.
Nah, spirit untuk berprestasi harus ditanamkan kuat-kuat jika ingin sukses
dalam kehidupan ini.
Kedua, nurturing. Fisik manusia
membutuhkan gizi yang cukup agar sehat. Otak manusia demikian juga adanya.
Sayangnya, gizi untuk otak ini tidak selalu diberikan suplemen yang memadai.
Jika ingin sukses, gizi untuk otak harus dirawat secara baik. “Investasikan
waktu Anda untuk belajar, termasuk belajar bahasa asing. Juga investasikan dana
untuk berbagai persiapan dalam memenangkan persaingan. Anda tidak akan rugi.
Ketika berhasil, investasi Anda akan mendapatkan perolehan yang
berlipat-lipat”, jelas Prof. Arskal.
Ketiga, networking. Jaringan itu
penting artinya. Jaringan memungkinkan seseorang keluar dari tempurung lokalitasnya.
Memiliki jaringan dan mendayagunakannya merupakan kunci sukses di era yang
penuh dengan persaingan sekarang ini.
Critical
Thinking
Pada sesi selanjutnya Prof. Arskal Salim GP
menjelaskan tentang critical Thinking. Beliau tidak langsung menjelaskan
secara teoretis, tetapi lagi-lagi mengawalinya dari kisah. Saat studi S-3 di
Australia, ada tiga jenis tugas yang sangat membantu dalam mengembangkan critical
thinking.
Tugas pertama adalah mencari buku yang paling
relevan dengan penelitian kita. Tugasnya adalah membaca secara detail dan
membuat review atas buku tersebut. Sebuah buku dibuat review-nya sekitar lima
halaman.
Tugas kedua hampir sama dengan tugas pertama,
namun memiliki level kesulitan lebih tinggi. Mahasiswa ditugaskan untuk mencari
satu lagi buku sejenis dengan buku pertama yang sudah direview. Kedua buku ini
kemudian direview secara komparatif, mulai dari siapa penulisnya, latar
belakangnya, pendekatan yang digunakan, metodologi yang diaplikasikan, dan
sebagainya.
Tugas ketiga lebih berat lagi, yakni mencari
literatur 7-10. Literatur yang telah ditemukan diinvestigasi, diklasifikasi,
dan dilakukan kritik. Tentu saja, tugas ketiga ini jauh lebih berat
dibandingkan dengan dua tugas sebelumnya. Mahasiswa yang sukses mengerjakan
tugas pertama dan kedua memiliki peluang untuk sukses mengerjakan tugas jeniss ketiga ini.
Tiga tugas yang diberikan kepada mahasiswa
tersebut pada dasarnya adalah upaya untuk melatih mahasiswa memiliki critical
thinking. Mahasiswa dilatih untuk membaca yang tidak sekadar membaca,
tetapi membaca yang diiringi dengan sikap kritis. Model ini jika dilakukan
secara kritis akan mengantarkan mahasiswa memiliki keterampilan critical
thinking.
Critical thinking adalah pemikiran
untuk tidak menerima begitu saja informasi yang ada. Mereka yang telah memiliki
critical thinking akan selalu bertanya dan bertanya. Sikap semacam ini
penting agar tidak mudah tertipu oleh informasi yang ada. Munculnya hoax sesungguhnya
karena kita tidak menerapkan critical thinking. Oleh karena itu, Prof.
Arskal mengajak kita semua untuk bergerak dinamis, cepat, namun kritis.
“Bukan yang cepat saja, tetapi juga bagaimana
mengolah informasi yang cepat itu sebagai sesuatu yang positif”, papar Prof.
Arskal.
Tulungagung, 28 April 2019
Tidak ada komentar: