Dosen dan Tradisi Menulis Buku
Ngainun Naim
Menulis
sesungguhnya menjadi bagian tidak terpisah dari profesi dosen. Karir dosen
ditentukan oleh adanya tulisan dari hasil penelitian
yang dipublikasikan. Bentuknya bisa buku atau artikel jurnal.
Realitas
tidak selalu sejalan dengan idealitas. Menulis ternyata belum menjadi bagian
dari tradisi. Sebagian (besar?) kawan-kawan dosen masih mengeluh saat harus
membuat dan mempublikasikan karya tulis, khususnya buku.
Realitas
semacam ini yang menjadi salah satu pertimbangan Daeng Mappile Institute
Makassar untuk mengadakan "Workshop Writing and Editing Naskah Buku".
Acara yang dilaksanakan di Hotel Jolin Makassar pada 20 April 2019 tersebut
berlangsung sehari penuh, sejak jam 08.00 sampai jam 17.00. Bersama puluhan
dosen dari berbagai perguruan tinggi, saya berbagi dan belajar tentang
bagaimana menulis buku, menyunting, dan menerbitkan buku.
Pada
sesi awal, saya mengajak peserta untuk memperkenalkan diri, bercerita tentang
pengalaman menulis, dan harapannya dari kegiatan. Satu per satu peserta
bercerita. Saya mencatat di kertas plano yang disediakan panitia. Setelah semua
bercerita, saya menyimpulkan harapan para peserta. Ada tiga hal yang saya
simpulkan yang disetujui peserta, yaitu strategi menulis buku, menyunting
naskah, dan menerbitkan.
Selama
sehari saya menyampaikan tiga hal tersebut. Pertama, saya membahas tentang
strategi menulis buku. Saya menjelaskan hal-ikhwal menulis buku. Berbagai
teknik saya sampaikan. Peserta yang rata-rata sudah menghasilkan beberapa buku
menanggapi bagian demi bagian yang saya jelaskan. Suasana sangat dinamis.
Maklum, sebagian besar peserta telah bergelar doktor. Di ujung sesi menjelang
istirahat, saya mengajak peserta untuk praktik menulis.
Usai
ishoma, materi teknik menyunting. Saya sampaikan bahwa menyunting naskah itu
penting sekali. Menyunting sendiri naskah yang sudah selesai ditulis membuat
kita mengetahui salah ketik, kalimat yang kurang sempurna, argumen yang kurang
kuat, dan hal-hal lain yang perlu dilakukan untuk perbaikan naskah. Secara
teknis, menyunting dilakukan dalam waktu yang berbeda dengan menulis.
Pada
bagian akhir saya menjelaskan tentang menerbitkan buku. Ada dua pilihan yang
bisa dilakukan, yaitu menerbitkan di penerbitkan mayor atau indie.
Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Acara
selesai sekitar pukul 17.00. Harapan utama saya, para peserta memiliki budaya
menulis buku dan--ini yang penting--bukunya bisa segera terbit. Semoga.
Makassar, 21-4-2019
Tidak ada komentar: