Dosen dan Tradisi Menulis Buku

April 27, 2019

Ngainun Naim

Menulis sesungguhnya menjadi bagian tidak terpisah dari profesi dosen. Karir dosen ditentukan oleh adanya tulisan dari hasil penelitian yang dipublikasikan. Bentuknya bisa buku atau artikel jurnal.
Realitas tidak selalu sejalan dengan idealitas. Menulis ternyata belum menjadi bagian dari tradisi. Sebagian (besar?) kawan-kawan dosen masih mengeluh saat harus membuat dan mempublikasikan karya tulis, khususnya buku.

Realitas semacam ini yang menjadi salah satu pertimbangan Daeng Mappile Institute Makassar untuk mengadakan "Workshop Writing and Editing Naskah Buku". Acara yang dilaksanakan di Hotel Jolin Makassar pada 20 April 2019 tersebut berlangsung sehari penuh, sejak jam 08.00 sampai jam 17.00. Bersama puluhan dosen dari berbagai perguruan tinggi, saya berbagi dan belajar tentang bagaimana menulis buku, menyunting, dan menerbitkan buku.

Pada sesi awal, saya mengajak peserta untuk memperkenalkan diri, bercerita tentang pengalaman menulis, dan harapannya dari kegiatan. Satu per satu peserta bercerita. Saya mencatat di kertas plano yang disediakan panitia. Setelah semua bercerita, saya menyimpulkan harapan para peserta. Ada tiga hal yang saya simpulkan yang disetujui peserta, yaitu strategi menulis buku, menyunting naskah, dan menerbitkan.

Selama sehari saya menyampaikan tiga hal tersebut. Pertama, saya membahas tentang strategi menulis buku. Saya menjelaskan hal-ikhwal menulis buku. Berbagai teknik saya sampaikan. Peserta yang rata-rata sudah menghasilkan beberapa buku menanggapi bagian demi bagian yang saya jelaskan. Suasana sangat dinamis. Maklum, sebagian besar peserta telah bergelar doktor. Di ujung sesi menjelang istirahat, saya mengajak peserta untuk praktik menulis.

Usai ishoma, materi teknik menyunting. Saya sampaikan bahwa menyunting naskah itu penting sekali. Menyunting sendiri naskah yang sudah selesai ditulis membuat kita mengetahui salah ketik, kalimat yang kurang sempurna, argumen yang kurang kuat, dan hal-hal lain yang perlu dilakukan untuk perbaikan naskah. Secara teknis, menyunting dilakukan dalam waktu yang berbeda dengan menulis.

Pada bagian akhir saya menjelaskan tentang menerbitkan buku. Ada dua pilihan yang bisa dilakukan, yaitu menerbitkan di penerbitkan mayor atau indie. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Acara selesai sekitar pukul 17.00. Harapan utama saya, para peserta memiliki budaya menulis buku dan--ini yang penting--bukunya bisa segera terbit. Semoga.
Makassar, 21-4-2019

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.