Belum Semua Dosen Terampil Menulis
Ngainun
Naim
Penelitian seharusnya
menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupan seorang dosen. Tugas pokok dosen,
sebagaimana tercakup dalam tri darma, adalah pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Ketiganya merupakan rangkaian yang tidak
terpisah.
Itu idealnya. Praktiknya
tidak selalu begitu. Saya kira itu terjadi juga di berbagai bidang kehidupan
yang lainnya. Ada darma tertentu--misalnya darma penelitian--yang nyaris
diabaikan.
Penelitian membutuhkan
keseriusan. Tanpa keseriusan, sulit mendapatkan penelitian dengan hasil
memuaskan. Jika ukurannya selesai, mungkin iya. Tapi jika ukurannya kualitas,
saya kira masih membutuhkan proses yang lebih panjang lagi.
Tantangan penelitian yang
saya kira penting adalah waktu penelitian. Ya, kita sekarang semakin sibuk.
Meskipun sesungguhnya kesibukan yang terus bertumpuk senantiasa memberikan
banyak hal dalam hidup. Ada pengalaman, ilmu, hikmah dan nilai penting dalam
kehidupan. Dalam konteks penelitian, hal tersebut sesungguhnya menjadi modal
penting untuk mengembangkan penelitian.
Saat memberikan sambutan
pada acara "Seminar Evaluasi Bantuan Penelitian, Publikasi Ilmiah dan
Pengabdian kepada Masyarakat" di Hotel Haris Surabaya (28-29 Nopember
2018), Direktur Diktis Prof. Dr. M. Arskal Salim GP menjelaskan bahwa dana
penelitian yang diberikan oleh pemeintah tahun ini sangat besar. Karena itu
Prof. Arskal bertanya, "Dana penelitian yang sebesar itu sudah
menghasilkan apa?". Karena itulah evaluasi penting untuk meninjau
efektivitas pelaksanaan riset.
Kegiatan evaluasi dalam
penelitian penting dilakukan karena memiliki banyak manfaat. Selain efektivitas
penggunaan dana, evaluasi juga penting untuk memberikan masukan terhadap
data-data mentah yang diperoleh oleh peneliti. Data-data tersebut membutuhkan
analisis, klasifikasi, dan pengolahan secara lebih matang.
Secara objektif Prof.
Arskal menyatakan bahwa belum semua dosen kita memiliki skill menulis.
Sesungguhnya ini menjadi tantangan tersendiri. Dosen yang sehari-hari bergelut
dengan dunia akademik ternyata belum semuanya terampil menulis.
Apa sebabnya? Tentu ada
banyak faktor. Catatan ini tidak akan mengulas faktor-faktor penyebab rendahnya
keterampilan menulis dosen. Namun saya setuju bahwa aspek yang penting untuk
dilakukan adalah penguatan kualitas dari proposal sampai akhirnya menjadi
laporan dan outnya berupa artikel jurnal.
Dengan demikian
diharapkan keterampilan menulis dosen-dosen kita semakin meningkat. Semoga.
Surabaya. 29-11-2018
Betul pak, termasuk sy pribadi sbg pemula. Smg dpt dibimbing agar lbh baik ke depannya.
BalasHapusSetuju sekali. Pendidikan dan sistem pendidikan tidak menghasilkan output pendidikan yang baik, kuncinya di penguasaan literasi. Kuncinya di keterampilan membaca dan menulis. Tidak ada ceritanya negara bisa maju tanpa memperkuat literasi, apapun bahasanya. Kalau ada yang bisa beritahu negara mana yang maju tapi literasinya jelek, tunjukkan padaku 😀 Selalu mendukung upaya Bapak menggalakkan literasi. Lebih galak lebih baik😁😁😁
BalasHapusJangan galak-galak lah
HapusBetul sekali pak...semoga bisa istiqamah menulis, minimal menulis blog tiap minggu😃😁
BalasHapusAmin.
Hapus