Membaca Cliffort Geertz Secara Kritis
Judul Buku: Agama Jawa, Setengah Abad Pasca-Clifford Geertz
Penulis: Amanah Nurish, Ph.D.
Penerbit: LkiS Yogyakarta
Cetakan: I, 2019
Tebal: xl+192 halaman
ISBN: 978-623-7177-02-9
Bagi pengkaji antropologi agama dan studi
Islam, nama Cliffort Geertz tentu tidak asing lagi. Ahli yang terkenal dengan
trikotomi "santri, abangan, dan priyayi" ini melakukan riset di
Modjokuto (Pare) Kediri. Riset yang dilakukan pada tahun 1952-1954 ini
menorehkan pengaruh sangat besar di Indonesia.
Puluhan tahun Geertz menancapkan jejak
intelektualnya dan belum ada yang mampu meruntuhkan temuannya. Sesungguhnya
kritik demi kritik telah dilakukan, misalnya oleh Hodgson dan Azra, tetapi
posisi Geertz tetap kokoh. Alih-alih kritik itu justru makin mengokohkan temuan
Geertz.
Pada titik inilah, riset yang dilakukan oleh
Amanah Nurish sebagaimana terekam di buku ini menemukan signifikansinya. Lewat
buku ini kita bisa membaca bagaimana realitas Modjokuto kontemporer 65 tahun
pasca riset Geertz.
Modjokuto telah mengalami transformasi yang
cukup kompleks. Santri, abangan, dan priyayi masih eksis, tetapi tidak
sesederhana temuan Geertz. Riset Nurish menemukan banyak hal baru dari
masing-masing varian.
Santri, misalnya, telah berkembang sedemikian
variatif. Di tubuh NU dan Mugammadiyah saja terdapat banyak sekali variasi.
Aspek ini yang luput dari perhatian Geertz. Belum lagi sekarang varian santri
mencakup kelompok yang liberal, syiah, ahmadiyah, hingga wahabi.
Begitu juga dengan abangan. Riset Amanah Nurish
menemukan perluasan definisi abangan. Mereka yang disebut abangan bukan hanya
mereka yang tidak taat menjalankan agama, tetapi justru kini mereka adalah yang
menekuni dunia spiritual. Temuan Nurish juga mengungkap hal yang tidak
diperhatikan Geertz, yakni abangan Kristen. Begitu pula dengan priyayi yang
mengalami perkembangan sangat dinamis.
Riset Nurish dimaksudkan untuk tidak
"mengglorifikasi" temuan-temuan Geertz. Membaca seluruh bagian buku
ini tampaknya tidak bisa dihindari ada aspek glorifikasi juga, meskipun
kadarnya tidak tinggi. Terlepas dari itu, Nurish telah melakukan hal luar
biasa. Sebuah riset yang memberikan perspektif "insider" terhadap
agama dan kebudayaan Jawa.
Berbagai kritik terhadap Geertz selama ini
tidak berbasis riset mendalam. Wajar jika kritik demi kritik tidak juga mampu
menggeser dominasi Geertz. Apakah riset Amanah Nurish mampu meruntuhkan
kebesaran temuan-temuan Geertz? Biarlah waktu yang menjawabnya.
Tidak ada komentar: