PERJALANAN MENULIS BUKU “MADRASAHKU KINI”
Tulisan ini dibuat oleh Bu Minarsih. Beliau baru saja berhasil menerbitkan
buku perdananya. Silahkan menyimak catatan beliau.
Oleh Minarsih
Ide Penulisan Buku
Sebetulnya banyak ide tersimpan di
otakku, baik itu tentang cerita harian yang aku temukan, puisi maupun cerita
khayalanku. Namun semua itu hanya mengendap sebagai sebuah ide yang takbisa aku
wujudkan. Maklum selain aku tidak tahu bagaimana cara menuangkan sebuah
tulisan, aku juga tidak memiliki alat untuk menuangkan ide-ide itu. Bahkan saat
kuliah dahulu, tahun 90-an, aku sering menuangkan ide menulis puisiku dengan
membuat puisi dari nama teman-teman kuliahku sebagai awal kalimat. Hampir
setiap ada waktu luang, aku melakukan itu dan aku berikan kepada pemilik nama.Rata-rata
temanku sekelas sebagai ide obyek penulisanku adalah teman perempuan. Setelah
membaca, mereka sangat senang. Namun semuanya hanya terbatas di sebuah sobekan
kertas dan terbuang di kemudian hari. Pernah juga ketika SMA, aku mendapat
tugas membuat sosiodrama, dan berhasil mendapat nilai 9 di mata pelajaran
bahasa Indonesia saat itu.
Seiring dengan berjalannya waktu,
ketika aku menjadi guru di madrasah, aku pernah bosan mengajar mata pelajaran
yang aku ampu yaitu Biologi. Mengapa? Karena yang aku ajarkan setiap tahun
materinya tetap. Saat itu aku ingin perubahan situasi pembelajaran. Maklum,
sebelum ada program professional pendidikan, guru tidak harus mengajar sesuai
jurusannya. Boleh mengajar apa saja asalkan jumlah jam mencukupi. Di antara
mata pelajaran yang ada di madrasah, bahasa Indonesia adalah pilihanku.
Alasannya, sejak SMP aku sudah diberikan pengetahuan bagaimana berbahasa
Indonesia yang baik dan benar. Jadi aku sudah bisa memahami, bagaimana menulis
bahasa resmi yang baik dan benar, bagaimana ejaan dan peletakan tanda bacanya. Sehingga
dalam mengajar Biologi pun, siswa aku
wajibkan menulis yang baik dan benar.
Bertahun-tahun jadi guru, hampir 20
tahun, suatu hari aku mendapatkan undangan workshop penulisan karya ilmiah,
yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Trenggalek. Saat telah aku ikuti, ternyata pematerinya adalah
Bapak Dr. Ngainun Naim, dari IAIN Tulungagung, yang sebetulnya beliau penulis
handal yang bagiku sangat asing. Maklum aku bukanlah alumni IAIN.
Saat workshop kami diperkenalkan
tentang cara penulisan ‘Free Writing”, yaitu menulis sekehendak hati. Sayang,
saat itu terjadi pemadaman listrik sehingga kurang maksimal. Kami diberikan
tugas menulis bebas, namun dibatasi waktu. Semua peserta, wajib menulis. Di
akhir kegiatan, ada kewajiban menulis cerita pengalaman menarik sebagai
prasyarat untuk mengambil sertifikat yang akhirnya diterbitkan menjadi sebuah
buku hasil karya bersama.
Pada tahun 2019 ternyata aku kembali
mendapatkan undangan dari Pokjawas untuk mengikuti Workshop Literasi. Aku
kembali menjadi peserta workshop, yang pesertanya jauh lebih banyak dari
sebelumnya. Di acara kedua inilah kami diwajibkan menulis buku yang merupakan
karya pribadi peserta. Aku memutar otak, mencari tema, apa yang akan aku tulis.
Karena pernah terlintas untuk menulis buku sejarah madrasah agar orang bisa
mengetahui bagaimana perjuangan kami di madrasah, maka aku putuskan menulis
buku tentang perjalananku mengembangkan madrasah bersama seluruh warga di
madrasah. Itulah ide awal tertulisnya buku ini.
Dalam proses
penulisan buku “Madrasahku Kini” , aku lakukan saat jam istirahat. Mungkin
karena pengalaman pribadi yang aku tulis, sehingga tulisan pertamaku ini kurang
memiliki keluasan untuk dikembangkan. Apalagi aku bukanlah penulis profesioanl
yang telah matang. Aku hanyalah penulis pemula yang benar-benar belajar untuk
menulis buku.
Dengan segala
keterbatasanku, ternyata aku hanya mempu menghasilkan buku, yang mungkin bagi
orang lain itu adalah sesuatu yang biasa saja. Tapi bagiku itu luarbiasa,
karena aku harus melakukan koreksi terhadap tulisan yang telah tertuang di
komputerku.
Ternyata
tulisanku menjadi sangat lucu, ketika aku baca kembali. Banyak penambahan dan
pengurangan atau perbaikan kata atau kalimat yang jangggal. Namun sebaik apapun
aku telah lakukan, begitu kami kirimkan dan di-“lay out”, ternyata masih
juga ditemukan kesalahan-kesalahan penulisan atau penulisan yang tidak benar. Melalui
proses penulisan dari awal sampai siap untuk dikirim kembali, adalah proses
yang bagiku tetap menyenangkan.
Saat Bukuku Terbit.
Jika awalnya
aku memiliki keraguan untuk menulis, maka saat tulisanku mendapatkan nomor ISBN
adalah berita gembira yang tidak pernah aku bayangkan bahkan tidak pernah aku
impikan. Tidak percaya rasanya, bahwa aku bisa menulis sebuah buku kecil yang
bagiku penuh makna.Tidak pernah terlintas di dalam anganku, bahwa aku bisa
menulis buku. Alhamdulillah, aku bersyukur, karena Alloh telah memberiku
kemampuan, kemauan dan kesempatan ini. Rasa syukur, bahagia dan haru, kembali
aku dapatkan ketika di grup, telah terpampang berita bahwa buku “Madrasahku
Kini” telah bisa diterbitkan dan telah selesai dicetak. Alhamdulillah, aku bisa
menulis.
Tidak ada yang
bisa aku sampaikan selain ucapan syukur dan terima kasih kepada Bapak Dr.
Ngainun Naim, beserta tim di IAIN Tulungagung, dan Bapak Yumnan beserta tim di alkayyispokjawas,
semoga amal baik semuanya mendapatkan kebaikan pula di dunia dan akhirat.
Kepada seluruh peserta workshop Literasi, mari
kembangkan diri kita untuk menjadi seorang penulis walaupun mungkin tidak
sehebat penulis professional setidaknya kita harus mencoba dan terus mencoba
menghasilkan sebuah karya. Harapannya, minimal buku kita itu sebagai sebuah
kenangan dari sebagian perjalanan hidup kita, bahwa kita memiliki tulisan yang
bisa dijadikan cinderamata bagi anak atau cucu kita.Semoga dengan begitu bisa
mendatangkan manfaat .
Tidak ada komentar: