Virus Itu Datang Lagi
Oleh Ngainun Naim
Suasana kampus IAIN
Tulungagung sedang sepi. Saya kira hal yang sama juga terjadi di sebagian besar
kampus di Indonesia. Virus Corona menjadi penyebabnya. Di IAIN Tulungagung
tempat saya mengabdi, mahasiswa dilarang memasuki area kampus. Pembelajaran
dilakukan secara daring. Di kampus hanya pejabat dan dosen yang piket saja yang
ada.
Kebijakan ini berlaku sampai
hari Selasa, 24 Maret 2020. Siang ini saat saya menulis catatan ini, sebuah
Surat Edaran keluar. Surat Edaran Nomor SE. 4 Tahun 2020 tentang PERUBAHAN
STATUS EDARAN MENTERI AGAMA NOMOR SE 3 TAHUN 2020 TENTANG PENYESUAIAN SISTEM
KERJA PEGAWAI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) PADA KEMENTERIAN AGAMA
menyebutkan bahwa kami wajib bekerja di rumah menyelesaikan tugas fungsi kami
masing-masing.
Petugas resepsionis yang
biasanya aktif memberikan informasi tentang paket kepada saya juga pasif. Suasana
kampus hari-hari ini memang terasa kurang nyaman. Berita tentang Corona cukup
menyita konsentrasi. Di grup WA PENULIS Virus Emcho#3 saya baca bahwa Mas Ahmad
Mustamsikin Koiri sudah menerima buku Pak Emcho. Bahkan sudah membuat
review-nya.
Saya berasumsi bahwa buku saya
semestinya juga sudah sampai. Karena itu hari Selasa sekitar jam 10.00, setelah
mengajar online, saya ke resepsionis
IAIN Tulungagung. Rupanya sedang ada penyemprotan. Semua orang dilarang masuk.
Tentu saya mematuhi aturan
itu. Asap terlihat memenuhi ruangan. Saya kembali ke ruangan saya.
Butuh waktu sekitar setengah
jam sampai kemudian diperkenankan masuk ke ruang resepsionis. Begitu saya masuk,
ruangan kosong. Tidak ada satu orang pun.
Rupanya petugas resepsionis
sedang keluar ruang untuk menghindari penyemprotan. Bau semprotan memang
menyengat tajam. Menghirupnya membuat kepala pusing. Wajar jika belum ada yang
ke ruangan karena aromanya belum lenyap.
Saya menuju ruangan tempat
kawan-kawan berkumpul. Ternyata petugas resepsionis ada di situ. Segera saya
bilang bahwa saya mau ambil paketan. Dia sudah sangat hapal.
"Nggih Pak. Ada",
jawabnya.
Kami pun berjalan masuk ke ruang
resepsionis. Buku pun diserahkan. Langsung saya ambil dan saya bawa ke ruangan.
Dua buah buku keren tersampul plastik. Sungguh buku yang sangat keren. Matur
suwun Pak Emcho.
Saya buka sampul plastik salah
satu buku. Covernya sangat bagus; Pak Emcho yang gagah, senyum khas, pulpen di
tangan, dengan topi khasnya. Sungguh mencerminkan karakter beliau yang
sumringah, humoris, dan akrab.
Segera saya cek daftar isi.
Tentu, tulisan saya yang pertama saya cari. Saya kira wajar. Siapa pun
orangnya, penulis yang terkenal sekalipun, akan mencari tulisannya untuk
pertama kali. Meskipun saya sudah menulis beberapa buku, puluhan antologi,
ratusan artikel dan esai di koran, namun selalu saja saya mencari tulisan saya
sendiri. Entahlah, selalu ada rasa bahagia yang tidak bisa diwakili dengan
kata-kata.
Di buku ini saya menulis
dengan judul VIRUS DAN EPIDEMI LITERASI. Tulisan ini sesungguhnya versi revisi.
Beberapa waktu lalu Pak Emcho menghubungi saya terkait tulisan saya tentang
beliau. Intinya tulisan saya terlalu pendek dan meminta saya untuk menambahnya.
Tentu saya pun menyanggupinya. Di tengah kesibukan yang sedang padat merayap,
saya merevisi artikel itu. Lumayan, dari hanya setengah halaman lalu bertambah
menjadi dua halaman lebih.
Kata Pak Emcho, tulisan saya
memang cirinya pendek. Ringkas. To the
point.
Mungkin begitulah adanya. Saya
pernah juga menulis panjang, bahkan sangat panjang. Tapi untuk catatan semacam
ini biasanya saya menulis pendek. Bagi saya, menulis itu yang penting bisa
merekam jejak ide yang berkelebat. Soal panjang atau pendek itu soal lain.
Isi tulisan saya jelas, yaitu
bagaimana saya mengakui secara jujur bahwa Pak Emcho adalah pejuang literasi
yang gigih. Tidak ada kata menyerah. Kreativitasnya terus bergerak. Selalu saja
ada yang dihasilkan.
Saya juga berterima kasih
kepada Pak Emcho yang memberikan idenya untuk saya meniru beliau. Hebatnya,
beliau yang pertama kali menyumbang tulisan. Buku ini sedang saya kerjakan dan
edit. Semoga bisa segera terbit. Amin.
Jujur saya bahagia sekali
tulisan saya dimasukkan di buku ini. Ini merupakan buku antologi kelima saya
tahun ini. Selain soal kepuasan karena tulisan dibukukan, saya juga bahagia
karena memiliki kenalan baru. Pak Emcho memasukkan kawan-kawan yang tulisannya
dimuat di buku ini dalam grup WA. Beberapa orang sudah saya kenal, beberapa
lainnya nama baru. Semoga ini menambah ikatan persaudaraan.
Terima kasih Pak Emcho. Semoga
ini menjadi amal jariah yang memberikan berkah hidup. Amin.
Tidak ada komentar: