Virus Itu Datang Lagi

Maret 26, 2020

Oleh Ngainun Naim


Suasana kampus IAIN Tulungagung sedang sepi. Saya kira hal yang sama juga terjadi di sebagian besar kampus di Indonesia. Virus Corona menjadi penyebabnya. Di IAIN Tulungagung tempat saya mengabdi, mahasiswa dilarang memasuki area kampus. Pembelajaran dilakukan secara daring. Di kampus hanya pejabat dan dosen yang piket saja yang ada.
Kebijakan ini berlaku sampai hari Selasa, 24 Maret 2020. Siang ini saat saya menulis catatan ini, sebuah Surat Edaran keluar. Surat Edaran Nomor SE. 4 Tahun 2020 tentang PERUBAHAN STATUS EDARAN MENTERI AGAMA NOMOR SE 3 TAHUN 2020 TENTANG PENYESUAIAN SISTEM KERJA PEGAWAI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) PADA KEMENTERIAN AGAMA menyebutkan bahwa kami wajib bekerja di rumah menyelesaikan tugas fungsi kami masing-masing.
Petugas resepsionis yang biasanya aktif memberikan informasi tentang paket kepada saya juga pasif. Suasana kampus hari-hari ini memang terasa kurang nyaman. Berita tentang Corona cukup menyita konsentrasi. Di grup WA PENULIS Virus Emcho#3 saya baca bahwa Mas Ahmad Mustamsikin Koiri sudah menerima buku Pak Emcho. Bahkan sudah membuat review-nya.
Saya berasumsi bahwa buku saya semestinya juga sudah sampai. Karena itu hari Selasa sekitar jam 10.00, setelah mengajar online, saya ke resepsionis IAIN Tulungagung. Rupanya sedang ada penyemprotan. Semua orang dilarang masuk.
Tentu saya mematuhi aturan itu. Asap terlihat memenuhi ruangan. Saya kembali ke ruangan saya.
Butuh waktu sekitar setengah jam sampai kemudian diperkenankan masuk ke ruang resepsionis. Begitu saya masuk, ruangan kosong. Tidak ada satu orang pun.
Rupanya petugas resepsionis sedang keluar ruang untuk menghindari penyemprotan. Bau semprotan memang menyengat tajam. Menghirupnya membuat kepala pusing. Wajar jika belum ada yang ke ruangan karena aromanya belum lenyap.
Saya menuju ruangan tempat kawan-kawan berkumpul. Ternyata petugas resepsionis ada di situ. Segera saya bilang bahwa saya mau ambil paketan. Dia sudah sangat hapal.
"Nggih Pak. Ada", jawabnya.
Kami pun berjalan masuk ke ruang resepsionis. Buku pun diserahkan. Langsung saya ambil dan saya bawa ke ruangan. Dua buah buku keren tersampul plastik. Sungguh buku yang sangat keren. Matur suwun Pak Emcho.
Saya buka sampul plastik salah satu buku. Covernya sangat bagus; Pak Emcho yang gagah, senyum khas, pulpen di tangan, dengan topi khasnya. Sungguh mencerminkan karakter beliau yang sumringah, humoris, dan akrab.
Segera saya cek daftar isi. Tentu, tulisan saya yang pertama saya cari. Saya kira wajar. Siapa pun orangnya, penulis yang terkenal sekalipun, akan mencari tulisannya untuk pertama kali. Meskipun saya sudah menulis beberapa buku, puluhan antologi, ratusan artikel dan esai di koran, namun selalu saja saya mencari tulisan saya sendiri. Entahlah, selalu ada rasa bahagia yang tidak bisa diwakili dengan kata-kata.
Di buku ini saya menulis dengan judul VIRUS DAN EPIDEMI LITERASI. Tulisan ini sesungguhnya versi revisi. Beberapa waktu lalu Pak Emcho menghubungi saya terkait tulisan saya tentang beliau. Intinya tulisan saya terlalu pendek dan meminta saya untuk menambahnya. Tentu saya pun menyanggupinya. Di tengah kesibukan yang sedang padat merayap, saya merevisi artikel itu. Lumayan, dari hanya setengah halaman lalu bertambah menjadi dua halaman lebih.
Kata Pak Emcho, tulisan saya memang cirinya pendek. Ringkas. To the point.
Mungkin begitulah adanya. Saya pernah juga menulis panjang, bahkan sangat panjang. Tapi untuk catatan semacam ini biasanya saya menulis pendek. Bagi saya, menulis itu yang penting bisa merekam jejak ide yang berkelebat. Soal panjang atau pendek itu soal lain.
Isi tulisan saya jelas, yaitu bagaimana saya mengakui secara jujur bahwa Pak Emcho adalah pejuang literasi yang gigih. Tidak ada kata menyerah. Kreativitasnya terus bergerak. Selalu saja ada yang dihasilkan.
Saya juga berterima kasih kepada Pak Emcho yang memberikan idenya untuk saya meniru beliau. Hebatnya, beliau yang pertama kali menyumbang tulisan. Buku ini sedang saya kerjakan dan edit. Semoga bisa segera terbit. Amin.
Jujur saya bahagia sekali tulisan saya dimasukkan di buku ini. Ini merupakan buku antologi kelima saya tahun ini. Selain soal kepuasan karena tulisan dibukukan, saya juga bahagia karena memiliki kenalan baru. Pak Emcho memasukkan kawan-kawan yang tulisannya dimuat di buku ini dalam grup WA. Beberapa orang sudah saya kenal, beberapa lainnya nama baru. Semoga ini menambah ikatan persaudaraan.
Terima kasih Pak Emcho. Semoga ini menjadi amal jariah yang memberikan berkah hidup. Amin.

Kampus IAIN Tulungagung, 24 Maret 2020

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.