Buku, Membaca, dan Jalan Hidup
Ngainun
Naim
Catatan ini awalnya adalah pengantar saya
selaku editor buku antologi Aku, Buku,
dan Membaca. Buku antologi ini cukup tebal. 400 halaman lebih. Pengantar yang saya buat, setelah melalui perubahan secukupnya, jadilah catatan
sederhana ini. Semoga bermanfaat.
Membaca itu penting. Saya kira semua orang
mengetahuinya. Lewat aktivitas menelusuri deretan kata demi kata, seseorang
bisa terus menambah ceruk pengetahuannya. Membaca membuat wawasan menjadi luas.
Tidak hanya itu, khazanah pengetahuan yang dimiliki melalui aktivitas membaca merupakan
modal untuk menjadikan diri menjadi lebih baik. Ya, membaca adalah modal untuk
melakukan transformasi menjadi manusia yang lebih berkualitas.
Meskipun penting dan memiliki banyak manfaat, tetapi
ternyata hanya sedikit warga masyarakat yang mau melakukannya. Membaca baru
menjadi tradisi sebagian sangat kecil masyarakat Indonesia. Sebagian besarnya
lebih suka berbicara, berkomentar di jejaring sosial, dan mencela mereka yang
berbeda. Membaca tampaknya masih jauh untuk disebut sebagai budaya bagi
masyarakat Indonesia.
Realitas ini diperkuat dengan fakta tentang
posisi Indonesia di antara negara-negara lain di dunia. Budaya membaca
masyarakat Indonesia selalu saja berada di posisi bontot. Maka wajar jika kita
menjadi negara yang terus kalah bersaing. Bagaimana kita bisa menang bersaing
jika kualitas masyarakat kita belum unggul? Harus jujur diakui bahwa kualitas
manusia kita masih rendah karena kurang membaca.
Maka membaca sesungguhnya menjadi sebuah
keharusan. Inilah salah satu kunci penting untuk meningkatkan mutu masyarakat
Indonesia. Semakin banyak masyarakat Indonesia yang memiliki budaya membaca
maka semakin banyak manusia-manusia bermutu yang dimiliki oleh Indonesia. Jika
kini negara kita selalu riuh dan ribut, saya kira itu karena kita lebih suka
berdebat dibandingkan dengan membaca.
Masyarakat yang suka membaca tidak akan
menghabiskan waktunya hanya untuk debat kusir tentang persoalan yang tidak
bermutu. Mereka lebih suka menggunakan waktunya untuk mengerjakan berbagai hal
yang bermanfaat, seperti membaca. Membaca yang dilakukan di berbagai kesempatan
yang ada adalah penanda kemajuan peradaban.
Ada aspek yang saya kira penting untuk menjadi
bahan refleksi bersama berkaitan dengan aktivitas membaca dan transformasi
diri. Perubahan tidak mungkin terjadi tanpa adanya usaha. Masyarakat akan
berada dalam kondisi tuna-membaca selamanya jika tanpa ada ikhtiar mengenalkan
membaca kepada mereka.
Proses menyukai aktivitas membaca itu
sesungguhnya unik. Ada orang yang menyukai membaca karena lingkungan
keluarganya memang menyediakan buku bacaan. Ada yang karena temannya berasal
dari keluarga cinta buku sehingga ia terpengaruh. Dan ada yang awalnya karena
(ter/di) paksa.
Buku yang merupakan kumpulan kisah para
penulisnya berakrab ria dengan buku ini sungguh menarik. Perkenalan mereka
dengan dunia buku melalui beragam cara. Semuanya menegaskan bahwa buku dan
membaca adalah dua hal yang memiliki relasi erat. Saling berkaitan.
Di tengah rendahnya minat baca masyarakat kita,
kehadiran buku ini terasa tepat. Meskipun tanpa pretensi berlebihan, tetap saja
ada harapan agar buku ini memiliki energi untuk menggerakkan orang mau membaca.
Semua itu sangat mungkin terjadi karena sebuah buku bisa memengaruhi seorang
pembaca dan orang-orang di sekitarnya.
Ide awal membuat buku ini sesungguhnya tidak
sengaja. Tiba-tiba saja muncul ide dan saya segera membuat pengumuman atau
undangan menulis. Awalnya hanya saya share
ke grup WA tempat saya bekerja. Entah bagaimana ceritanya undangan ini kemudian
tersebar luas. Maka, tulisan demi tulisan datang bak air bah. Sungguh saya
kewalahan. Pengirim tulisan datang dari tempat yang tidak saya duga. Tidak
hanya dari Indonesia. Ada beberapa kawan dari Kuala Lumpur. Ada juga yang dari
Arab Saudi.
Sungguh, saya sangat berbahagia. Ide sederhana
saya ternyata diapresiasi secara luas. Karena itu ucapan terima kasih saya
sampaikan kepada semua teman yang telah berkontribusi di buku in
Baca... Baca... Baca...
BalasHapusTerima kasih sharingnya, Pak Ngainun Naim..
Sama-sama Ibu.
HapusLuar biasa, jalan baik akan dipertemukan dengan orang orang baik
HapusLuar biasa, jalan baik akan dipertemukan dengan orang orang baik
HapusSangat inspiratif
BalasHapusTerima kasih atas kunjungan dan apresiasinya.
HapusIqro warobbukal akrom....
BalasHapusBetul Kang
HapusMemotivasi saya..
BalasHapusAmin.
HapusTulisan yang sangat renyah dinikmati, ini tidak termasuk membatalkan puasa..hehe
BalasHapusHe he he. Aman Mas.
HapusSangat menginspiratif
BalasHapusTerima kasih.
HapusTulisan yang memberi pencerahan tentang pentingnya membaca. Inspiratif.
BalasHapusTerima kasih Pak Agung.
HapusSemoga budaya membaca semakin meningkat bermula dari meningkatnya budaya menulis dan sebaliknya. Kadang suka menulis, tetapi belum suka membaca. Yang lebih umum: jangankan menulis, membaca saja ogah. Bismillah, Indonesia akan lebih baik. Amin....
BalasHapusAmin. Terima kasih Bu.
HapusDan membaca membuat saya semakin banyak pengetahuan. Contoh ketika saya baca kutab fathul qorib versi arab saya lebih tahu tentang tatacara beribadah yang benar.
BalasHapusApa ada pdf buku "aku,buku dan membaca" bapak... pingin baca isinya .
Terimakasih