Menulis Mengabadikan Perjalanan
Ngainun
Naim
Buku terbaru saya, Literasi dari Brunei Darussalam, lahir
dari keinginan saya untuk mengabadikan jejak perjalanan di negara tetangga
tersebut. Tentu disayangkan jika perjalanan yang sedemikian berharga berlalu
dan hilang begitu saja.
Dokumentasi dalam bentuk foto
sesungguhnya cukup kaya. Saya berangkat bersama 7 kawan dari berbagai PTKIN.
Saat berangkat ke Brunei Darussalam kami membentuk WA grup. Selain menggunakan
HP sendiri untuk mengambil gambar, kami juga saling mengunggah gambar di grup.
Jadi sesungguhnya persoalan dokumentasi tidak ada persoalan. Bahkan cukup kaya.
Namun foto tidak menarasikan
konteks secara utuh. Banyak hal yang tidak bisa masuk dalam foto. Pada titik
inilah narasi sangat penting artinya.
Buku ini saya susun
pelan-pelan. Saya menulisnya sedikit demi sedikit. Beberapa judul mulai saya
kerjakan saat di Brunei Darussalam, namun isinya saya sempurnakan di Indonesia.
Sesungguhnya tidak mudah untuk
menulis di sela kesibukan harian yang lumayan padat. Memang persoalan ini
sepertinya menjadi "keluhan" banyak kolega. Tidak jarang dalam
perbincangan santai muncul gagasan untuk membandingkan dosen Indonesia dengan
luar negeri.
Dosen luar negeri konon
memiliki waktu riset setiap tahunnya antara 4-6 bulan. Waktu ini bisa
dimanfaatkan betul untuk menghasilkan riset yang bermutu. Waktu luang dan dana
memadai menjadi faktor pendukung yang berkait-kelindan.
Kondisi dosen Indonesia belum
seideal itu. Selain beban mengajar, tugas tambahan administratif tidak jarang
lebih padat dari tugas akademik. Jika tidak mengelola waktu secara baik, dapat
dipastikan dosen jarang lagi membaca dan menulis.
Saya nulis itu modalnya nekat
saja. Dibilang jelek ya ndak masalah. Dibilang ndak mutu ya ndak apa-apa.
Dibilang pencitraan ya monggo saja. Apapun komentar orang saya akan tetap
nulis. Gitu aja kok repot.
Prinsip semacam itulah yang
membuat saya terus menulis. Meskipun tidak selalu saya unggah di media sosial,
saya menulis setiap hari. Tulisan yang saya unggah ya yang ringan semacam ini.
Tulisan untuk artikel jurnal tentu saya simpan dan submit ke jurnal.
Saya teringat tulisan seorang
penulis yang menyebut bahwa buku itu "sangu mati". Sebuah ungkapan
yang membuat saya merinding. Hidup ini acapkali tidak terduga. Prof. Yudian
Wahyudi pernah menulis bahwa kita hidup ini sesungguhnya hanya menunggu ajal
menjemput. Justru karena itulah kita harus berbuat baik semaksimal mungkin.
Menulis dan menyebarkan tulisan saya kira merupakan artikulasi kebajikan.
Mungkin apa yang saya tulis hanya
hal remeh. Hal sederhana. Tidak ilmiah. Ya siapa tahu dari hal sederhana
semacam ini ada yang mendapatkan manfaat. Jika betul ada yang semacam itu,
semoga menjadikan tabungan kebajikan. Amin.
Saya memiliki tabungan tulisan
ringan lain yang siap dibukukan. Semoga semuanya lancar. Tulisan yang sekadar
tulisan. Ya siapa tahu ada manfaatnya. Minimal buat saya sendiri.
Catatan perjalanan (travel writing) yang mantap. Tentu, karena diolah oleh ahlinya. Salam literasi
BalasHapusSalam. Terima kasih banyak Pak Emcho
HapusKeren pak 👍. Jadi penasaran sama isi bukunya ☺
BalasHapusTerima kasih. Hanya buku sederhana. Merekam jejak perjalanan.
HapusWah...ajaran prof Yudian dalem banget ya, Pak. Trims.
BalasHapusBetul sekali
Hapus"menulis untuk sangu mati"
BalasHapusKata kata yang sangat berkesan.subhanallah
Menulis penting diniati sebagai ibadah agar memberikan barakah.
HapusMasyaallaah catatan perjalanan hidup yang luar biasa. Mantab tadz. Salam sehat dan sukses selalu
BalasHapusAmin. Teeima kasih doanya Bu Rom
HapusBetul pak yai, semoga apa yg kita tulis, melalui media apapun, termasuk di blog, dapat memberikan manfaat sekecil apapun. Monggo mampir di blog juga di blog saya.
BalasHapusInggih. Menulis insyaallah memberikan banyak manfaat. Siap segera mengunjungi blog jenengan.
HapusAamiin ya robbal alamiin. Menulislah setiap hari dan buktikan apa yg terjadi.
BalasHapusAmin. Siap Om Jay.
HapusNiat banget untuk jadi buku ya
BalasHapusSmg laris manis dan full barokah
Amin. Sembah nuwun sanget Bu Kanjeng.
HapusSaya suka saya suka, sebuah perjalanan dalam suatu kegiatan yang cukup lama setidaknya 3 sd 7 hari tidak mengabadikan dalam sebuah dokumen terasa hilang begitu sj kesan itu, lebih2 moment ditulis dalam sebuah buku maka sepanjang hanyat ceritera itu tidak akan hilang bahkan dapat diwariskan....goods ....salut.
BalasHapusTerima kasih apresiasinya
HapusPanjengan sangat menginspirasi saya pak,semoga panjengan sehat selalu..
BalasHapusTerima kasih.
Hapussederhana tapi berbobot, itu kesan pertama yg saya dapat pada pertemuan pertama perkuliahan njenengan, saya suka, dan njenengan banyak menginspirasi dan memotifasi saya untuk terus belajar membaca,,,
BalasHapusTerima kasih. Semoga terus bermanfaat dan memberikan barakah.
HapusSelalu menginspirasi dalam segala hal... tdk hanya guru dalam kelas namun guru dalam kehidupan...
BalasHapusTerima kasih. Semoga bisa istiqamah.
HapusTrimakasih ilmunya Ustadz
BalasHapusSama-sama.
HapusBravo sang musafir.... Good
BalasHapusSyukron Ustadz.
HapusSaya jadi pingin baca... Menunggu alam normal kembali....
BalasHapusSemoga keadaan segera kembali normal.
Hapus